Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Mantan atlet tinju nasional, Pino Bahari, dipercaya membawa obor Asian Games 2018 ke api biru di puncak kawah Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur.

 “Suatu kebanggaan dipercaya membawa obor Asian Games. Ini mengingatkan saya pada perjuangan saya meraih emas Asian Games 1990 di Tiongkok,” ujarnya di Banyuwangi, Minggu.

Dalam siaran pers yang diterima Antara di Surabaya, obor Asian Games yang dibawa pawai obor tersebut tiba di kaki Gunung Ijen paza Sabtu (21/7) tengah malam.

 Obor Asian Games tiba di kaki Gunung Ijen, kawasan Paltuding, Banyuwangi, pukul 23.30 WIB, selanjutnya obor yang apinya diambil dari New Delhi, India, tersebut dibawa mendaki.

 Pukul 02.00 WIB dini hari, Minggu (22/7), Pino Bahari memimpin rombongan menuju puncak Ijen berketinggian 2.443 meter di atas permukaan laut.

  Setelah menempuh perjalanan 1,5 jam, obor tiba di puncak dan ribuan wisatawan yang hadir turut menjadi saksi momen bersejarah tersebut.

  Pino lalu berhenti di pinggir kawah sembari membawa obor berlatar belakang api biru sehingga momentum tersebut dimanfaatkan wisatawan dan fotografer yang menyertai perjalanannya saat menuju Puncak Ijen.

 “Pemandangannya luar biasa keren. Obor Asian Games ada di kawah dengan latar belakang api biru yang fantastis,” ucap Pino, yang merupakan petinju legendaris Indonesia tersebut.

  Sementara itu, saat matahari terbit, pawai obor pun menuruni menuruni puncak Ijen untuk dikelilingkan di kota Banyuwangi. 

  “Kami menyiapkan beragam atraksi seni sebagai bentuk kebanggaan daerah dalam menyambut perhelatan olahraga akbar se-Asia ini. Kami juga menjadikan momen ini untuk promosi wisata,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

 Obor lalu dibawa menuju Stadion Diponegoro secara estafet oleh delapan pebalap sepeda Banyuwangi Road Cycle Community (BRCC).

 Beragam atraksi seni mulai tari gandrung, barong, dan Banyuwangi Ethno Carnival mengiringi dalam sebuah ajang pesta rakyat yang digelar bersama Panitia Penyelenggara Asian Games (INASGOC).

 Lalu obor diarak keliling kota secara estafet oleh 10 pelari yang terdiri atas atlet dan warga berprestasi tingkat nasional hingga Asia.

 “Juga ada Ahmad Zulkarnaen, fotografer penyandang disabilitas yang tidak kenal lelah menghasilkan karya-karya fotografi yang menginspirasi kita,” kata Anas.

 Titik terakhir pawai adalah Pendopo Sabha Swagata Blambangan, bangunan bersejarah yang berdiri sejak lebih dari dua abad silam.

  Di pendopo yang terdapat Sumur Sri Tanjung yang merupakan sumber legenda nama Banyuwangi itu telah disediakan boks penyimpanan api dan obor disemayamkan di pendopo berkonsep arsitektur hijau itu semalaman. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018