Mujiatin (50), ibunda dari Irma Novianingsih, mahasiswi asal Tulungagung yang diduga terkait jaringan ISIS tampak menangis begitu mengetahui anaknya yang lama tidak pulang ternyata pergi ke Suriah dan kini dideportasi kembali ke Tanah Air.

Wanita paruh baya itu terlihat duduk termangu di kursi ruang tamu rumahnya di Desa Dukuh, Kecamatan Gondang saat beberapa jurnalis datang bertamu, Minggu (27/5) siang.

Matanya berkaca-kaca. Badannya terlihat bergetar dan sejurus kemudian tangannya bergerak menutup mulut dan wajahnya yang mulai basah oleh air mata.

Di sampingnya, sang suami Riyadi (47), duduk diam dengan tatapan kosong.

Keduanya masih syok. Tak terbersit di kepala mereka sebelumnya bahwa Irma, putri bungsu yang sempat kuliah di IAIN Tulungagung itu pergi ke Suriah dan bergabung bergabung ISIS.

"Kami baru mendengar kabar itu," tutur Riyadi.

Tak banyak yang disampaikan Riyadi maupun Mujiatin. Pembicaraan dengan keduanya menjadi terasa kaku.

Mereka enggan diwawancarai. Hanya beberapa pembicaraan singkat laiknya melayani tamu yang datang bertandang.

Rupanya sudah beberapa kali tamu dari aparat keamanan berkunjung. Dari Koramil, juga dari kepolisian.

Tak hanya meminta keterangan, beberapa barang si bungsu juga sempat diperiksa. Terutama buku-buku bacaan.

"Maaf, selebihnya silahkan ditanyakan ke petugas," ujar Riyadi menjawab pertanyaan wartawan.

Sosok Irma di mata tetangga

Sebenarnya tidak ada yang menyolok pada diri Irma Novianingsih.

Setidaknya itu pengakuan dari tetangga perangkat Desa Dukuh yang mengenal pribadi bungsu dua bersaudara itu.

Irma dikenal sebagai pribadi yang pendiam, namun supel dengan tetangga sekitarnya.

Cara berjilbabnya pun wajar. Laiknya gadis muslimah yang berjilbab pada umumnya.

Tidak pakai cadar. Bahkan saat menjalani perkuliahan di IAIN Tulungagung.

"Kabarnya anak tersebut juga sempat ingin menikah, namun belum diizinkan orang tuanya," kata seorang perangkat desa yang tak mau disebut namanya.

Sejak itu, Irma lama tak diketahui kabarnya. Gadis supel Itu sudah tidak pernah pulang sejak pertengahan 2017.

Gadis 23 tahun ini juga tidak memiliki jejak aktivitas di media sosial, Facebook maupun Twitter.

Tetangga hanya sempat dengar kabar Irma sempat pamitan pergi ke Kalimantan dan menjadi guru les.

Sedikit informasi tambahan diperoleh dari Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IAIN Tulungagung, M Abdul Azis soal status kemahasiswaan Irma.

"Saudari Irma Novianingsih ini memang pernah kuliah di sini (IAIN Tulungagung). Namun sudah setahun ini dia absen," kata Aziz.

Irma diketahui hanya menjalani perkuliahan hingga semester VI.

Setelah itu, pihak kampus maupun teman-temannya tidak pernah mengatahui keberadaan maupun kabar Irma.

Sampai kemudian muncul kabar bahwa Irma masuk daftar nama delapan WNI yang dideportasi dari Suriah.

"Kami dapat kabar pada Jumat (25/5) malam. Esoknya coba kami konfirmasikan ke orang tua bocah, ternyata mereka sudah tahu lebih dulu," ujarnya.

Kapolres Tulungagung AKBP Tofik Sukendar berjanji untuk terus memantau perkembangan mahasiswi IAIN Tulungagung yang diduga terpapar pengaruh Islam garis keras tersebut.

Ia memastikan penanganan dan langkah pencegahan sedang dilakukan tim densus 88 Anti-teror.

Irma kini sedang diisolasi di rutan Bambu Apus, Jakarta Timur, bersama tujuh WNI lain yang ikut dideportasi dari Suriah menggunakan pesawat komersil Turkish Airline TK-056.

Jika terbukti/terindikasi kuat terlibat jaringan ISIS, Irma dipastikan akan menjalani tahap rehabilitasi untuk menjalani proses deradikalisasi oleh tim Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018