Surabaya (Antaranews Jatim) - DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur meminta waktu menyelesaikan kelanjutan proyek jalan underpass (bawah tanah) di Bundaran Satelit Jalan Mayjend Sungkono yang terancam berhenti total karena minimnya anggaran.
"Sebenarnya permasalahannya banyak, makanya kami minta waktu sampai minggu depan. Kami tidak lepas tangan, hanya saja masih terpengaruh kondisi makro ekonomi, dan salah satunya juga akibat market yang terus bergejolak," kata Wakil Ketua REI Jatim Cristian Djaya saat rapat dengar pendapat di ruang Komisi C DPRD Surabaya, Senin.
Menurut dia, pihaknya belum pernah menyatakan mundur terhadap penuntasan proyek underpass Bundaran Satelit yang telah mencapai progress di atas 30 persen ini.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin dari hasil rapat saat ini, dan kami akan apa adanya, dan sampai sekarang kami tidak pernah mengatakan mundur," katanya.
Ketua Komisi C DPRD Surabaya Syaifuddin Zuhri mengatakan komisi C bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek itu. Menurutnya, kalau ini dibiarkan terus menerus akan menimbulkan problem baru berupa kemacetan akses ke Surabaya barat.
"Ini artinya, tidak ada kometmen dari pihak REI Jatim. Sesuai dengan perjanjian kerja sama (PKS) REI perlu menyelesaikan proyek tersebut," ujarnya.
Untuk itu, lanjut dia, Komisi C memberikan jangka waktu seminggu hingga sepuluh hari agar REI Jatim melakukan rapat koordinasi dengan pihak pengembang yang berkometmen membantu pendanaan proyek tersebut.
"Kami kasih waktu seminggu hingga sepuluh hari untuk mereka koordinasi. Nanti hasilnya siapa-siapa yang berkomitmen membantu pendanaan proyek tersebut mereka daftar. Sehingga kita bisa tahu siapa saja yang tidak berkomitmen membantu," ujarnya.
Seperti diketahui, proyek underpass Bundaran Satelit Surabaya awalnya didanai oleh para pengembang melalui DPD REI Jawa Timur di sekitar Surabaya Barat khususnya di area Bundaran Satelit dengan investasi Rp74,3 miliar.
Namun ditengah jalan seiring lesunya ekonomi sepanjang 2018, berdampak pada turunnya bisnis para pengembang. Saat ini pengembang mengakui menyerah untuk melanjutkan proyek tersebut padahal sekitar 60 persen dana pengusaha sudah masuk untuk proyek underpass.
Selama berjalan tiga tahun lamanya, proyek tersebut hanya menampakan jalan overpass yang sudah kelar sedangkan proyek utamanya underpass baru tergarap 30 persen. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Sebenarnya permasalahannya banyak, makanya kami minta waktu sampai minggu depan. Kami tidak lepas tangan, hanya saja masih terpengaruh kondisi makro ekonomi, dan salah satunya juga akibat market yang terus bergejolak," kata Wakil Ketua REI Jatim Cristian Djaya saat rapat dengar pendapat di ruang Komisi C DPRD Surabaya, Senin.
Menurut dia, pihaknya belum pernah menyatakan mundur terhadap penuntasan proyek underpass Bundaran Satelit yang telah mencapai progress di atas 30 persen ini.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin dari hasil rapat saat ini, dan kami akan apa adanya, dan sampai sekarang kami tidak pernah mengatakan mundur," katanya.
Ketua Komisi C DPRD Surabaya Syaifuddin Zuhri mengatakan komisi C bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek itu. Menurutnya, kalau ini dibiarkan terus menerus akan menimbulkan problem baru berupa kemacetan akses ke Surabaya barat.
"Ini artinya, tidak ada kometmen dari pihak REI Jatim. Sesuai dengan perjanjian kerja sama (PKS) REI perlu menyelesaikan proyek tersebut," ujarnya.
Untuk itu, lanjut dia, Komisi C memberikan jangka waktu seminggu hingga sepuluh hari agar REI Jatim melakukan rapat koordinasi dengan pihak pengembang yang berkometmen membantu pendanaan proyek tersebut.
"Kami kasih waktu seminggu hingga sepuluh hari untuk mereka koordinasi. Nanti hasilnya siapa-siapa yang berkomitmen membantu pendanaan proyek tersebut mereka daftar. Sehingga kita bisa tahu siapa saja yang tidak berkomitmen membantu," ujarnya.
Seperti diketahui, proyek underpass Bundaran Satelit Surabaya awalnya didanai oleh para pengembang melalui DPD REI Jawa Timur di sekitar Surabaya Barat khususnya di area Bundaran Satelit dengan investasi Rp74,3 miliar.
Namun ditengah jalan seiring lesunya ekonomi sepanjang 2018, berdampak pada turunnya bisnis para pengembang. Saat ini pengembang mengakui menyerah untuk melanjutkan proyek tersebut padahal sekitar 60 persen dana pengusaha sudah masuk untuk proyek underpass.
Selama berjalan tiga tahun lamanya, proyek tersebut hanya menampakan jalan overpass yang sudah kelar sedangkan proyek utamanya underpass baru tergarap 30 persen. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018