Surabaya (Antaranews Jatim) - Kontingen Muaythai Jawa Timur memilih mundur dari babak final Kejuaraan Nasional Muaythai VI Junior dan Senior Piala Bergilir Kapolri, KSAD, dan Kemenpora 2018 di GOR Soemantri Brojonegoro, Jumat.
Dalam siaran pers yang diterima Antara di Surabaya, keputusan itu diambil oleh Manajer Muaythai Jatim Iwan Wijaya yang langsung menyampaikannya kepada Ketua Pengurus Besar (PB) Muaythai Indonesia (MI) Sudirman.
"Kecurangan terjadi kepada atlet kami, padahal 90 persen menang. Bahkan, saat kami tanya saksi dan pelatih lawan juga mengakui kalau yang menang itu Jatim," ujarnya.
Ia mengaku kecewa dengan keputusan wasit dan dewan juri serta panitia yang meminta ofisial Jatim membuat surat pernyataan tertulis.
"Karena keputusan yang tidak adil dengan mewajibkan Jatim membuat surat peryataan, Jatim langsung mengambil inisiatif mengundurkan diri. Padahal, Jatim masih menyisakan dua partai final," ucapnya.
Dengan kejadian ini, ia mengaku kecewa karena PB MI tidak menjunjung tinggi sportivitas dan melihat kualitas atlet yang terbaik, padahal kejurnas menjadi ajang seleksi untuk Pelatnas SEA Games 2019 Filipina, serta persiapan provinsi jelang Pra-PON.
"Saya rugi kalau begini, karena sudah keluar banyak dana untuk melakukan pembinaan atlet agar berprestasi. Tapi, kok ini hasilnya sangat-sangat tidak adil. Kalau memang harus suap, saya bisa suap, tapi saya tidak mau karena memikirkan prestasi untuk kepentingan Indonesia ke depan," katanya.
Dengan adanya kasus ini, ia berharap agar PB MI dapat melakukan evaluasi agar dapat menjunjung tinggi sportivitas dan lebih mementingkan prestasi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Dalam siaran pers yang diterima Antara di Surabaya, keputusan itu diambil oleh Manajer Muaythai Jatim Iwan Wijaya yang langsung menyampaikannya kepada Ketua Pengurus Besar (PB) Muaythai Indonesia (MI) Sudirman.
"Kecurangan terjadi kepada atlet kami, padahal 90 persen menang. Bahkan, saat kami tanya saksi dan pelatih lawan juga mengakui kalau yang menang itu Jatim," ujarnya.
Ia mengaku kecewa dengan keputusan wasit dan dewan juri serta panitia yang meminta ofisial Jatim membuat surat pernyataan tertulis.
"Karena keputusan yang tidak adil dengan mewajibkan Jatim membuat surat peryataan, Jatim langsung mengambil inisiatif mengundurkan diri. Padahal, Jatim masih menyisakan dua partai final," ucapnya.
Dengan kejadian ini, ia mengaku kecewa karena PB MI tidak menjunjung tinggi sportivitas dan melihat kualitas atlet yang terbaik, padahal kejurnas menjadi ajang seleksi untuk Pelatnas SEA Games 2019 Filipina, serta persiapan provinsi jelang Pra-PON.
"Saya rugi kalau begini, karena sudah keluar banyak dana untuk melakukan pembinaan atlet agar berprestasi. Tapi, kok ini hasilnya sangat-sangat tidak adil. Kalau memang harus suap, saya bisa suap, tapi saya tidak mau karena memikirkan prestasi untuk kepentingan Indonesia ke depan," katanya.
Dengan adanya kasus ini, ia berharap agar PB MI dapat melakukan evaluasi agar dapat menjunjung tinggi sportivitas dan lebih mementingkan prestasi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018