Jakarta (Antara) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi tercatat melemah 78 poin, sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka menguat sebesar 6 poin.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi tercatat melemah 78 poin menjadi Rp14.010 per dolar AS pada perdagangan perdana pasar valas usai libur panjang Idul Fitri.

Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, mengatakan bahwa perkembangan nilai tukar rupiah masih akan bergerak mendatar.

"Tampaknya belum terlalu merespons rencana Bank Indonesia untuk kembali menaikkan tingkat suku bunga acuannya," kata dia.

Di sisi lain, penguatan dolar AS tertahan dengan adanya kenaikan pada yuan, di mana otoritas moneter setempat memberikan toleransi atas penguatan mata uang China tersebut.

Kebijakan tersebut dilakukan setelah meningkatnya kekhawatiran terjadi perang dagang antara AS dan China, yang kemudian meningkatkan permintaan mata uang negara suaka pajak (safe haven).

Reza menilai pergerakan rupiah cenderung akan bergerak "sideways" menyusul belum adanya sentimen baru yang mampu membuat pergerakan rupiah secara signifikan.

Ia berpendapat pelaku pasar tampaknya masih dalam posisi menunggu dan mencermati (wait and see) terhadap sentimen yang ada.

Namun demikian, tetap mewaspadai jika potensi pelemahan kembali terjadi. Rupiah diestimasikan akan bergerak dengan kisaran support Rp13.927 per dolar AS dan resisten Rp13.918 per dolar AS. 


IHSG

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka menguat sebesar 6 poin atau 0,10 persen ke posisi 5.890,06 pada Kamis pagi dari posisi sebelumnya 5.884,04.

Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta,  mengatakan bahwa terdapat peluang untuk terjadi "rebound", di mana pelaku pasar memanfaatkan rendahnya harga mayoritas saham.

Namun demikian, kondisi ini pun tergantung oada sentimen yang ada terutama kondisi bursa saham global yang masih rentan terjadinya pelemahan.

"Tetap mewaspadai terhadap sentimen-sentimen yang dapat membuat IHSG kembali melemah," kata  Reza.

Kemungkinan pelemahan IHSG dipengaruhi kombinasi sentimen yang direspons negatif antara global berupa ancaman perang dagang AS-China dan rencana Bank Indonesia menaikan tingkat suku bunganya.

Ia mengatakan respons negatif tersebut berimbas pada aksi jual masif saham-saham perbankan yang memiliki bobot terbesar pada IHSG.

Di sisi lain, lanjut Reza, meski pergerakan bursa saham Asia mulai berbalik positif, namun tampaknya tidak cukup kuat untuk mengangkat IHSG. (*)

Pewarta: Calvin Basuki

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018