Probolinggo (Antaranews Jatim) - Kepala Seksi Wilayah I Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Sarmin mengatakan fenomena embun salju atau embun upas di kawasan Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur terjadi setiap tahun pada musim kemarau.

 "Embun upas biasanya ditemukan di daerah yang lembab seperti savana, lembah-lembah, dan kaldera Gunung Bromo yang terjadi setiap tahun saat musim kemarau pada bulan Agustus," katanya saat dihubungi dari Probolinggo, Rabu.

Bahkan air yang terdapat pada selang di kawasan Gunung Bromo ditemukan menjadi es pada Sabtu (4/8), sehingga cuaca ekstrem yang dingin juga harus diwaspadai bagi pendaki yang berkunjung ke gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut (mdpl).

"Pada saat terjadi embun salju itu bertepatan dengan puncak kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara di Gunung Bromo, sehingga fenomena tersebut diabadikan oleh wisatawan yang kebetulan menemukan embun upas di sana," katanya.

Untuk itu, lanjut dia, pihak TNBTS mengimbau wisatawan untuk mempersiapkan diri saat melakukan pendakian ke Gunung Bromo dengan membawa perbekalan yang cukup dan baju hangat untuk mengantisipasi cuaca ekstrem yang dingin.

Menurutnya jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo pada puncaknya mencapai 2.000 hingga 3.000 orang setiap hari, sedangkan pada libur akhir pekan biasanya berkisar 1.500 hingga 2.000 orang.

"Ratusan wisatawan biasanya memadati lokasi strategis untuk menikmati matahari terbit dan fenomena embun upas sekaligus di sejumlah titik seperti di Penanjakan, Mentingen, dan Kaldera Gunung Bromo. Suhu udara dibawah nol derajat," katanya.

Sementara Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas di Balai Besar TNBTS Sarif Hidayat mengatakan jumlah kunjungan wisatawan di TNBTS sejak Januari hingga Juli 2018 tercatat sebanyak 467.118 orang dengan rincian wisatawan nusantara sebanyak 456.189 orang dan mancanegara sebanyak 10.929 orang.

"Fenomena embun upas menjadi sesuatu yang menarik bagi wisatawan saat berkunjung ke Gunung Bromo, namun kejadian itu merupakan hal yang biasa terjadi saat musim kemarau," ujarnya.

Ia mengimbau wisatawan yang hendak berlibur ke Gunung Bromo untuk menyiapkan segala perlengkapannya untuk menahan dinginnya cuaca yang ekstrem, sehingga tetap bisa menikmati "sunrise" Gunung Bromo tanpa terkendala cuaca yang cukup dingin.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018