Penulis spesialis arsitektur, Imelda Akmal meluncurkan buku berjudul "Banyuwangi Now" mengenai pengembangan ruang publik dan bangunan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang mengedepankan visi arsitektural.
Dalam keterangan tertulis diterima Antara di Banyuwangi, Sabtu, ruang publik dan bangunan di Banyuwangi yang mengedepankan visi arsitektural menarik perhatian penulis arsitektur Imelda Akmal dan dituangkan dalam buku.
"Langkah Banyuwangi mengembangkan daerah dengan melibatkan para arsitek merupakan dobrakan yang tidak banyak dilakukan oleh daerah lain, dan itu membuat kami tertarik untuk melihat langsung dan menulisnya," kata Imelda Akmal.
Ia menjelaskan, buku "Banyuwangi Now" mengupas karya-karya yang melibatkan para arsitek kondang Indonesia, Seperti Andra Matin, Adi Purnomo, Budi Pradono, Yori Antar dan Gregorius Supie Yolodi.
Mereka, katanya, mendesain mulai terminal Bandara Banyuwangi yang menjadi terminal hijau pertama di Indonesia, terminal pariwisata terpadu, fasilitas olahraga, pendopo, tempat ibadah, ruang terbuka hijau, lembaga pendidikan hingga hotel.
"Banyak hal yang bisa didapat dari buku ini tentang ide ruang publik, misalnya terminal bandara tidak harus melulu ber-AC, dan itu buktinya Bandara Banyuwangi yang hemat energi tetap sejuk dengan memanfaatkan kolam dan angin yang ada di sekitarnya," ujar Imelda.
Sementara Sonny Sandjaya, salah seorang tim penyusun buku mengatakan bahwa buku tersebut penting dibaca para pemangku kebijakan lainnya, termasuk kepala daerah.
"Cara Bupati Banyuwangi Azwar Anas me-branding daerahnya dengan melibatkan arsitek patut diketahui kepala daerah lain, ini terbukti, begitu arsitek Andra Matin mendesain bandara di sini, banyak kepala daerah yang terinspirasi. Dan kami ingin inspirasi itu terus meluas, antara lain lewat buku ini," kata Sonny.
Ia menambahkan, tidak seperti di kota besar seperti Bandung yang telah sejak lama dikenal dengan arsitekturalnya, Banyuwangi dinilai benar-benar memulainya dari nol dan berhasil dan patut disebarluaskan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berterima kasih ada penulis yang membukukan pengembangan Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir.
"Banyuwangi menjadikan arsitek dan arsitektur sebagai bagian integral pembangunan daerah karena ingin bangunan publik tak hanya fungsional, tapi juga estetis dan berkelanjutan dan sekaligus jadi destinasi wisata yang memberi manfaat sosial-ekonomi kepada masyarakat," ujarnya.
Bupati Azwar Anas menyampaikan, sebenarnya tak menyangka Banyuwangi bisa dibantu arsitek top seperti Andra Matin, Yori Antar, Adi Purnomo, Budi Pradono, Denny Gondo, Gregorius Supie.
"Kalau bayar profesional, kami tidak kuat, tetapi karena persahabatan, mereka senang ada pemerintah daerah yang perhatian melibatkan arsitek, mereka mau bantu," katanya.
Bupati Anas berharap buku "Banyuwangi Now" semakin mendorong pengembangan daerah ke depan.
"Tentu tidak boleh berhenti di sini, masih ada rencana pengembangan lain yang Insya Allah semakin memajukan daerah," ucap Anas.
Buku "Banyuwangi Now" setebal 160 halaman yang diterbitkan Penerbit IMAJI Jakarta tersebut telah diperkenalkan saat Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi yang dihadiri 380 arsitek dan peminat arsitektur dari berbagai daerah pada pekan lalu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Dalam keterangan tertulis diterima Antara di Banyuwangi, Sabtu, ruang publik dan bangunan di Banyuwangi yang mengedepankan visi arsitektural menarik perhatian penulis arsitektur Imelda Akmal dan dituangkan dalam buku.
"Langkah Banyuwangi mengembangkan daerah dengan melibatkan para arsitek merupakan dobrakan yang tidak banyak dilakukan oleh daerah lain, dan itu membuat kami tertarik untuk melihat langsung dan menulisnya," kata Imelda Akmal.
Ia menjelaskan, buku "Banyuwangi Now" mengupas karya-karya yang melibatkan para arsitek kondang Indonesia, Seperti Andra Matin, Adi Purnomo, Budi Pradono, Yori Antar dan Gregorius Supie Yolodi.
Mereka, katanya, mendesain mulai terminal Bandara Banyuwangi yang menjadi terminal hijau pertama di Indonesia, terminal pariwisata terpadu, fasilitas olahraga, pendopo, tempat ibadah, ruang terbuka hijau, lembaga pendidikan hingga hotel.
"Banyak hal yang bisa didapat dari buku ini tentang ide ruang publik, misalnya terminal bandara tidak harus melulu ber-AC, dan itu buktinya Bandara Banyuwangi yang hemat energi tetap sejuk dengan memanfaatkan kolam dan angin yang ada di sekitarnya," ujar Imelda.
Sementara Sonny Sandjaya, salah seorang tim penyusun buku mengatakan bahwa buku tersebut penting dibaca para pemangku kebijakan lainnya, termasuk kepala daerah.
"Cara Bupati Banyuwangi Azwar Anas me-branding daerahnya dengan melibatkan arsitek patut diketahui kepala daerah lain, ini terbukti, begitu arsitek Andra Matin mendesain bandara di sini, banyak kepala daerah yang terinspirasi. Dan kami ingin inspirasi itu terus meluas, antara lain lewat buku ini," kata Sonny.
Ia menambahkan, tidak seperti di kota besar seperti Bandung yang telah sejak lama dikenal dengan arsitekturalnya, Banyuwangi dinilai benar-benar memulainya dari nol dan berhasil dan patut disebarluaskan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berterima kasih ada penulis yang membukukan pengembangan Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir.
"Banyuwangi menjadikan arsitek dan arsitektur sebagai bagian integral pembangunan daerah karena ingin bangunan publik tak hanya fungsional, tapi juga estetis dan berkelanjutan dan sekaligus jadi destinasi wisata yang memberi manfaat sosial-ekonomi kepada masyarakat," ujarnya.
Bupati Azwar Anas menyampaikan, sebenarnya tak menyangka Banyuwangi bisa dibantu arsitek top seperti Andra Matin, Yori Antar, Adi Purnomo, Budi Pradono, Denny Gondo, Gregorius Supie.
"Kalau bayar profesional, kami tidak kuat, tetapi karena persahabatan, mereka senang ada pemerintah daerah yang perhatian melibatkan arsitek, mereka mau bantu," katanya.
Bupati Anas berharap buku "Banyuwangi Now" semakin mendorong pengembangan daerah ke depan.
"Tentu tidak boleh berhenti di sini, masih ada rencana pengembangan lain yang Insya Allah semakin memajukan daerah," ucap Anas.
Buku "Banyuwangi Now" setebal 160 halaman yang diterbitkan Penerbit IMAJI Jakarta tersebut telah diperkenalkan saat Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi yang dihadiri 380 arsitek dan peminat arsitektur dari berbagai daerah pada pekan lalu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019