Pamekasan (Antaranews Jatim) - Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Lestari di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, berupaya mengantisipasi banjir perkotaan dan kebersihan lingkungandi wilayah itu, melalui program pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
"Ada sekitar 670-an rumah tangga, tiga sekolah dan satu pasar di sekitar Kota Pamekasan ini yang sampahnya kita kelola di KSM Lestari ini," ujar Penanggung Jawab Pengelolaan Sampah di KSM Lestari Syaifuddin Zuhri kepada Antara di Pamekasan, Kamis.
KSM Lestari ini, mengelola sampah masyarakat secara mandiri di areal bangunan seluas 10x20 meter persegi di Jalan Raya Teja, Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan secara mandiri dengan sistem 3R (reduce/mengurangi, reuse/menggunakan kembali dan recycle/melakukan daur ulang), dan berbasis masyarakat.
"Sifud" sapaan karib warga Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan, Madura ini terdorong untuk membentuk KSM yang bergerak pada pengelolaan sampah, akibat sering terjadinya banjir di wilayah perkotaan saat kemarau akibat luapan sungai.
Pemicunya, karena banyak sampah rumah tangga masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai dibuang ke sungai, sehingga jika hujan, aliran air tidak lancar, hingga pada akhirnya terjadi banjir.
Selama kurun waktu 2010 hingga 2014, tercatat tidak kurang dari tiga kali kejadian banjir melanda warga kota ini setiap tahunnya, seperti di Kelurahan Jungcangcang, Parteker dan Kelurahan Pademawu, serta sebagian di Desa Laden, Kecamatan Kota, Pamekasan.
"Sifud" dan komunitas masyarakat Jungcangcang lainnya yang memiliki komitmen sama kemudian tergerak untuk menangani sampah-sampah masyarakat dan menjadi salah satu penyabab terjadinya banjir di perkotaan itu, dengan membentuk kelompok masyarakat swadaya yang diberinama "Lestari".
"Ketuanya Haji Sugianto, dan Sekretarisnya Abd Syakur, dan saya selaku bendara sekaligus operator pengelolaan sampah di lapangan," ucap Sifud.
Keinginan Sifud dan kawan untuk mengelola sampah berbasis swadaya ternyata mendapatkan perhatian dari Kementerian Pekerjaan Umum Direktur Jenderal Cipta Karya.
Melalui Satker Pembinaan Penyehatan Lingkungan Lingkungan Provinsi Jawa Timur KSM Lestari yang mendapatkan kurusan dana hibah untuk pembangunan lokasi pengelolaan sampah sebesar Rp600 juta, dan tercatat sebagai proyek percontohan terbaik se-Jawa Timur dalam proyek pembangunannya.
TPS3R KSM Lestari ini, dibangun di perkampungan padat penduduk di Jalan Raya Teja, Kelurahan Jungcangcang, dan mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat, karena Sifud dan kawan-kawan mampu mengelola sampah tanpa menimbulkan bau busuk menyengat.
"Kalau bau, kami pasti diprotes oleh masyarakat disini, wong disini banyak pedagang, toko dan penjual makanan," ujarnya.
KSM Lestari ini mempekerjakan enam orang pekerja, yakni tiga orang pekerja laki-laki dan tiga orang pekerja perempuan sebagai pemilah sampah, dan pengangkut sampah dari perkampungan warga ke lokasi KSM Lestari.
Sampah-sampah itu kemudian dipilah menjadi lima bagian, yakni sampah plastik, kardus kertas, kaleng, botol dan kompos. Botol, kaleng dan kardus kertas kemudian dijual kepada pengepul, sedangkan kompos diproduksi menjadi pupuk kompos.
"Ini yang menjadi biaya operasional kami di lapangan, seperti honor pekerja, bensin kendaraan, serta bayar listrik setiap bulannya," ujar Sifud.
Selain dari hasil penjualan yang pengelolaan pupuk kompos, sumber pendapatan yang juga membantu KSM Lestari membiayai operasional pengelolaan sampah tersebut adalah retribusi dari masyarakat kota. "Jadi, kami yang menjemput ke rumah-rumah warga dengan dua armada roda tiga ini," katanya, menuturkan.
Khusus untuk warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai, KSM Lestari memberlakukan tarif berbeda, yakni hanya membayar Rp3 ribu per bulan.
"Soalnya kalau mau dinaikkan, mereka tidak mau membuang sampah ke kami. Kalau mereka kembali membuang sampah ke sungai, ini kan menjadi beban moral bagi kami. Sedangkan KSM Lestari ini dibentuk, hingga akhir dipercaya mendapatkan bantuan dari pemerintah, karena komitmennya salah satunya mengurangi dampak banjir, dan itu memang dapat kita rasakan dalam tiga tahun terakhir ini," kata Sifud.
Untuk rumah tangga lainnnya, tarif retribusi jasa angkutan sampah antara Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per bulan, bergantung jarak.
Keberhasilan KSM Lestari di Kelurahan Jungcangcang,Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan ini, sering dijadikan contoh oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkab Pamekasan apabila ada penilaian kebersihan lingkungan seperti penilaian Adipura. Sebab, selain pola pengelolaan yang bagus dan mendapat dukungan dari masyarakat sekitar, juga dilakukan secara mandiri dalam hal keuangan kelompok.
"Dan berkat adanya KSM Lestari dengan pola pengelolaan sampah 3R ini, nama Pamekasan menjadi harus, apalagi KSM ini menjadi pilot project terbaik se-Jawa Timur," kata Sekda Pemkab Pamekasan Moh Alwi.
Ia mengatakan, keberhasilan KSM Lestari dalam mengkomunikasikan program baik dengan pola komunkasi yang baik dengan masyarakat, berdampak pada terwujudkan kekuatan sistemik yang baik di masyarakat.
"Sebab, ada juga gagasan dan program yang baik, tapi tidak bisa dikomunikasi dengan baik, maka hasilnya juga tidak baik, bahkan ditolak oleh masyarakat. Dan ini juga terjadi di Pamekasan ini," ucap Alwi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Ada sekitar 670-an rumah tangga, tiga sekolah dan satu pasar di sekitar Kota Pamekasan ini yang sampahnya kita kelola di KSM Lestari ini," ujar Penanggung Jawab Pengelolaan Sampah di KSM Lestari Syaifuddin Zuhri kepada Antara di Pamekasan, Kamis.
KSM Lestari ini, mengelola sampah masyarakat secara mandiri di areal bangunan seluas 10x20 meter persegi di Jalan Raya Teja, Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan secara mandiri dengan sistem 3R (reduce/mengurangi, reuse/menggunakan kembali dan recycle/melakukan daur ulang), dan berbasis masyarakat.
"Sifud" sapaan karib warga Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan, Madura ini terdorong untuk membentuk KSM yang bergerak pada pengelolaan sampah, akibat sering terjadinya banjir di wilayah perkotaan saat kemarau akibat luapan sungai.
Pemicunya, karena banyak sampah rumah tangga masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai dibuang ke sungai, sehingga jika hujan, aliran air tidak lancar, hingga pada akhirnya terjadi banjir.
Selama kurun waktu 2010 hingga 2014, tercatat tidak kurang dari tiga kali kejadian banjir melanda warga kota ini setiap tahunnya, seperti di Kelurahan Jungcangcang, Parteker dan Kelurahan Pademawu, serta sebagian di Desa Laden, Kecamatan Kota, Pamekasan.
"Sifud" dan komunitas masyarakat Jungcangcang lainnya yang memiliki komitmen sama kemudian tergerak untuk menangani sampah-sampah masyarakat dan menjadi salah satu penyabab terjadinya banjir di perkotaan itu, dengan membentuk kelompok masyarakat swadaya yang diberinama "Lestari".
"Ketuanya Haji Sugianto, dan Sekretarisnya Abd Syakur, dan saya selaku bendara sekaligus operator pengelolaan sampah di lapangan," ucap Sifud.
Keinginan Sifud dan kawan untuk mengelola sampah berbasis swadaya ternyata mendapatkan perhatian dari Kementerian Pekerjaan Umum Direktur Jenderal Cipta Karya.
Melalui Satker Pembinaan Penyehatan Lingkungan Lingkungan Provinsi Jawa Timur KSM Lestari yang mendapatkan kurusan dana hibah untuk pembangunan lokasi pengelolaan sampah sebesar Rp600 juta, dan tercatat sebagai proyek percontohan terbaik se-Jawa Timur dalam proyek pembangunannya.
TPS3R KSM Lestari ini, dibangun di perkampungan padat penduduk di Jalan Raya Teja, Kelurahan Jungcangcang, dan mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat, karena Sifud dan kawan-kawan mampu mengelola sampah tanpa menimbulkan bau busuk menyengat.
"Kalau bau, kami pasti diprotes oleh masyarakat disini, wong disini banyak pedagang, toko dan penjual makanan," ujarnya.
KSM Lestari ini mempekerjakan enam orang pekerja, yakni tiga orang pekerja laki-laki dan tiga orang pekerja perempuan sebagai pemilah sampah, dan pengangkut sampah dari perkampungan warga ke lokasi KSM Lestari.
Sampah-sampah itu kemudian dipilah menjadi lima bagian, yakni sampah plastik, kardus kertas, kaleng, botol dan kompos. Botol, kaleng dan kardus kertas kemudian dijual kepada pengepul, sedangkan kompos diproduksi menjadi pupuk kompos.
"Ini yang menjadi biaya operasional kami di lapangan, seperti honor pekerja, bensin kendaraan, serta bayar listrik setiap bulannya," ujar Sifud.
Selain dari hasil penjualan yang pengelolaan pupuk kompos, sumber pendapatan yang juga membantu KSM Lestari membiayai operasional pengelolaan sampah tersebut adalah retribusi dari masyarakat kota. "Jadi, kami yang menjemput ke rumah-rumah warga dengan dua armada roda tiga ini," katanya, menuturkan.
Khusus untuk warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai, KSM Lestari memberlakukan tarif berbeda, yakni hanya membayar Rp3 ribu per bulan.
"Soalnya kalau mau dinaikkan, mereka tidak mau membuang sampah ke kami. Kalau mereka kembali membuang sampah ke sungai, ini kan menjadi beban moral bagi kami. Sedangkan KSM Lestari ini dibentuk, hingga akhir dipercaya mendapatkan bantuan dari pemerintah, karena komitmennya salah satunya mengurangi dampak banjir, dan itu memang dapat kita rasakan dalam tiga tahun terakhir ini," kata Sifud.
Untuk rumah tangga lainnnya, tarif retribusi jasa angkutan sampah antara Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per bulan, bergantung jarak.
Keberhasilan KSM Lestari di Kelurahan Jungcangcang,Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan ini, sering dijadikan contoh oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkab Pamekasan apabila ada penilaian kebersihan lingkungan seperti penilaian Adipura. Sebab, selain pola pengelolaan yang bagus dan mendapat dukungan dari masyarakat sekitar, juga dilakukan secara mandiri dalam hal keuangan kelompok.
"Dan berkat adanya KSM Lestari dengan pola pengelolaan sampah 3R ini, nama Pamekasan menjadi harus, apalagi KSM ini menjadi pilot project terbaik se-Jawa Timur," kata Sekda Pemkab Pamekasan Moh Alwi.
Ia mengatakan, keberhasilan KSM Lestari dalam mengkomunikasikan program baik dengan pola komunkasi yang baik dengan masyarakat, berdampak pada terwujudkan kekuatan sistemik yang baik di masyarakat.
"Sebab, ada juga gagasan dan program yang baik, tapi tidak bisa dikomunikasi dengan baik, maka hasilnya juga tidak baik, bahkan ditolak oleh masyarakat. Dan ini juga terjadi di Pamekasan ini," ucap Alwi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018