Jakarta (Antaranews jatim) - Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyatakan tak akan mengikuti langkah politik yang dilakukan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais.

"Tahun 2018 ini pun saya tidak ingin ikut-ikutan dengan manuver Pak Amien Rais, bukan karena saya apriori, tetapi saya belajar dari pengalaman," demikian pernyataan Yusril melalui twitternya, @Yusrilihza_Mhd, Senin.

Ada sembilan cuitan Yusril yang diunggah (posting) di twitternya dalam menanggapi manuver Amien Rais tersebut.

Dalam cuitan pertamanya, Yusril menyatakan bahwa dalam pepatah Jawa ucapan pemimpin itu adalah "sabdo pandito ratu artinya ucapan seseorang yang kedudukannya sangat tinggi, bagai seorang pandito (guru maha bijaksana) dan seorang ratu (raja)".

Karena itu, lanjut ciutan keduanya, ucapan pemimpin itu haruslah ucapan yang serius dan terpercaya.

"Ucapan yang sudah dipikirkan dengan matang segala akibat dan implikasinya. Ucapan pemimpin itu akan menjadi pegangan bagi rakyat dan pendukungnya," katanya.

Cuitan ketiga, Yusril menyatakan bahwa ucapan pemimpin itu harus lahir dari hati yang tulus, bukan kata bersayap, yang seolah diucapkan dengan kejujuran, tetapi dibelakangnya mempunyai agenda pribadi

"Karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, maka ucapannya tidak boleh 'mencla mencle, pagi ngomong dele, sore ngomong tempe' artinya ucapannya berubah-ubah, inkonsisten, sehingga membingungkan rakyat dan pendukung," lanjut cuitan keempat Yusril.

Menurut Ketum PBB ini,  ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, maka pemimpin itu tidak boleh "plintat plintut" alias "munafiqun", dalam makna, lain yang diucapkan, lain pula yang dikerjakan.

"Pemimpin seperti ini akan kehilangan kredibilitas di mata rakyat dan pendukungnya," demikian cuitan kelimanya.

Berpedoman kepada pepatah Jawa "sabdo pandito ratu" itu, maka sejak awal Yusril (dalam cuitan keenamnya) tidak berminat ataupun tertarik dengan inisiatif Pak Amien Rais yang melakukan lobi sana-sini, untuk untuk memilih siapa yang akan maju dalam Pilpres 2019 menghadapi petahana.

"Pengalaman, adalah guru yang paling bijak. Tahun 1999 dalam pertemuan di rumah Dr Fuad Bawazier, Pak Amien meyakinkan kami semua untuk mencalonkan Gus Dur. Saya dan MS Kaban menolak. Kami tidak ingin mempermainkan orang untuk suatu agenda tersembunyi," ungkap yusril dalam cuitan ketujuhnya.

Dan diakhir cuitannya, Yusril mengatakan bahwa pengalaman tetaplah menjadi guru yang bijak bagi dirinya dan berharap bagi orang lain juga. (*)

Pewarta: Joko Susilo

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018