Surabaya (Antaranews Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengakui selama 10 tahun kepemimpinannya mendampingi Gubernur Soekarwo belum mampu memiliki "legacy" atau warisan yang menjadi penanda suatu daerah.
 
"Saya terima kasih karena selama ini mendapat banyak dukungan sebagai Wagub, tapi kalau boleh menyesal, kami sadar belum ada 'legacy' yang bisa dijadikan pertanda keberhasilan," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Senin.

Gus Ipul, sapaan akrabnya, juga memohon maaf karena sebagai wakil belum mampu mewujudkannya karena posisinya harus mengikuti apapun keputusan Gubernur.

"Saya mohon maaf, tapi sekali lagi kalau boleh menyesal selama 10 tahun ini kami tidak menghadirkan 'legacy' konkret dan nyata yang bisa dijadikan pertanda atau pembeda sehingga bisa jadi ikon Jatim," ucapnya.

Wagub yang pada 12 Februari 2019 mengakhiri masa jabatannya tersebut sebenarnya pernah mengusulkan pembangunan pusat studi Islam dan budaya di Bangkalan, Madura, kemudian pusat olahraga di Gresik, tapi sampai sekarang tidak pernah terealisasi.

Orang nomor dua di Pemprov Jatim itu lantas mencontohkan pembangunan kompleks olahraga Jakabaring di Sumatera Selatan oleh Gubernur Alex Noerdin, kemudian Joko Widodo saat menjabat Gubernur DKI Jakarta dengan kereta api bawah tanahnya.

Berikutnya, di Jatim saat dipimpin Imam Utomo yang mampu menghadirkan Jembatan Suramadu, begitu juga saat masih dipimpin Basofi Soedirman dengan gerakan kembali ke desa.

"Kalau tentang penghargaan sekarang, kami mengakui memang banyak dan luar biasa, tapi itu juga berkat kinerja staf dan anak buah," kata Gus Ipul yang juga Ketua PBNU tersebut.

Sementara itu, di akhir 2018, Wagub mengaku bersyukur dan bangga terhadap kepala daerah berprestasi, seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang kehebatannya diakui banyak pihak.

Gus Ipul juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang selama ini bekerja demi kemajuan Jatim, antara lain peran ulama dan kiai, TNI/Polri, tokoh masyarakat, serta rakyat se-Jatim.

"Kita wajib bangga pada masyarakat Jatim yang selalu ngomong apa adanya, memiliki budaya saling terbuka sehingga kalau ada masalah disampaikan melalui berbagai forum, seperti pengajian maupun pertemuan tingkat RT/RW. Mereka juga berpartisipasi di sektor perekonomian melalui UMKM yang hasilnya sangat luar biasa," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018