Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Pawai obor (torch relay) Asian Games di Banyuwangi pada Minggu (22/7) terasa spesial karena yang terlibat tidak hanya kalangan atlet ataupun tokoh masyarakat. Seorang fotografer dengan kondisi difabel, Achmad Zulkaenain ikut serta membawa obor api abadi tersebut.

Dalam siaran pers Pemkab Banyuwangi, Senin disebutkan bahwa Achmad Zulkarnain sehari-hari yang berprofesi sebagai fotografer. Ia mendapat kehormatan untuk membawa obor yang menjadi perlambang momen olahraga paling akbar di Asia yang diikuti 45 negara itu. Obor tersebut diserahkan langsung oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada Zulkarnain di depan Stadion Diponegoro, Banyuwangi.

Dalam keterbatasannya, Zulkarnain tak kesulitan membawa obor yang beratnya mencapai 2 kilogram tersebut.

Zul, sapaan akrabnya, menempuh rute sepanjang 500 meter. Sepanjang 100 meter pertama ia terlihat berlari kecil diiringi Bupati Azwar Anas. Kemudian, untuk mempermudah perjalanan di tengah lautan manusia yang memadati sepanjang perjalanan, Zul menggunakan kursi roda sembari menenteng obor tersebut. Bupati Anas yang mendorongnya.

"Alhamdulillah, senang banget rasanya. Bisa mewakili Banyuwangi pada event sebesar ini," ungkap Zulkarnain usai menjalankan tugasnya. 

Ia mengaku mempersiapkan diri secara khusus untuk menjalankan tugas ini. Selain menggunakan celana cukup tebal untuk melindungi kakinya dari gesekan aspal, ia juga melatih membawa obor. "Latihannya bawa botol air mineral yang besar dan lari-lari kecil di rumah," ujarnya.

Untuk bobot obor tak menjadi masalah baginya karena terbiasa membawa kamera besar. "Sepertinya masih lebih berat kamera saya," ujarnya sembari menunjuk kamera DSLR dengan lensa 70-200.

Tak hanya kebanggaan yang memenuhi perasaan Zulkarnain. Sebagai penyandang difabel, ada makna besar yang diharapkannya. "Bagi saya ini adalah sebuah demo, menunjukkan kemampuan seorang difabel. Bagi saya ini bisa meminimalkan pandangan aneh dari masyarakat kepada difabel. Inilah misi penting yang harus saya tampilkan pada kesempatan ini," ujar Zul.

Bagi Zul, keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi.

Zul tersohor sebagai fotografer profesional. Ia telah meraih banyak prestasi dari keahliannya memotret tersebut, di antaranya adalah meraih The Best Photo Nice Shoot, Anugerah Gantari Award Metro TV, dan Motivator Hellen Keller, Surabaya.

"Kegigihan Zulkarnain dengan segala keterbatasannya mampu mengukir prestasi yang luar biasa. Ini pelajaran penting bagi kita, bahwa dengan semangat yang pantang menyerah, apapun kendala dan hambatannya bisa kita hadapi. Ini sejalan dengan semangat Asian Games," kata Bupati Anas.

Sebagaimana yang Zulkarnain ceritakan, untuk bisa menjadi seorang fotografer profesional seperti saat ini, bukanlah hal yang mudah. Ia harus melawan stigma dan pandangan merendahkan dari orang lain.

"Saya kenal fotografi ini sekitar empat tahun yang lalu. Awalnya saya hanya tukang foto KTP di sebuah warnet (warung internet)," katanya, bercerita.

Yang awalnya hanya memfoto untuk kebutuhan KTP yang hanya berupa pasfoto ukuran 3x4 itu, bakat Zul pada dunia pemotretan mulai terasah. Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi itu, lambat laun mulai mengumpulkan uang untuk membeli kamera sendiri. Dari sanalah ia mulai belajar untuk menjadi fotografer profesional.

"Awalnya belajar kepada teman-teman, kemudian saya juga dapat kesempatan untuk belajar ke Darwis Triadi School of Photography," ujarnya.(*)
 

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018