Tulungagung (Antaranews Jatim) - Nilai akademik Irma Novianingsih, mahasiswi jurusan Tadris Matematika angkatan 2014 di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung yang dilaporkan dideportasi dari Suriah karena diduga terlibat jaringan ISIS, selalu bagus dengan IPK di atas 3,00.
Fakta itu berdasar salinan asli berbentuk foto layar (screen shot) data rekam akademik Irma yang ditunjukkan Kasubbag Humas IAIN Tulungagung Tadjudin kepada wartawan, Senin.
"Data ini asli berdasar rekap akademik kemahasiswaan yang diunggah di sistem Siak IAIN Tulungagung dan bisa kami akses di siak.iain-tulungagung.ac.id/mahasiswa," kata Tadjudin.
Pada semester pertama tahun ajaran 2014, Irma Novianingsih yang mengambil paket 11 mata kuliah (23 sks) mendapat indeks prestasi komulatif (IPK) 2,46.
Tujuh mata kuliah dia raih dengan nilai A, dan empat sisanya mendapat penilaian B. Irma kembali meraih nilai bagus pada semester kedua dengan IP 3,29 dan IPK 3,37.
Prestasi akademik Irma bertahan di kisaran IP 3,2 lebih hingga semester V yang membuatnya mendapat IP komulatif 3,29. Nilai mata kuliah Irma selalu didominasi A dan B.
Rekan-rekan kuliah Irma juga mengenal sosok bungsu dua bersaudara asal Desa Dukuh, Kecamatan Gondang, Tulungagung ini sebagai mahasiswi yang rajin.
Namun memasuki pertengahan masa kuliah, tepatnya pada tahun ketiga mendulang ilmu di kampus IAIN Tulungagung, Irma mulai berubah.
"Nilai akademiknya merosot drastis pada semester VI karena dari 10 mata kuliah yang didaftarkan hanya dua yang diikuti sehingga IP akhir semester hanya 1,55. Sejak itu Irma sudah tidak pernah masuk," kata Tadjudin.
Pada semester VII tahun ajaran 2017, lanjut Tadjudin maupun Pembantu Rektir I IAIN Tulungagung M Abdul Aziz, Irma tak lagi melakukan registrasi perkuliahan hingga sekarang.
Kabar Irma tiba-tiba muncul setelah ada laporan bahwa mahasiswi kelahiran 23 November 1994 itu dideportasi bersama tujuh WNI lain dari Suriah menggunakan pesawat komersil Turkish Airline TK 036.
Saat ini Irma masih menjalani karantina di rutan Bambu Apus, Jakarta Timur di bawah pengawasan tim Densus 88 Antiteror untuk mendalami keterkaitan mereka dengan jaringa ISIS di Suriah. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Fakta itu berdasar salinan asli berbentuk foto layar (screen shot) data rekam akademik Irma yang ditunjukkan Kasubbag Humas IAIN Tulungagung Tadjudin kepada wartawan, Senin.
"Data ini asli berdasar rekap akademik kemahasiswaan yang diunggah di sistem Siak IAIN Tulungagung dan bisa kami akses di siak.iain-tulungagung.ac.id/mahasiswa," kata Tadjudin.
Pada semester pertama tahun ajaran 2014, Irma Novianingsih yang mengambil paket 11 mata kuliah (23 sks) mendapat indeks prestasi komulatif (IPK) 2,46.
Tujuh mata kuliah dia raih dengan nilai A, dan empat sisanya mendapat penilaian B. Irma kembali meraih nilai bagus pada semester kedua dengan IP 3,29 dan IPK 3,37.
Prestasi akademik Irma bertahan di kisaran IP 3,2 lebih hingga semester V yang membuatnya mendapat IP komulatif 3,29. Nilai mata kuliah Irma selalu didominasi A dan B.
Rekan-rekan kuliah Irma juga mengenal sosok bungsu dua bersaudara asal Desa Dukuh, Kecamatan Gondang, Tulungagung ini sebagai mahasiswi yang rajin.
Namun memasuki pertengahan masa kuliah, tepatnya pada tahun ketiga mendulang ilmu di kampus IAIN Tulungagung, Irma mulai berubah.
"Nilai akademiknya merosot drastis pada semester VI karena dari 10 mata kuliah yang didaftarkan hanya dua yang diikuti sehingga IP akhir semester hanya 1,55. Sejak itu Irma sudah tidak pernah masuk," kata Tadjudin.
Pada semester VII tahun ajaran 2017, lanjut Tadjudin maupun Pembantu Rektir I IAIN Tulungagung M Abdul Aziz, Irma tak lagi melakukan registrasi perkuliahan hingga sekarang.
Kabar Irma tiba-tiba muncul setelah ada laporan bahwa mahasiswi kelahiran 23 November 1994 itu dideportasi bersama tujuh WNI lain dari Suriah menggunakan pesawat komersil Turkish Airline TK 036.
Saat ini Irma masih menjalani karantina di rutan Bambu Apus, Jakarta Timur di bawah pengawasan tim Densus 88 Antiteror untuk mendalami keterkaitan mereka dengan jaringa ISIS di Suriah. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018