Cikole, Jawa Barat, (Antara) - "Orchid Forest" atau hutan aggrek Cikole, Jawa Barat, diharapkan menjadi destinasi digital yang menjadi favorit kaum milenial karena menyediakan begitu banyak titik-titik menarik yang "instagramable" dan disukai anak muda.

Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara di Cikole, Jawa Barat, Jumat, mengatakan pihaknya mengharapkan semakin banyak dikembangkan destinasi digital alternatif agar bisa berkontribusi dalam menggerakkan pariwisata Indonesia melalui media digital.

"Orchid Forest ini bisa menjadi destinasi yang menginspirasi di Nusantara sehingga ada alternatif pilihan berwisata di Indonesia," katanya.

Menurut dia, destinasi alternatif seperti halnya Orchid Forest akan menggelorakan pariwisata Indonesia sehingga perubahan pariwisata terjadi melalui media sosial hingga viral.

"Dan ini diharapkan bisa mendukung destinasi digital untuk mempromosikan pariwisata di era milenial ini," ucapnya.

Sementara itu, CEO Orchid Forest Cikole Akbar menuturkan, Orchid Forest yang dikembangkannya berada di lahan seluas 75 hektar dan sampai saat ini baru dikerjakan 12 hektare.

"Ini hutan lindung dan ada batasan dalam membangun. Semua 'landscape' ditelusuri dan diubah selama 8 bulan, semua dilakukan oleh tenaga manusia," ujarnya.

Sampai saat ini kawasan itu menyediakan berbagai titik destinasi yang layak untuk spot fotografi unik sehingga pada awal dibukanya saja sudah didatangi rata-rata 1.000 pengunjung dalam sebulan.

"Dan pariwisata cepat sekali ternyata pengunjung mencapai 12 ribu saat Lebaran, kemudian pengembangan juga harus dipikirkan agar rasa alami tetap terasa," imbuhnya.

Ke depan kata dia, ada tiga konsep besar, yakni edukasi tourism di mana konsep ini dibuat agar wisatawan bisa berinteraksi dengan alam dan bisa bersahabat dengan alam.

Namun ia menekankan, wisatawan harus mengutamakan kebersihan di kawasan tersebut.

Konsep kedua adalah wisata olahraga yang secara alami kawasan tersebut memang potensial dijadikan jalur "downhill" dan ke depan akan ada kompetisi di malam hari sehingga timbul kesan "electric forest".

"Kemudian ada wisata kampung, di sini ada seni pahat, seni tari. Kita mengajak agar wisatawan bisa mengenal keaslian Indonesia," katanya.

Pihaknya mengembangkan Orchid Forest, mengingat Indonesia merupakan negara kedua terbesar sebagai penghasil anggrek. Di kawasan itu dikembangkan ribuan anggrek hibrid dan dibudidayakan anggrek spesies yang langka.

"Lalu ada 150 jenis anggrek langka, selanjutnya tiga dari spesies anggrek langka ada di Indonesia. Di Indonesia juga tumbuh banyak tanaman kantong Semar (Jabar) dan anggrek kumis (Kalimantan). Dengan hadirnya kekayaan bunga anggrek maka sudah selayaknya Indonesia memiliki museum anggrek dan itu target kita ke depan," tuturnya.

Selain itu, di Orchid Forest juga dikembangkan ada tanaman endemik herbal, termasuk kopi yang dilengkapi area kopi untuk wisatawan.

Orchid Forest dibuka pada 9 Agustus 2017 dan hingga kini telah ada 6 "event" internasional digelar di dalamnya di antaranya "La La Festival 2018".

"Pada 15 September 2018 akan ada forestra atau orkestra di hutan," katanya.(*)

Pewarta: Hanni Sofia

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018