Surabaya (Antaranews Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memaparkan pemulihan Kota Surabaya, Jatim pasca-teror bom beberapa waktu lalu pada Global Counter Terrorism Forum yang digelar di Roosevelt Hotel, New York, Amerika Serikat, Selasa. 
     
"Sangat mengejutkan bagi kami dan semua warga Surabaya setelah mendengar bom yang diledakkan di tiga gereja di kota damai kami. Apalagi bom itu sampai menewaskan beberapa orang dan membawa trauma pada warga lain," kata Wali Kota Risma melalui siaran persnya di Surabaya.
     
Menurut Risma, yang berbeda dari serangan bom di Surabaya adalah melibatkan perempuan dan anak-anak, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku. Makanya, lanjut dia, Pemkot Surabaya bergerak cepat dan melakukan langkah-langkah spesifik dengan menggandeng semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama memulihkan kondisi Surabaya. 
     
"Karena hanya dengan bekerja bersama, kita dapat memiliki lebih banyak kekuatan dan melakukan hal-hal lebih cepat," ujarnya.
     
Pada saat itu, Risma mengaku langsung meninjau tiga gereja yang diserang bom dan mengerahkan jajarannya untuk membersihkan tiga gereja yang diserang itu. Bahkan, saat itu pula pemkot bekerja sama dengan asosiasi dokter serta semua rumah sakit di Surabaya untuk fokus membantu korban yang terluka.
     
"Kami juga bekerja sama dengan petugas kepolisian, terutama Detasemen Khusus 88 untuk mengungkapkan data para pelaku. CCTV yang kami pasang di semua area kota telah banyak membantu kami dalam mendapatkan data cepat dari para penyerang," ujarnya.
     
Saat itu, lanjut dia, pemkot menghubungkan data dari CCTV dengan database kependudukan untuk mengidentifikasi karakteristik fisik, dan informasi keluarga pelaku teror. 
     
Petugas polisi kemudian melakukan analisis terhadap orang-orang yang mereka temui beserta kegiatan-kegiatannya. Akhirnya, lanjut dia, disitulah ketemu bahwa para pelaku ini terhubung dengan keluarga lainnya yang melakukan serangan keesokan harinya. 
     
"Jadi, data kami juga membantu petugas detasemen khusus untuk mengungkapkan jaringan mereka dalam proses yang cukup cepat," ujarnya.
     
Di rumah pelaku, kata dia, jajaran kepolisian menemukan banyak bahan yang digunakan untuk membuat bom rakitan dan beberapa bom yang siap meledak. Polisi kemudian meledakkan bom itu di tanah Pemkot Surabaya yang sudah dipersiapkan sebelum.
     
"Kami juga menyediakan kamar mayat untuk menjaga tubuh korban sebelum dikuburkan," ujarnya.
     
Penangkapan beberapa tersangka di rumah mereka juga telah menyebabkan trauma bagi anak-anak mereka. Makanya, pada hari serangan dan beberapa hari setelahnya, Risma memutuskan untuk meliburkan kegiatan sekolah. 
     
Hal ini penting untuk memberi waktu bagi pemkot menangani anak-anak yang terkena dampak tragedi ini dan menyembuhkan trauma mereka sebelum dapat kembali lagi ke sekolah.
     
Upaya pemulihan itu tidak berhenti sampai disitu, namun Risma keesokan harinya langsung mengumpulkan berbagai elemen masyarakat dan komunitas untuk bersama-sama mencegah terorisme dan gerakan radikal. 
     
Secara bertahap, ia juga bertemu dengan kepala sekolah dan guru agama, pengurus masjid, dan juga pengamat jentik nyamuk (bumantik) yang biasanya masuk ke rumah-rumah warga. 
     
"Mereka kami minta untuk melaporkan kapan pun mereka menemukan sesuatu yang mencurigakan di rumah warga," ujarnya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018