Pesan utama dari ibadah Hari Raya Nyepi tahun ini adalah pengendalian diri agar hidup rukun dan harmonis supaya bisa menjalankan Pemilihan Umum Presiden maupun Legislatif 2019 dengan damai, kata seorang pemuka agama.

Sabha Walaka Parisada Dharma Hindu Indonesia I Nyoman Sutantra memaparkan ibadah Hari Raya Nyepi di Surabaya telah melalui rangkaian kegiatan yang berlangsung sejak hari Minggu, 3 Maret, yang dimulai dengan upacara Melasti di Pantai Arafuru Surabaya.

"Upacara Melasti itu adalah membuang kotoran dari hati manusia. Kami gelar di Pantai Arafuru agar segala kotoran dari hati kita buang di laut," ujarnya, saat dikonfirmasi di Surabaya, Rabu.

Hari ini rangkaian kegiatan Hari Raya Nyepi di Surabaya adalah Tawur Kesanga, yang berarti mengembalikan segala utang manusia kepada Allah.

"Kita berhutang kepada Allah karena telah menikmati segala nikmat-Nya. Melalui Tawur Kesanga kita kembalikan utang-utang kepada Allah agar hidup ini harmonis, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun dengan sesama manusia," katanya, menjelaskan.

Rangkaian kegiatan Hari Raya Nyepi di Surabaya sore tadi dilanjutkan dengan Pawai Ogoh-ogoh yang berlangsung hingga malam hari.

"Ogoh-ogoh merupakan simbol makhluk jahat, kami arak sebelum kemudian dibakar, dengan harapan mengajak seluruh masyarakat untuk membersihkan diri dari sifat-sifat jahat. Dengan begitu besok pada puncak ibadah Nyepi, umat Hindu bisa melaksanakan Catur Brata, yaitu pengendalian diri terhadap pikiran, panca indera, perilaku dan badan sehingga tidak tergoda dengan harta dan tahta," ujarnya.

Setelah itu, Sutantra menandaskan, pada 17 Maret mendatang akan digelar Upacara Dharmasanti di Pura Agung Segara Surabaya yang bertujuan untuk membangun kehidupan rukun, damai dan harmonis.

"Tema Dharmasanti tahun ini adalah pengendalian diri melalui Catur Brata agar tercapai kehidupan rukun dan harmonis, supaya bisa menjalankan Pemilu 2019 yang santi atau damai," tuturnya. (*)

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019