Lagi dan lagi, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur selalu menjadi langganan banjir pada saat musim hujan tiba. Disebut sebagai Kota Delta, menjadikan kabupaten yang berbatasan dengan Kota Surabaya ini kerap dilanda banjir.
Berbeda dengan kota tetangga, Surabaya, Kabupaten Sidoarjo agaknya kerap menjadi jujugan banjir saat musim hujan. Seperti yang terjadi di saat musim hujan tahun ini, Kabupaten Sidoarjo sudah belasan kali dilanda banjir. Lokasinya masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Di wilayah yang dekat dengan kanal sungai.
Salah satunya adalah Jalan Raya Porong, yang kerap menjadi langganan banjir saat musim hujan. Diakui, Jalan Raya Porong merupakan salah satu urat nadi yang menghubungkan antara Kabupaten Sidoarjo dengan Kabupaten Pasuruan.
Berbatasan langsung dengan tanggul Lumpur Lapindo, membuat Jalan Raya Porong ini kerap mengalami penurunan (subsidence) setiap tahunnya. Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo mencatat, sejak terjadi semburan lumpur pada 2006, terjadi penurunan sekitar 50 centimeter. Artinya, Jalan Raya Porong memang mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Musim hujan tahun ini saja, sudah lebih dari tiga kali Jalan Raya Porong tergenang banjir. Akibatnya, sejumlah kendaraan yang akan melewati jalan itu harus berputar melalui Jalan Arteri Porong.
Penutupan Jalan Raya Porong akibat banjir kerap kali dilakukan guna menghindari kendaraan mogok terjebak banjir. Untuk kendaraan roda dua, bisa memanfaatkan tanggul penahan lumpur sebagai jalur alternatif, tanpa harus memutar untuk menghindari banjir di Jalan Raya Porong.
Tidak panjang, paling hanya sekitar 500 meter saja yang menjadi titik terparah kerusakan yang ada di Jalan Raya Porogn. Tetapi, tetap saja jika ada kendaraan yang nekad untuk menerobos banjir akan mogok. Itu karena banjir yang terjadi di jalan tersebut cukup tinggi, sekitar 50 centimeter.
Namun demikian, banjir yang terjadi di Jalan Raya Porong ini, tetap saja meninggalkan beban masalah. Karena, setiap kali banjir itu surut, lubang menganga dengan kedalaman sekitar 10 centimeter sampai dengan 20 centimeter akan menghiasi jalan tersebut.
Petugas Kepolisian Resor Kota Sidoarjo terpaksa harus menutup Jalan Raya Porong dan mengalihkan pengendara supaya menggunakan jalan alternatif, terutama saat musim hujan seperti sekarang ini.
Pun dengan Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS) yang notabenenya menjadi ”sasaran” pengaduan jika Jalan Raya Porong sampai harus ditutup.
Pasang Pompa
Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo mengakui, sebagai salah satu upaya mengendalikan banjir yang ada di Jalan Raya Porong ini harus dilakukan dengan memasang pompa. Selama ini, pompa menjadi salah satu alat yang sangat membantu selama proses penanganan banjir di tempat tersebut.
Sedikitnya empat unit pompa dipasang di sisi Timur dan juga sisi Barat Jalan Raya Porong. Pompa ini dipasang permanen, karena posisi jalan itu lebih rendah.
Sebagai gambaran, di sisi Timur Jalan Raya Porong terdapat rel kereta api yang menghubungkan Surabaya Malang dan juga Banyuwangi. Sementara itu, di sisi Timur rel kereta api dan tanggul penahan lumpur terdapat satu kanal yang menjadi tumpuan pengaliran air jika terjadi banjir di Jalan Raya Porong. Kanal ini menuju ke Kali Ketapang yang ada di sisi Utara tanggul penahan lumpur.
Humas PPLS Hengky Listia Adi mengatakan, selama terjadi banjir pihaknya akan selalu berusaha supaya air di jalan tersebut segera dialirkan ke Kali Ketapang.
”Namun upaya itu akan sia-sia jika kondisi Kali Ketapang ini sedang penuh, sehingga berapapun air yang dialirkan, akan tetap kembali mengalir ke Jalan Raya Porong,” ujarnya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi banjir tersebut pihak PPLS memiliki skema lain dengan mengalirkan air banjir itu ke dalam Kolam Penampungan Lumpur. Setalah air banjir itu dimasukkan ke dalam Kolam Penampungan Lumpur, dengan menggunakan kapal keruk, airnya dialirkan ke Kali Porong bersmaa-sama dengan material yang keluar dari semburan lumpur.
Belum ada yang tahu pasti, kapan Jalan Raya Porong itu akan terbebas dari ”tamu’ tahunan di setiap musim hujan. Yang jelas masyarakat sekitar sudah akrab dengan langganan banjir di Jalan Raya Porong tersebut.
Masih hujan
Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur mengatakan jika sampai dengan pertengahan Maret ini, sebagian wilayah di provinsi setempat masih akan mengalami hujan dengan intensitas sedang sampai deras.
Masyarakat dihimbau untuk tetap mewaspadai potensi bencana alam yang bisa ditimbulkan akibat intensitas hujan yang terjadi di wilayah Jawa Timur seperti banjir, tanah longsor dan juga angin puting beliung.
Kasi data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, potensi terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor masih berpotensi terjadi terutama menjelang akhir puncak musim hujan ini.
”Saat ini masih menjadi puncak musim hujan, di mana rata-rata hujan masih terjadi di sebagian besar wilayah di Jawa Timur,” katanya.
BMKG Juanda juga telah mengeluarkan peringatan dini melalui berbagai saluran kepada masyarakat untuk mengingatkan kemungkinan terjadinya hujan deras yang disertai dengan angin kencang.
Peringatan dini itu diberikan supaya masyarakat menjadi lebih waspada akan potensi terjadinya kemungkinan bencana alam yang terjadi di wilayah setempat.
Termasuk juga memberikan informasi terkait dengan kondisi cuaca kepada dunia penerbangan, dalam hal ini Bandara Internasional Juanda Surabaya, supaya mereka bisa memperkirakan apakah akan memberangkatkan pesawat atau tidak.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Berbeda dengan kota tetangga, Surabaya, Kabupaten Sidoarjo agaknya kerap menjadi jujugan banjir saat musim hujan. Seperti yang terjadi di saat musim hujan tahun ini, Kabupaten Sidoarjo sudah belasan kali dilanda banjir. Lokasinya masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Di wilayah yang dekat dengan kanal sungai.
Salah satunya adalah Jalan Raya Porong, yang kerap menjadi langganan banjir saat musim hujan. Diakui, Jalan Raya Porong merupakan salah satu urat nadi yang menghubungkan antara Kabupaten Sidoarjo dengan Kabupaten Pasuruan.
Berbatasan langsung dengan tanggul Lumpur Lapindo, membuat Jalan Raya Porong ini kerap mengalami penurunan (subsidence) setiap tahunnya. Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo mencatat, sejak terjadi semburan lumpur pada 2006, terjadi penurunan sekitar 50 centimeter. Artinya, Jalan Raya Porong memang mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Musim hujan tahun ini saja, sudah lebih dari tiga kali Jalan Raya Porong tergenang banjir. Akibatnya, sejumlah kendaraan yang akan melewati jalan itu harus berputar melalui Jalan Arteri Porong.
Penutupan Jalan Raya Porong akibat banjir kerap kali dilakukan guna menghindari kendaraan mogok terjebak banjir. Untuk kendaraan roda dua, bisa memanfaatkan tanggul penahan lumpur sebagai jalur alternatif, tanpa harus memutar untuk menghindari banjir di Jalan Raya Porong.
Tidak panjang, paling hanya sekitar 500 meter saja yang menjadi titik terparah kerusakan yang ada di Jalan Raya Porogn. Tetapi, tetap saja jika ada kendaraan yang nekad untuk menerobos banjir akan mogok. Itu karena banjir yang terjadi di jalan tersebut cukup tinggi, sekitar 50 centimeter.
Namun demikian, banjir yang terjadi di Jalan Raya Porong ini, tetap saja meninggalkan beban masalah. Karena, setiap kali banjir itu surut, lubang menganga dengan kedalaman sekitar 10 centimeter sampai dengan 20 centimeter akan menghiasi jalan tersebut.
Petugas Kepolisian Resor Kota Sidoarjo terpaksa harus menutup Jalan Raya Porong dan mengalihkan pengendara supaya menggunakan jalan alternatif, terutama saat musim hujan seperti sekarang ini.
Pun dengan Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS) yang notabenenya menjadi ”sasaran” pengaduan jika Jalan Raya Porong sampai harus ditutup.
Pasang Pompa
Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo mengakui, sebagai salah satu upaya mengendalikan banjir yang ada di Jalan Raya Porong ini harus dilakukan dengan memasang pompa. Selama ini, pompa menjadi salah satu alat yang sangat membantu selama proses penanganan banjir di tempat tersebut.
Sedikitnya empat unit pompa dipasang di sisi Timur dan juga sisi Barat Jalan Raya Porong. Pompa ini dipasang permanen, karena posisi jalan itu lebih rendah.
Sebagai gambaran, di sisi Timur Jalan Raya Porong terdapat rel kereta api yang menghubungkan Surabaya Malang dan juga Banyuwangi. Sementara itu, di sisi Timur rel kereta api dan tanggul penahan lumpur terdapat satu kanal yang menjadi tumpuan pengaliran air jika terjadi banjir di Jalan Raya Porong. Kanal ini menuju ke Kali Ketapang yang ada di sisi Utara tanggul penahan lumpur.
Humas PPLS Hengky Listia Adi mengatakan, selama terjadi banjir pihaknya akan selalu berusaha supaya air di jalan tersebut segera dialirkan ke Kali Ketapang.
”Namun upaya itu akan sia-sia jika kondisi Kali Ketapang ini sedang penuh, sehingga berapapun air yang dialirkan, akan tetap kembali mengalir ke Jalan Raya Porong,” ujarnya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi banjir tersebut pihak PPLS memiliki skema lain dengan mengalirkan air banjir itu ke dalam Kolam Penampungan Lumpur. Setalah air banjir itu dimasukkan ke dalam Kolam Penampungan Lumpur, dengan menggunakan kapal keruk, airnya dialirkan ke Kali Porong bersmaa-sama dengan material yang keluar dari semburan lumpur.
Belum ada yang tahu pasti, kapan Jalan Raya Porong itu akan terbebas dari ”tamu’ tahunan di setiap musim hujan. Yang jelas masyarakat sekitar sudah akrab dengan langganan banjir di Jalan Raya Porong tersebut.
Masih hujan
Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur mengatakan jika sampai dengan pertengahan Maret ini, sebagian wilayah di provinsi setempat masih akan mengalami hujan dengan intensitas sedang sampai deras.
Masyarakat dihimbau untuk tetap mewaspadai potensi bencana alam yang bisa ditimbulkan akibat intensitas hujan yang terjadi di wilayah Jawa Timur seperti banjir, tanah longsor dan juga angin puting beliung.
Kasi data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, potensi terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor masih berpotensi terjadi terutama menjelang akhir puncak musim hujan ini.
”Saat ini masih menjadi puncak musim hujan, di mana rata-rata hujan masih terjadi di sebagian besar wilayah di Jawa Timur,” katanya.
BMKG Juanda juga telah mengeluarkan peringatan dini melalui berbagai saluran kepada masyarakat untuk mengingatkan kemungkinan terjadinya hujan deras yang disertai dengan angin kencang.
Peringatan dini itu diberikan supaya masyarakat menjadi lebih waspada akan potensi terjadinya kemungkinan bencana alam yang terjadi di wilayah setempat.
Termasuk juga memberikan informasi terkait dengan kondisi cuaca kepada dunia penerbangan, dalam hal ini Bandara Internasional Juanda Surabaya, supaya mereka bisa memperkirakan apakah akan memberangkatkan pesawat atau tidak.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019