Jember (Antaranews Jatim) - Sejumlah macan tutul (Panthera pardus melas) tertangkap kamera trap di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) yang berada di Kabupaten Banyuwangi dan Jember, Jawa Timur.
"Pemasangan puluhan kamera trap di kawasan zona inti TNMB pada tahun 2017 itu membuahkan hasil yakni berhasil memotret satwa liar yang dilindungi di antaranya macan tutul," kata Kepala Balai TNMB Kholid Indarto di Jember, Selasa.
Menurutnya pemasangan kamera trap tersebut bertujuan untuk memotret sejumlah carnivora besar diantara nya harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan macan tutul karena sejumlah pihak masih meyakini bahwa kawasan Taman Nasional Meru Betiri merupakan habitat terakhir harimau Jawa.
"Hasil kamera trap tahun lalu memang belum dapat memotret harimau Jawa, sehingga tahun ini kami akan melanjutkan pemasangan kamera trap untuk memantau keberadaan carnivora besar tersebut," tuturnya.
Sementara Koordinator pelaksanaan pemantauan carnivora besar TNMB Nur Kholiq mengatakan total sebanyak 68 kamera trap yang dipasang di 34 titik kawasan zona inti yang diduga menjadi habitat hewan carnivora besar tersebut, namun sebanyak 16 kamera trap tersebut hilang dan dirusak orang.
Luas zona inti di kawasan Taman Nasional Meru Betiri mencapai 27.368,84 hektare atau sekitar 52 persen dari total luas kawasan seluruhnya yang mencapai 58.000 hektare, namun pemasangan kamera trap tersebut masih sangat kecil menjangkau seluruh kawasan zona inti.
"Hasil jepretan kamera trap tersebut memotret sejumlah macan tutul dan macan tutul hitam yang masih berada di zona inti kawasan Meru Betiri, sedangkan untuk harimau Jawa masih belum tertangkap kamera," ucap anggota Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) itu.
Berdasarkan analisa hasil foto, lanjut dia, diperkirakan sebanyak 6-8 ekor macan tutul dan macan tutul hitam yang tertangkap kamera trap dengan melihat perbedaan corak tutul pada bagian tubuh macan tersebut.
"Dari jumlah itu, macan tutul yang berjenis kelamin laki-laki yang tertangkap kamera trap berjumlah satu ekor, sedangkan sisanya adalah macan tutul perempuan. Untuk macan tutul hitam belum bisa kami identifikasi secara sempurna karena keterbatasan hasil gambar foto yang tidak terlalu jelas, namun kami pastikan ada satu ekor macan tutul hitam Jawa itu," ujarnya.
Berdasarkan hasil laporan kinerja TNMB tahun 2017 yang melakukan pendataan populasi satwa liar yang dilindungi tercatat jumlah banteng sebanyak 63 ekor, elang Jawa sebanyak delapan ekor, dan macan tutul sebanyak 6-8 ekor.
Kawasan Taman Nasional Meru Betiri memiliki satwa dilindungi di antaranya banteng (Bos javanicus javanicus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), harimau Jawa (Panthera tigris sondaicus), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa) (Cervus unicolor).
Kemudian bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang/ridel (Lepidochelys olivacea), dan elang (Spizaetus alboniger).(*)
Video Oleh Hamka Agung Balya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Pemasangan puluhan kamera trap di kawasan zona inti TNMB pada tahun 2017 itu membuahkan hasil yakni berhasil memotret satwa liar yang dilindungi di antaranya macan tutul," kata Kepala Balai TNMB Kholid Indarto di Jember, Selasa.
Menurutnya pemasangan kamera trap tersebut bertujuan untuk memotret sejumlah carnivora besar diantara nya harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dan macan tutul karena sejumlah pihak masih meyakini bahwa kawasan Taman Nasional Meru Betiri merupakan habitat terakhir harimau Jawa.
"Hasil kamera trap tahun lalu memang belum dapat memotret harimau Jawa, sehingga tahun ini kami akan melanjutkan pemasangan kamera trap untuk memantau keberadaan carnivora besar tersebut," tuturnya.
Sementara Koordinator pelaksanaan pemantauan carnivora besar TNMB Nur Kholiq mengatakan total sebanyak 68 kamera trap yang dipasang di 34 titik kawasan zona inti yang diduga menjadi habitat hewan carnivora besar tersebut, namun sebanyak 16 kamera trap tersebut hilang dan dirusak orang.
Luas zona inti di kawasan Taman Nasional Meru Betiri mencapai 27.368,84 hektare atau sekitar 52 persen dari total luas kawasan seluruhnya yang mencapai 58.000 hektare, namun pemasangan kamera trap tersebut masih sangat kecil menjangkau seluruh kawasan zona inti.
"Hasil jepretan kamera trap tersebut memotret sejumlah macan tutul dan macan tutul hitam yang masih berada di zona inti kawasan Meru Betiri, sedangkan untuk harimau Jawa masih belum tertangkap kamera," ucap anggota Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) itu.
Berdasarkan analisa hasil foto, lanjut dia, diperkirakan sebanyak 6-8 ekor macan tutul dan macan tutul hitam yang tertangkap kamera trap dengan melihat perbedaan corak tutul pada bagian tubuh macan tersebut.
"Dari jumlah itu, macan tutul yang berjenis kelamin laki-laki yang tertangkap kamera trap berjumlah satu ekor, sedangkan sisanya adalah macan tutul perempuan. Untuk macan tutul hitam belum bisa kami identifikasi secara sempurna karena keterbatasan hasil gambar foto yang tidak terlalu jelas, namun kami pastikan ada satu ekor macan tutul hitam Jawa itu," ujarnya.
Berdasarkan hasil laporan kinerja TNMB tahun 2017 yang melakukan pendataan populasi satwa liar yang dilindungi tercatat jumlah banteng sebanyak 63 ekor, elang Jawa sebanyak delapan ekor, dan macan tutul sebanyak 6-8 ekor.
Kawasan Taman Nasional Meru Betiri memiliki satwa dilindungi di antaranya banteng (Bos javanicus javanicus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), harimau Jawa (Panthera tigris sondaicus), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa) (Cervus unicolor).
Kemudian bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang/ridel (Lepidochelys olivacea), dan elang (Spizaetus alboniger).(*)
Video Oleh Hamka Agung Balya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018