Malang (Antara) - Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Riza Rahman Hakim mengembangkan inovasi pertanian urban dengan sistem bio natural (Biona) dan akuaponik yang mampu menghasilkan ikan air tawar, khususnya ikan lele berkualitas, baik dari sisi  kesehatan maupun produknya.
     
Menurut Riza Rahman, Senin, untuk mengembangkan budi daya ikan lele tidak harus memiliki lahan luas, sebab dengan sistem akuaponik, masyarakat bisa melakukannya di rumah dengan memanfaatkan lahan yang ada, meski lahan itu sempit.
     
"Apalagi ditunjang dengan konsep yang sudah kami praktikkan, yakni satu rumah satu kolam atau One House One Pond (OHOP). Konsep OHOP ini diharapkan mampu menumbuhkan jiwa entrepreneurship dengan strategi memanfaatkan lahan sempit dan diupayakan mendapatkan hasil maksimal," kata Riza di Malang, Jawa Timur.
     
Ia mengatakan konsep OHOP tersebut muncul untuk mendukung program pemerintah dengan memanfaatkan ruang (lahan) sempit, namun produktif. OHOP merupakan program pemberdayaan masyarakat dari lingkup terkecil, yakni rumah tangga melalui Gerakan Satu Rumah Satu Kolam Ikan.
     
"Kami menggabungkan budi daya ikan lele di kolam terpal dengan budi daya sayuran melalui sistem akuaponik," ujar Riza.
     
Sistem budi daya tersebut, ada dua sistem, yakni sistem budi daya lele biona berbasis bio-natural serta budi daya lele bionik yang merupakan kombinasi antara bio-natural dan aquaponik. Dengan sistem ini, secara tidak langsung kotoran lele sebagai pupuk tanaman di atas kolam.
     
Konsep ini menghemat biaya untuk pemberian makan lele dan mampu meminimalilasi penggunaan air. Jika budi daya lele tradisional penggunaan air hingga 50 persen dan harus diganti setiap hari untuk meminimalkan bau tak sedap, dengan konsep OHOP, penggunaan air hanya 30 persen dan penggantian air satu minggu satu kali, bahkan airnya tidak bau.
      
Riza menjelaskan satu meter kolam bisa diisi dengan 1.000 ekor lele dan dalam waktu tiga bulan sekali dapat dipanen sekitar 300 ekor. "Kami yakin konsep ini bisa menjadi solusi bagi kemandirian pangan keluarga, bahkan daerah maupun nasional. Kami memulainya dari kelompok terkecil dulu, yakni keluarga," katanya.
      
Karena penelitian dan konsep OHOP yang dikembangkannya itu, Riza berkesempatan mengikuti pendidikan selama dua pekan di Wageningen University Belanda yang diikuti 10 peneliti dari berbagai negara guna memperkuat risetnya.
      
Setelah kembali dari Belanda, Riza makin yakin jika konsep OHOP yang dikembangkannya itu relevan diterapkan di wilayah perkotaan dengan lahan terbatas. "Kami juga ingin mengembangkan teknologi perairan di Negeri Kincir Air tersebut di Indonesia," ujarnya.
      
Untuk pengembangan lebih luas konsep OHOP dengan sistem biona dan akuaponik ini, kata Riza, belum lama ini pihaknya bersama Fishedupark Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM telah memberikan pelatihan kepada masyarakat yang ingin belajar dalam dunia perikanan dengan tema "The Real Urban Farming".
      
"Tidak hanya mahasiswa, peserta yang hadir juga ada dari kalangan dosen, penyuluh dan praktisi dalam dunia perikanan. Dalam pelatihan ini peserta mendapat edukasi dan bukti  mengenai konsep real urban farming, bagaimana cara budi daya lele sistem Biona, pembenihan lele berdasarkan standart Cara Pembenihan Ikan Yang Baik (CPIB, dan praktik persiapan media air dan akuaponik," paparnya.
      
Sementara itu dosen Perikanan UMM Ganjar Adhy Wirawan mengemukakan konsep pertanian urban perlu disosialisasikan dan diaplikasikan mengingat di zaman milenial saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai mengalami pergeseran produktivitas.
      
Selain itu, lanjutnya, masyarakat muda Indonesia juga sudah mulai kurang berminat pada sektor perikanan. Padahal di negara lain, hal ini justru sedang mengalami peningkatan.
      
"Tidak hanya itu, pemanfaatan lahan-lahan terbatas di perkotaan, juga menjadi alasan. Masyarakat dituntut untuk kreatif dan maksimal dalam memanfaatkan lahan sempit serta air yang terbatas agar dapat diolah dengan baik. Konsep pertanian urban ini menjadi salah satu jawaban," tuturnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018