Tulungagung (Antaranews Jatim) - Dua pasar tradisional di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur bakal direvitalisasi pada tahun 2019 dengan anggaran total mencapai Rp3 miliar.
"Kebijakan ini merupakan rangkaian program revitalisasi pasar tradisional menggunakan anggaran pusat (APBN)," kata Kasi Pengendalian dan Pemantauan Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tulungagung Sonny Jatmiko di Tulungagung, Jumat.
Dua pasar yang akan direhab total itu adalah Pasar Tamanan dan Pasar Karangrejo.
Pelaksanaan program diperkirakan mulai pada akhir triwulan pertama atau awal triwulan kedua tahun anggaran 2019.
Sebelum pembangunan dimulai, para pedagang terlebih dulu akan direlokasi di tempat penampungan sementara yang disediakan pemerintah daerah.
Jumlah pasar tradisional yang telah direvitalisasi sejauh ini ada delapan pasar.
Sentra-sentra perdagangan rakyat itu dibangun ulang menggunakan konstruksi rangka baja kombinasi tembok/beton permanen.
Pasar tradisional dimaksud adalah Pasar Ngantru, Pasar Kliwon Kauman, Pasar Ngemplak, Pasar Panjer Rejotangan, Pasar Gondang, Pasar Ngentrong Campurdarat, Pasar Sumbergempol dan Pasar Ngunut.
Di Tulungagung sebenarnya ada 32 pasar tradisional yang tersebar di 19 kecamatan. Namun tak semua pasar rakyat itu bisa direvitalisasi.
Sebab, kata Sonny, revitalisasi harus memperhatikan ketidaklayaan pasar dan pertimbangan dampak peningkatan kegiatan perekonomian.
"Jadi tidak semua pasar tradisional dapat direvitalisasi dengan dana APBN. Kita harus memperhatikan kondisi pasar masih layak atau tidak layak tempatnya, serta harus bisa memprediksi jika sudah dilakukan revitalisasi dapat meningkatkan perekonomian di daerah setempat atau tidak," katanya.
Selain Pasar Tamanan dan Karangrejo yang masuk plot revitalisasi, Pasar Campurdarat sebenarnya juga sudah masuk perencanaan untuk dilakukan rehabilitasi.
Namun tindak lanjut program terkendala pada plafon anggaran yang disediakan pemerintah melalui APBN.
Kebutuhan revitalisasi Pasar Campurdarat jika mengacu analisa dan rencana anggaran teknis membutuhkan biaya sekitar Rp15 miliar. Namun dalam struktur rencana anggaran dari pusat hanya disediakan antara Rp6 miliar hingga Rp7 miliar.
"Daripada hanya terevitalisasi sebagian dan nantinya bisa menimbulkan gejolak pedagang, anggaran dari pemerintah pusat itu tidak jadi kami ambil," katanya.
Sonny menambahkan, memang tidak semua pasar tradisional di Tulungagung terevitalisasi secara total.
Ada sebagian di antaranya yang direvitalisasi. Hal itu lantaran anggaran yang tidak mencukupi.
"Di Tulungaugng ada dua pasar tradisional yang direvitalisasi secara total. Yakni, pasar Panjer di Kecamatan Rejotangan yang menghabiskan dana Rp6 miliar dan pasar Ngantru dengan dana Rp2 miliar," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kebijakan ini merupakan rangkaian program revitalisasi pasar tradisional menggunakan anggaran pusat (APBN)," kata Kasi Pengendalian dan Pemantauan Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tulungagung Sonny Jatmiko di Tulungagung, Jumat.
Dua pasar yang akan direhab total itu adalah Pasar Tamanan dan Pasar Karangrejo.
Pelaksanaan program diperkirakan mulai pada akhir triwulan pertama atau awal triwulan kedua tahun anggaran 2019.
Sebelum pembangunan dimulai, para pedagang terlebih dulu akan direlokasi di tempat penampungan sementara yang disediakan pemerintah daerah.
Jumlah pasar tradisional yang telah direvitalisasi sejauh ini ada delapan pasar.
Sentra-sentra perdagangan rakyat itu dibangun ulang menggunakan konstruksi rangka baja kombinasi tembok/beton permanen.
Pasar tradisional dimaksud adalah Pasar Ngantru, Pasar Kliwon Kauman, Pasar Ngemplak, Pasar Panjer Rejotangan, Pasar Gondang, Pasar Ngentrong Campurdarat, Pasar Sumbergempol dan Pasar Ngunut.
Di Tulungagung sebenarnya ada 32 pasar tradisional yang tersebar di 19 kecamatan. Namun tak semua pasar rakyat itu bisa direvitalisasi.
Sebab, kata Sonny, revitalisasi harus memperhatikan ketidaklayaan pasar dan pertimbangan dampak peningkatan kegiatan perekonomian.
"Jadi tidak semua pasar tradisional dapat direvitalisasi dengan dana APBN. Kita harus memperhatikan kondisi pasar masih layak atau tidak layak tempatnya, serta harus bisa memprediksi jika sudah dilakukan revitalisasi dapat meningkatkan perekonomian di daerah setempat atau tidak," katanya.
Selain Pasar Tamanan dan Karangrejo yang masuk plot revitalisasi, Pasar Campurdarat sebenarnya juga sudah masuk perencanaan untuk dilakukan rehabilitasi.
Namun tindak lanjut program terkendala pada plafon anggaran yang disediakan pemerintah melalui APBN.
Kebutuhan revitalisasi Pasar Campurdarat jika mengacu analisa dan rencana anggaran teknis membutuhkan biaya sekitar Rp15 miliar. Namun dalam struktur rencana anggaran dari pusat hanya disediakan antara Rp6 miliar hingga Rp7 miliar.
"Daripada hanya terevitalisasi sebagian dan nantinya bisa menimbulkan gejolak pedagang, anggaran dari pemerintah pusat itu tidak jadi kami ambil," katanya.
Sonny menambahkan, memang tidak semua pasar tradisional di Tulungagung terevitalisasi secara total.
Ada sebagian di antaranya yang direvitalisasi. Hal itu lantaran anggaran yang tidak mencukupi.
"Di Tulungaugng ada dua pasar tradisional yang direvitalisasi secara total. Yakni, pasar Panjer di Kecamatan Rejotangan yang menghabiskan dana Rp6 miliar dan pasar Ngantru dengan dana Rp2 miliar," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018