Bojonegoro (Antaranews Jatim) - "Tertiary Irrigation Technical Assistance (TIRTA) di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan sudah mengoordinasikan pemanfaatan air Bengawan Solo di hilir dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah.

"Pemanfaatan air Bengawan Solo untuk mendukung program kami selalu dikoordinasikan dengan BBWS terkait debit Bengawan Solo," kata "Principal" Bisnis Koordinator TIRTA Bojonegoro Danang Ariawan, di Bojonegoro, Kamis.

Namun, menurut dia  kepada wartawan dalam acara Media "Field Visit East Java", pemanfaatan air Bengawan Solo dalam program TIRTA untuk irigasi pertanian debitnya tidak besar dibandingkan dengan potensi air sungai terpanjang di Jawa.

Apalagi, lanjut dia, program yang dijalankan TIRTA hanya untuk daerah irigasi pertanian yang luasnya di bawah 1.000 hektare.

"Kami memilih Bojonegoro dan Tuban, karena daerahnya "unik" dilalui Bengawan Solo," katanya.

Program TIRTA yang sudah berjalan sejak 2015 yaitu di Desa Besah, Kecamatan Kasiman, hanyalah percontohan agar bisa ditiru daerah lainnya. Sistem irigasi yang beroperasi penuh pada Desember 2017 di Desa Besah dan Sidomukti, menjangkau 210 hektare.

"Sekarang sudah ada sejumlah petani, antara lain, di Kecamatan Kanor, Kapas, Gayam, juga Tuban, yang melakukan konsultasi terkait manajemen pemanfaatan air Bengawan Solo," ucapnya.

Pada kesempatan itu, "Team Leader" TIRTA Ahmad Nasir mengharapkan program yang dijalankan  TIRTA yang sudah berjalan bisa ditiru daerah lain untuk meningkatkan pendapatan petani secara berkelanjutan.

Menurut dia, kemampuan petani di berbagai bidang harus ditingkatkan, karena tantangan yang dihadapi  antara lain, petani kurang memiliki akses dengan pemain di pasar.

"TIRTA dalam menjalankan programnya bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai Pemerintah, swasta, juga pihak lainnya," ucapnya menambahkan.

TIRTA, lanjut dia, adalah program multi-tahun di bawah "Australia-Indonesia Partnership  for Rural Economic Development" (AIP-RURAL) yang mendukung strategi pembangunan Pemerintah Indonesia dalam pempercepat pengentasan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Yang jelas, kata dia, irigasi memiliki dampak yang signifikan untuk pendapatan petani, jika dibandingkan dengan "input" lainnya seperti pupuk, dan benih. "Pendapatan dari sumber air bisa tiga kali lipat dibandingkan dengan pendapatan irigasi air hujan," ucapnya.  

Sesuai data menyebutkan pencapaian program TIRTA hingga Juni yaitu bermitra dengan 23 sektor swasta termasuk Pemerintah.

Peningkatan pendapatan petani Rp1,58 miliar untuk rumah tangga petani kecil, peningkatan pendapatan bagi 4.685 rumah tangga petani.

Selain itu sebanyak 9.627 RT petani telah mengakses pelayanan baru dan mendapatkan ilmu mengenai praktik pertanian baru yang inovatif.

Pada kesempatan itu, juga hadir Direktur CV Multi Mesindo Jaya (Konsultan Irigasi dan Suplier Pompa), Direktur UD Anugrah Ronny Kurniawan dan manajernya Anwar Achadin. (*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018