Yogyakarta (Antaranews Jatim) - Hujan abu vulkanik akibat letusan freatik Gunung Merapi pada Jumat (11/5) pagi terjadi hingga kawasan Jalan Babarsari, Kelurahan Caturtunggal, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang jauh dari lereng Merapi dalam bentuk butiran abu tipis.
Pantauan Antara hujan abu tipis yang terjadi di Jalan Babarsari mulai muncul pukul 10.30 WIB dan berangsur berkurang pada pukul 11.00 WIB. Warga, mahasiswa, maupun pedagang yang beraktivitas di kawasan itu melindungi diri dengan menggunakan masker.
"Meski sekarang (hujan abu) sudah berkurang saya masih tetap menggunakan masker karena abu masih berterbangan," kata Budi Rahman warga Babarsari yang juga Satpam Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) yang berada di kawasan itu.
Menurut Budi, peristiwa hujan abu tidak sampai menghambat aktivitas warga setempat. "Semua aktivitas masih berjalan seperti baisanya walaupun tetap harus menggunakan masker," kata dia.
Sebelumnya, Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Wahyu Pristiawan menyebut letusan freatik yang mengakibatkan kepulan asap tinggi di Puncak Gunung Merapi mulai pertama terekam pada pukul 07.45 WIB.
Letusan freatik, kata dia, terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi. Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke tanah di dalam kawah, kemudian bersentuhan langsung dengan magma.
"Insya Allah bukan seperti erupsi yang membahayakan. Itu menyebabkan tekanan uap air yang hanya terjadi sesekali," kata dia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Pantauan Antara hujan abu tipis yang terjadi di Jalan Babarsari mulai muncul pukul 10.30 WIB dan berangsur berkurang pada pukul 11.00 WIB. Warga, mahasiswa, maupun pedagang yang beraktivitas di kawasan itu melindungi diri dengan menggunakan masker.
"Meski sekarang (hujan abu) sudah berkurang saya masih tetap menggunakan masker karena abu masih berterbangan," kata Budi Rahman warga Babarsari yang juga Satpam Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) yang berada di kawasan itu.
Menurut Budi, peristiwa hujan abu tidak sampai menghambat aktivitas warga setempat. "Semua aktivitas masih berjalan seperti baisanya walaupun tetap harus menggunakan masker," kata dia.
Sebelumnya, Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Wahyu Pristiawan menyebut letusan freatik yang mengakibatkan kepulan asap tinggi di Puncak Gunung Merapi mulai pertama terekam pada pukul 07.45 WIB.
Letusan freatik, kata dia, terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi. Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke tanah di dalam kawah, kemudian bersentuhan langsung dengan magma.
"Insya Allah bukan seperti erupsi yang membahayakan. Itu menyebabkan tekanan uap air yang hanya terjadi sesekali," kata dia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018