Kediri (Antaranews Jatim) - Kopi asal Wonosalam Kabupaten Jombang, Jawa Timur, cukup disukai warga di Kota Kediri, yang terbukti dari hasil penjualan cukup bagus, sehingga asosiasi kopi di daerah itu juga terus memperluas pasar penjualannya (ekspansi) .
"Kami membawa kopi hingga 1,5 kuintal dan 1 kuintal sudah langsung habis. Ini yang sisanya kopi bubuk sudah banyak yang dibeli," kata Bagian Dana dan Usaha Asosiasi Kopi Wonosalam Jombang Muh Edi Kuncoro di Kediri, Minggu.
Edi ditemui di sela-sela pameran di Kota Kediri mengatakan, animo warga Kota Kediri untuk meminum kopi dari Wonosalam, Kabupaten Jombang terlihat sangat bagus. Ada banyak pilihan jenis kopi dari daerah ini, yakni robusta, arabika, dan excelsa. Dari kopi-kopi tersebut, yang mendapat perhatian adalah jenis robusa dan excelsa.
Menurut dia, kopi jenis excelsa memang banyak tumbuh di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Tanaman ini termasuk purba yang merupakan peninggalan zaman Belanda dan merupakan salah satu ciri khas kopi asal daerah ini. Jenis kopi ini mempunyai rasa agak asam, sehingga lebih unik.
"Yang jenis robusta juga banyak disukai. Rasa kopi robusta antara di Dampit (Kabupaten Malang) dengan Wonosalam juga beda. Jenis tanaman sama, rasa bisa berbeda," kata pria yang juga pendiri Kelompok Tani Kopi Wojo (Wonosalam - Jombang) Kabupaten Jombang ini.
Ia menambahkan, permintaan kopi dari Wonosalam, Kabupaten Jombang ini sebenarnya cukup tinggi. Namun, belum semua bisa terpenuhi dengan baik. Saat ini, dari asosiasi baru bisa mengirimkan hingga sekitar 20 ton per tahun dengan berbagai jenis kopi, padahal permintaan lebih dari jumlah itu.
Pihaknya mengatakan, belum semua petani di Kecamatan Wonosalam, ini menggunakan pola tanam yang lebih modern. Selama ini cara yang digunakan masih konvensional, sehingga asosiasi mencoba untuk mengubah pola pikir para petani kopi di daerah ini agar tanaman yang dikelolanya bisa tumbuh lebih baik dan harga jual juga lebih bagus.
Ia menyebut, di asosiasi harga jual untuk kopi juga beragam. Setiap jenis kopi baik arabika, robusta, hingga excelsa harganya bervariatif. Misalnya untuk arabika dengan kualitas yang terbagus harganya hingga Rp90 ribu per kilogram, excelsa hingga Rp85 ribu per kilogram bahkan ada yang hingga lebih dari itu.
Edi mengatakan selama ini pasar penjualan untuk kopi juga masih lokal. Namun, dirinya berharap agar produk kopi ini bisa dikirim ke berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga ekspor.
Sementara itu, Abdul Hakim Bafagih, warga Kediri mengaku ia tertarik dengan kopi asal Jombang ini. Ia merasa potensi produk dari daerah ini bisa lebih dikembangkan, sehingga lebih mempunyai nilai jual yang tinggi.
"Kopi di Wonosalam ini selalu menjadi rebutan, terutama robusta. Ada juga yang excelsa, karena ada rasa unik, agak asam. Bahkan, yang excelsa ini kapasitas nasional 1 persen, salah satunya ada di Wonosalam," kata dia.
Hakim juga mengaku ia adalah pecinta kopi. Setiap hari setidaknya 2-3 cangkir kopi selalu diminumnya. Dirinya juga bisa merasakan semua rasa kopi dan rasanya enak.
Lebih lanjut, Hakim yang juga pengusaha ini juga mengaku berupaya ikut mengenalkan kopi asal Wonosalam ke berbagai daerah salah satunya di Kediri. Ia juga mendukung sepenuhnya dengan memberikan informasi ketika ada pameran, sehingga asosiasi kopi bisa ikut di dalamnya, sambil mengenalkan produknya, termasuk pameran yang digelar di Kota Kediri ini.
Bahkan, kini harga jual kopi asal Wonosalam relatif lebih bagus, dari rata-rata hanya Rp20 ribu per kilogram, kini harganya naik menjadi Rp30-50 ribu per kilogram. Kenaikan ini juga didukung dari pengenalan serta pengemasan yang lebih bagus, sehingga daya jualnya juga lebih tinggi.
Dirinya berharap, produksi kopi asal daerah ini ke depan bisa lebih baik lagi dan lebih banyak, mengingat hingga kini potensi penjualan kopi selalu bagus. Dengan itu, tingkat kesejahteraan petani kopi ke depan juga menjadi baik.
"Mudah-mudahan 1-2 tahun bisa ekspor, tapi jika masih cukup untuk kebutuhan lokal, kapasitasnya bisa lebih besar. Orang Indonesia harus cinta produk Indonesia," kata Hakim berharap.
Dewi Nurmuhyar, salah seorang warga Kota Kediri mengaku dirinya adalah pecinta kopi. Dalam sehari, ia selalu minum kopi antara 1-2 gelas. Jenis kopi yang disukainya adalah robusta.
"Saya selalu minum kopi, jika belum rasanya seperti lemas. Kopi yang saya sukai adalah robusta," kata Dewi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kami membawa kopi hingga 1,5 kuintal dan 1 kuintal sudah langsung habis. Ini yang sisanya kopi bubuk sudah banyak yang dibeli," kata Bagian Dana dan Usaha Asosiasi Kopi Wonosalam Jombang Muh Edi Kuncoro di Kediri, Minggu.
Edi ditemui di sela-sela pameran di Kota Kediri mengatakan, animo warga Kota Kediri untuk meminum kopi dari Wonosalam, Kabupaten Jombang terlihat sangat bagus. Ada banyak pilihan jenis kopi dari daerah ini, yakni robusta, arabika, dan excelsa. Dari kopi-kopi tersebut, yang mendapat perhatian adalah jenis robusa dan excelsa.
Menurut dia, kopi jenis excelsa memang banyak tumbuh di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Tanaman ini termasuk purba yang merupakan peninggalan zaman Belanda dan merupakan salah satu ciri khas kopi asal daerah ini. Jenis kopi ini mempunyai rasa agak asam, sehingga lebih unik.
"Yang jenis robusta juga banyak disukai. Rasa kopi robusta antara di Dampit (Kabupaten Malang) dengan Wonosalam juga beda. Jenis tanaman sama, rasa bisa berbeda," kata pria yang juga pendiri Kelompok Tani Kopi Wojo (Wonosalam - Jombang) Kabupaten Jombang ini.
Ia menambahkan, permintaan kopi dari Wonosalam, Kabupaten Jombang ini sebenarnya cukup tinggi. Namun, belum semua bisa terpenuhi dengan baik. Saat ini, dari asosiasi baru bisa mengirimkan hingga sekitar 20 ton per tahun dengan berbagai jenis kopi, padahal permintaan lebih dari jumlah itu.
Pihaknya mengatakan, belum semua petani di Kecamatan Wonosalam, ini menggunakan pola tanam yang lebih modern. Selama ini cara yang digunakan masih konvensional, sehingga asosiasi mencoba untuk mengubah pola pikir para petani kopi di daerah ini agar tanaman yang dikelolanya bisa tumbuh lebih baik dan harga jual juga lebih bagus.
Ia menyebut, di asosiasi harga jual untuk kopi juga beragam. Setiap jenis kopi baik arabika, robusta, hingga excelsa harganya bervariatif. Misalnya untuk arabika dengan kualitas yang terbagus harganya hingga Rp90 ribu per kilogram, excelsa hingga Rp85 ribu per kilogram bahkan ada yang hingga lebih dari itu.
Edi mengatakan selama ini pasar penjualan untuk kopi juga masih lokal. Namun, dirinya berharap agar produk kopi ini bisa dikirim ke berbagai daerah di Indonesia bahkan hingga ekspor.
Sementara itu, Abdul Hakim Bafagih, warga Kediri mengaku ia tertarik dengan kopi asal Jombang ini. Ia merasa potensi produk dari daerah ini bisa lebih dikembangkan, sehingga lebih mempunyai nilai jual yang tinggi.
"Kopi di Wonosalam ini selalu menjadi rebutan, terutama robusta. Ada juga yang excelsa, karena ada rasa unik, agak asam. Bahkan, yang excelsa ini kapasitas nasional 1 persen, salah satunya ada di Wonosalam," kata dia.
Hakim juga mengaku ia adalah pecinta kopi. Setiap hari setidaknya 2-3 cangkir kopi selalu diminumnya. Dirinya juga bisa merasakan semua rasa kopi dan rasanya enak.
Lebih lanjut, Hakim yang juga pengusaha ini juga mengaku berupaya ikut mengenalkan kopi asal Wonosalam ke berbagai daerah salah satunya di Kediri. Ia juga mendukung sepenuhnya dengan memberikan informasi ketika ada pameran, sehingga asosiasi kopi bisa ikut di dalamnya, sambil mengenalkan produknya, termasuk pameran yang digelar di Kota Kediri ini.
Bahkan, kini harga jual kopi asal Wonosalam relatif lebih bagus, dari rata-rata hanya Rp20 ribu per kilogram, kini harganya naik menjadi Rp30-50 ribu per kilogram. Kenaikan ini juga didukung dari pengenalan serta pengemasan yang lebih bagus, sehingga daya jualnya juga lebih tinggi.
Dirinya berharap, produksi kopi asal daerah ini ke depan bisa lebih baik lagi dan lebih banyak, mengingat hingga kini potensi penjualan kopi selalu bagus. Dengan itu, tingkat kesejahteraan petani kopi ke depan juga menjadi baik.
"Mudah-mudahan 1-2 tahun bisa ekspor, tapi jika masih cukup untuk kebutuhan lokal, kapasitasnya bisa lebih besar. Orang Indonesia harus cinta produk Indonesia," kata Hakim berharap.
Dewi Nurmuhyar, salah seorang warga Kota Kediri mengaku dirinya adalah pecinta kopi. Dalam sehari, ia selalu minum kopi antara 1-2 gelas. Jenis kopi yang disukainya adalah robusta.
"Saya selalu minum kopi, jika belum rasanya seperti lemas. Kopi yang saya sukai adalah robusta," kata Dewi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018