Jakarta, (Antaranews Jatim) - Beragam komentar bermunculan di publik usai debat kedua kandidat calon presiden petahana Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Banyak yang kecewa melihat sikap Prabowo yang tidak agresif, namun tidak sedikit yang memberi apresiasi dengan sikap Prabowo jujur dan jauh dari kesan keras atau otoriter.

Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'aruf memuji kejujuran Prabowo dalam "closing statement" debat Pilpres II mengenai penguasaan lahan di Aceh dan Kaltim. Namun, pernyataan Joko Widodo soal lahan yang dikuasai Prabowo, bukan serangan terhadap pribadi Prabowo Subianto.

"Justru sebaliknya, pengakuan Pak Prabowo sebagaimana yang dikatakannya dalam 'closing statement', mengakui bahwa lahan tersebut memang dikuasai Prabowo dan itu bukan menyerang pribadi Pak Prabowo," kata Juru Bicara TKN Jokowi-Kyai Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily di Jakarta, Rabu (20/2).

Ace menambahkan sebenarnya tidak perlu ada yang tersinggung karena tidak ada yang dilanggar secara hukum dari penguasaan HGU itu karena Jokowi juga tidak menyatakan soal adanya pelanggaran hukum tersebut dan hanya menyampaikan fakta.

Ia menjelaskan apa yang disampaikan Jokowi sesunggahnya dalam konteks redistribusi aset.

"Sekali lagi bicara soal redistribusi asset dalam konteks reforma agraria. Pak Jokowi mengedapankan program perhutanan sosial yang justru dinikmati rakyat untuk mengelolanya agar lebih sejahtera," tukas Ace.

Ahli gestur dan psikologi politik Dewi Haroen menilai, penampilan Prabowo saat debat kedua itu merupakan strategi "re-branding" Prabowo yang dilakukan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Strategi itu cukup berhasil menampilkan "The New Prabowo".

"Saya melihat ada re-branding dari Prabowo. Dari debat pertama sampai debat kedua sudah terlihat dia mau memperlihatkan 'the new Prabowo'-nya, jadi yang selama ini dibilang Prabowo itu keras, tidak bisa mendengar orang lain, otoriter, semua itu jadi terbantahkan," ujar Dewi Haroen melalui sambungan telepon.

Dewi Haroen mengungkapkan, sebenarnya Prabowo memiliki sifat-sifat yang tenang, namun pemberitaan di media diframing seolah-olah dia keras. "Sehingga sosok yang keras dan menakutkan lebih mendominasi pemberitaan dan opini publik. Sebenarnya ada dua kombinasi kepribadian Prabowo, seiring bertambahnya usia, sehingga dia lebih 'wise'. Dia sangat tahu situasi negara ini seperti apa," paparnya.

Dewi menduga, Prabowo tidak ingin situasi politik bangsa ini yang kian memanas akan semakin panas. "Sehingga dia tampak lebih bijak saat debat kedua," tegas Dewi Haroen.

Perubahan itu tentu saja membuat banyak pendukungnya kecewa. Sebab, biasanya dalam debat, petahana lebih mengandalkan "show off" data-data keberhasilan selama berkuasa. "Namun debat kedua itu terasa terbalik, justru petahana menyerang penantang,”" tutur Dewi Haroen.

Bahkan menurut Dewi, justru petahana menyampaikan data-data yang tidak akurat yang akhirnya menjadi bahan diskusi menarik pascadebat. "Menjadi tanda tanya besar, ketika beberapa media 'mainstream' justru memojokkan petahana yang dengan percaya dirinya menyampaikan data-data yang akhirnya dibantah banyak pihak," jelasnya.

Dewi melihat, debat kedua kemarin Prabowo juga banyak menyerang, hanya caranya sangat berbeda. "Meskipun menyerang, namun semuanya dilakukan dengan senyuman, bahkan Prabowo tidak mau memperpanjang debat jika ternyata berbeda pandangan," ucapnya.

Sebelumnya, juru bicara BPN Prabowo -Sandi, Faldo Maldini mengatakan Prabowo akan mempreteli klaim-klaim keberhasilan Jokowi di sektor infrastruktur dalam debat capres kedua itu.

Menurut Faldo Prabowo akan membedah pembangunan infrastruktur yang tidak berdampak pada peningkatan produksi hasil pertanian dan tak tercapainya target swasembada pangan.

"Prabowo akan menguji argumentasi-argumentasi klaim keberhasilan yang disampaikan petahana dan menyampaikan beberapa gagasan," kata Faldo.

Faldo juga mengungkapkan, BPN memiliki catatan kinerja pemerintahan Jokowi selama ini terutama soal janji-janji yang tidak terlaksana. "Kami punya catatan janji-janji petahana yang tidak tercapai. Misalnya, tidak ingin impor di 2015, tapi ternyata impor," ucap Faldo.(*)

Pewarta: Hanni Sofia

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019