Mantan narapidana kasus terorisme Ridwan Sungkar menyatakan hanya fokus ingin mengurus keluarga dan anak-anaknya selepas dari Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Tulungagung, tempat dia selama empat tahun mendekam menjalani masa hukuman.
"Itu yang sempat tercetus dan tersampaikan saudara Ridwan Sungkar saat kami ajak berbincang, sebelum bebas, saat masih di sini (lapas)," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIB Tulungagung Erry Taruna di Tulungagung, Selasa.
Kepada Erry dan sipir lain, lanjut dia, Ridwan Sungkar mengaku sangat menyesal.
Kasus terorisme yang menjerat dan menjebloskannya ke dalam penjara menyebabkan keluarganya selama empat tahun terakhir tidak terurus.
Anak-anaknya bahkan putus sekolah. "Karenanya dia berjanji tidak ingin mengurus hal-hal yang bersifat duniawi. Dia benar-benar ingin fokus untuk mengurus keluarga," katanya.
Salah atau rencana yang dia ingin lakukan adalah dengan kembali berdagang. Menjalani usaha yang halal untuk memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya.
Erry mengatakan, Ridwan Sungkar memiliki tujuh putera. Beberapa anaknya yang sudah dewasa itu rajin membezuk ayahnya selama mendekam di Lapas Tulungagung.
"Semoga niatnya itu tulus dan tidak kembali terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan terorisme," katanya.
Ridwan yang berperawakan tinggi besar dan kini memelihara cambang lebat, dikenal sebagai sosok yang humoris dan mudah bergaul.
Komunikasinya dengan para sipir dan warga binaan lain diakui Erry cukup baik. Dia bahkan dikenal paling supel di antara napi teroris lain yang pernah mendekam di Lapas Tulungagung.
Hanya saja, sama seperti almarhum Noim Ba'asyir yang keluar sebulan lebih awal, Ridwan tak pernah bersedia mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).
Ibadahnya rajin dan tekun. Tapi dia tetap tak pernah mau ikut program pembinaan khusus yang diselenggarakan Lapas, seperti kegiatan kerohanian dan pelatihan kemandirian/ketrampilan.
Sekeluarnya dari lapas, Ridwan juga terlihat senang. Keluarga menyambutnya dengan menggelar seremoni tasyakuran sederhana yang diikuti para petugas yang menghantar Ridwan hingga sampai di rumahnya di Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Kedungwaru, Kota Tulungagung.
Ridwan sebenarnya tidak memiliki rekam jejak langsung dalam serangkaian aksi terorisme di Indonesia. Namun jauh sebelum ditangkap tim Densus 88, Ridwan diidentifikasi pernah pergi ke Suriah dan mengikuti kegiatan perang Jihad yang dikobarkan ISIS.
Ridwan sebenarnya sudah kembali dari Suriah dan kembali beraktivitas biasa di Indonesia di tanah kediamannya bersama keluarga di Kelurahan Mangunsari, Tulungagung.
Dia kemudian diburu tim Densus 88 setelah salah atau rekan jihadnya di Suriah, membuat video blogging (vlog) yang menantang Polri dan Banser NU, dengan ancaman bunuh melalui serangan teror yang direncanakan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Itu yang sempat tercetus dan tersampaikan saudara Ridwan Sungkar saat kami ajak berbincang, sebelum bebas, saat masih di sini (lapas)," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIB Tulungagung Erry Taruna di Tulungagung, Selasa.
Kepada Erry dan sipir lain, lanjut dia, Ridwan Sungkar mengaku sangat menyesal.
Kasus terorisme yang menjerat dan menjebloskannya ke dalam penjara menyebabkan keluarganya selama empat tahun terakhir tidak terurus.
Anak-anaknya bahkan putus sekolah. "Karenanya dia berjanji tidak ingin mengurus hal-hal yang bersifat duniawi. Dia benar-benar ingin fokus untuk mengurus keluarga," katanya.
Salah atau rencana yang dia ingin lakukan adalah dengan kembali berdagang. Menjalani usaha yang halal untuk memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya.
Erry mengatakan, Ridwan Sungkar memiliki tujuh putera. Beberapa anaknya yang sudah dewasa itu rajin membezuk ayahnya selama mendekam di Lapas Tulungagung.
"Semoga niatnya itu tulus dan tidak kembali terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan terorisme," katanya.
Ridwan yang berperawakan tinggi besar dan kini memelihara cambang lebat, dikenal sebagai sosok yang humoris dan mudah bergaul.
Komunikasinya dengan para sipir dan warga binaan lain diakui Erry cukup baik. Dia bahkan dikenal paling supel di antara napi teroris lain yang pernah mendekam di Lapas Tulungagung.
Hanya saja, sama seperti almarhum Noim Ba'asyir yang keluar sebulan lebih awal, Ridwan tak pernah bersedia mengikuti program deradikalisasi yang diselenggarakan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).
Ibadahnya rajin dan tekun. Tapi dia tetap tak pernah mau ikut program pembinaan khusus yang diselenggarakan Lapas, seperti kegiatan kerohanian dan pelatihan kemandirian/ketrampilan.
Sekeluarnya dari lapas, Ridwan juga terlihat senang. Keluarga menyambutnya dengan menggelar seremoni tasyakuran sederhana yang diikuti para petugas yang menghantar Ridwan hingga sampai di rumahnya di Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Kedungwaru, Kota Tulungagung.
Ridwan sebenarnya tidak memiliki rekam jejak langsung dalam serangkaian aksi terorisme di Indonesia. Namun jauh sebelum ditangkap tim Densus 88, Ridwan diidentifikasi pernah pergi ke Suriah dan mengikuti kegiatan perang Jihad yang dikobarkan ISIS.
Ridwan sebenarnya sudah kembali dari Suriah dan kembali beraktivitas biasa di Indonesia di tanah kediamannya bersama keluarga di Kelurahan Mangunsari, Tulungagung.
Dia kemudian diburu tim Densus 88 setelah salah atau rekan jihadnya di Suriah, membuat video blogging (vlog) yang menantang Polri dan Banser NU, dengan ancaman bunuh melalui serangan teror yang direncanakan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019