Jakarta (Antara) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah 157 poin, sedangkan Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, dibuka melemah sebesar 47,70 poin.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah 157 poin menjadi Rp14.643 dibanding sebelumnya Rp14.486 per dolar AS.

"Data ekonomi dalam negeri yang dinilai kurang baik menjadi salah satu faktor yang menekan rupiah terhadap dolar AS," kata Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada.

Bank Indonesia mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 mencapai 8 miliar dolar AS atau tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen terhadap PDB.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen mengenai gejolak ekonomi Turki turut menjadi faktor yang membuat sejumlah mata uang di dunia, termasuk rupiah mengalami tekanan terhadap dolar AS.

"Diketahui, Turki memiliki banyak eksposure utang terhadap Eropa sehingga ketika ekonomi Turki di ambang krisis maka akan mempengaruhi ekonomi Eropa dan dapat berdampak ke negara di kawasan Asia," katanya.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan Turki terancam krisis keuangan, investor global fokus dengan kondisi ekonomi di Turki seiring dengan meningkatnya kontrol ekonomi dari Presiden Erdogan dan memburuknya hubungannya dengan Amerika Serikat.

"Nilai tukar lira Turki mencatatkan depresiasi tajam. Efek Turki ini dikawatirkan membuat mata uang dolar AS menguat dan sebaliknya 'emerging markets' lain termasuk rupiah akan melemah," katanya. 


IHSG

Sementara itu, Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, dibuka melemah sebesar 47,70 poin menyusul data defisit neraca transaksi berjalan yang meningkat.

IHSG dibuka melemah 47,70 poin atau 0,79 persen menjadi 6.029,46, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 11,83 poin atau 1,23 persen menjadi 951,24.

"Sentimen dari dalam negeri mengenai defisit neraca transaksi berjalan yang meningkat menjadi salah satu faktor negatif bagi IHSG," kata Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta.

Ia menambahkan defisit transaksi berjalan yang naik itu membuat sejumlah investor saham di dalam negeri khawatir terhadap perekonomian nasional sehingga cenderung melepas sebagian aset sahamnya.

Bank Indonesia mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 mencapai 8 miliar dolar AS atau tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen terhadap PDB.

Di sisi lain, lanjut dia, bursa saham eksternal yang juga berada di area negatif menambah kekhawatiran investor saham di dalam negeri sehingga turut membebani laju IHSG.

Kendati demikian, lanjut dia, masih adanya sentimen positif dari program pembangunan infrastruktur dan properti, serta perbaikan tingkat konsumsi masyarakat diharapkan dapat menjaga pergerakan IHSG untuk tidak tertekan lebih dalam.

Bursa regional, di antaranya indeks Nikkei turun 308,61 poin (1,38 persen) ke 21.989,46, indeks Hang Seng melemah 441,51 poin (1,56 persen) ke 27.925,10, dan indeks Strait Times melemah 31,25 poin (0,95 persen) ke posisi 3.253,53.(*)

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018