Malang (Antaranews Jatim) - Bupati Malang Rendra Kresna menginstruksikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat serta seluruh kepala sekolah di wilayah itu menutup seluruh akses dan bibit-bibit radikalisme dari segala lini, termasuk di lingkungan sekolah.
"Banyak jalan untuk mencegah tumbuhnya paham radikal, termasuk yang saat ini mulai menyasar anak-anak usia sekolah, banyak informasi yang mereka dapatkan dari media sosial (medsos) maupun pendidikan yang diterima di sekolah serta lingkungannya," kata Rendra Kresna di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Oleh karena itu, katanya, dirinya menginstruksikan semua pihak yang peduli dengan pendidikan dan anak-anak yang bakal menjadi generasi penerus bangsa, untuk melakukan pembinaan dengan harapan bisa menjadi tameng bagi pelajar dalam menangkal paham radikal.
Ia mencontohkan, kasus teror di Surabaya dan Sidoarjo, pelaku bom bunuh diri bukan hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak, bahkan yang membuat kaget, anak yang selamat dalam bom bunuh diri itu ketika ditanya Wali Kota Surabaya, cita-citanya ingin mati syahid.
Kondisi ini, kata Rendra, memperlihatkan anak usia sekolah sangat rentan menjadi korban bujuk rayu teroris, apalagi ditambah dengan informasi menyesatkan yang berseliweran di medsos yang bisa diakses dari telepon seluler mereka.
Berdasarkan kondisi tersebut, kata Rendra, dirinya menginstruksikan Kepala Disdik setempat untuk melakukan pembekalan dan pengawasan berkelanjutan kepada seluruh sekolah. Pengawasan itu bisa dilakukan oleh guru dan didorong lebih aktif. Guru tidak hanya punya tanggung jawab di sekolah, tapi juga di luar sekolah, apalagi yang berkaitan dengan paham radikal.
Guru, lanjutnya, dituntut bisa lebih memahami muridnya sehingga bisa melakukan deteksi dini apalagi jika terjadi sesuatu yang aneh pada yang bersangkutan (siswa).
"Guru jangan hanya berfungsi di sekolah. Kalau sudah di luar sekolah tidak mau tahu, akhirnya yang terjadi, kasus di Bululawang terkait penyekapan anak oleh ibunya sendiri karena stres. Harusnya guru yang tahu anak tersebut tidak masuk sekolah sampai berbulan-bulan mendatangi rumahnya, kenapa dan ada apa," tuturnya.
Rendra berharap untuk pembekalan siswa di sekolah, Disdik bisa bersinergi dengan elemen lainnya agar materi penguatan dalam menangkal berbagai paham radikal lebih lengkap dan banyak elemen yang terlibat.
Menanggapi instruksi Bupati Malang tersebut, Kepala Disdik Kabupaten Malang M Hidayat menyatakan siap. Dirinya beserta seluruh elemen di Disdik, akan melakukan koordinasi serta aksi ke berbagai sekolah yang ada di Kabupaten Malang.
"Selama ini kami juga sudah menjalankan tugas pembinaan kepada siswa, namun yang sekarang akan sedikit berbeda karena berkaitan dengan upaya menangkal siswa-siswi dari paham radikal. Ini memang penting dan mendesak agar siswa terhindar dari informasi yang menyesatkan maupun ajaran (paham) radikal," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Banyak jalan untuk mencegah tumbuhnya paham radikal, termasuk yang saat ini mulai menyasar anak-anak usia sekolah, banyak informasi yang mereka dapatkan dari media sosial (medsos) maupun pendidikan yang diterima di sekolah serta lingkungannya," kata Rendra Kresna di Malang, Jawa Timur, Kamis.
Oleh karena itu, katanya, dirinya menginstruksikan semua pihak yang peduli dengan pendidikan dan anak-anak yang bakal menjadi generasi penerus bangsa, untuk melakukan pembinaan dengan harapan bisa menjadi tameng bagi pelajar dalam menangkal paham radikal.
Ia mencontohkan, kasus teror di Surabaya dan Sidoarjo, pelaku bom bunuh diri bukan hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak, bahkan yang membuat kaget, anak yang selamat dalam bom bunuh diri itu ketika ditanya Wali Kota Surabaya, cita-citanya ingin mati syahid.
Kondisi ini, kata Rendra, memperlihatkan anak usia sekolah sangat rentan menjadi korban bujuk rayu teroris, apalagi ditambah dengan informasi menyesatkan yang berseliweran di medsos yang bisa diakses dari telepon seluler mereka.
Berdasarkan kondisi tersebut, kata Rendra, dirinya menginstruksikan Kepala Disdik setempat untuk melakukan pembekalan dan pengawasan berkelanjutan kepada seluruh sekolah. Pengawasan itu bisa dilakukan oleh guru dan didorong lebih aktif. Guru tidak hanya punya tanggung jawab di sekolah, tapi juga di luar sekolah, apalagi yang berkaitan dengan paham radikal.
Guru, lanjutnya, dituntut bisa lebih memahami muridnya sehingga bisa melakukan deteksi dini apalagi jika terjadi sesuatu yang aneh pada yang bersangkutan (siswa).
"Guru jangan hanya berfungsi di sekolah. Kalau sudah di luar sekolah tidak mau tahu, akhirnya yang terjadi, kasus di Bululawang terkait penyekapan anak oleh ibunya sendiri karena stres. Harusnya guru yang tahu anak tersebut tidak masuk sekolah sampai berbulan-bulan mendatangi rumahnya, kenapa dan ada apa," tuturnya.
Rendra berharap untuk pembekalan siswa di sekolah, Disdik bisa bersinergi dengan elemen lainnya agar materi penguatan dalam menangkal berbagai paham radikal lebih lengkap dan banyak elemen yang terlibat.
Menanggapi instruksi Bupati Malang tersebut, Kepala Disdik Kabupaten Malang M Hidayat menyatakan siap. Dirinya beserta seluruh elemen di Disdik, akan melakukan koordinasi serta aksi ke berbagai sekolah yang ada di Kabupaten Malang.
"Selama ini kami juga sudah menjalankan tugas pembinaan kepada siswa, namun yang sekarang akan sedikit berbeda karena berkaitan dengan upaya menangkal siswa-siswi dari paham radikal. Ini memang penting dan mendesak agar siswa terhindar dari informasi yang menyesatkan maupun ajaran (paham) radikal," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018