Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Sekretaris Utama BPS Adi Lumaksono mengatakan Banyuwangi adalah salah satu daerah di Indonesia yang paling banyak memanfaatkan data dan menilai objektif terhadap data statistik.

"Datanya buruk atau baik tidak ada intervensi atas hasil tersebut. Justru kalau ada hasil kurang menyenangkan, misalnya, di satu kecamatan angka kemiskinannya tinggi, itu menjadi dasar perbaikan," katanya pada pembukaan lokakarya Forum Masyarakat Statistik (FMS) di Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa.

Menurut Adi Lumaksono, data berfungsi sebagai informasi yang menjadi dasar dalam mengambil keputusan. Ibaratnya kalau orang mengambil keputusan tanpa data, bagaikan jalan di kegelapan. Sebaliknya, dengan data, baik rencana maupun hasil kebijakan lebih terukur.

FMS adalah lembaga yang terdiri atas unsur pemerintah, praktisi, dan pakar yang bertugas memberi pertimbangan berbagai aspek statistik kepada BPS. Acara tersebut dihadiri Ketua FMS Prof Bustanul Arifin, Sekretaris Utama BPS Adi Lumaksono, guru besar IPB Prof D.S Priyarsono, Deputi Ekonomi Bappenas Leonard Tampubolon, para Kepala BPS se-Jatim, dan sejumlah rektor perguruan tinggi.

Sementara Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan Pemkab Banyuwangi memperkuat kolaborasi dengan para ahli dan pelaku statistik sebagai dasar perencanaan dan evaluasi dalam program pembangunan.

"Data statistik yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik menjadi dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan. Karena tanpa data, pasti programnya keliru. Keberadaan Forum Masyarakat Statistik bisa meningkatkan kualitas data statistik yang akan berkorelasi ke pengembangan daerah," tuturnya.

Anas mengatakan, Banyuwangi memanfaatkan data untuk mengatasi kemiskinan secara terfokus dan detail sesuai karakteristik kemiskinan di masing-masing kawasan.

"Karena setiap kecamatan berbeda-beda penduduk dan kulturnya, jadi `obat`-nya juga beda. Nah itu kami tahunya dari BPS. Maka benar sekali bahwa data itu mencerdaskan bangsa. Kita cari modal pembangunan itu ya dari data statistik," ujar Anas.

Banyuwangi juga menyusun data digital melalui aplikasi Jalin Kasih yang berisi data penduduk miskin berbasis geospasial dengan permasalahan kemiskinannya masing-masing.

"Kami memvalidasi data statistik lalu membuatnya jadi data digital. Dengan begini semua orang bisa mengakses data warga miskin dan ikut membantu mengentaskannya lewat program-program, seperti donasi makanan bergizi, beasiswa, bedah rumah dan sebagainya," ujar Anas.

Angka kemiskinan Banyuwangi sendiri, kata Anas, terus menurun hingga level 8,64 persen pada 2016, di bawah rata-rata Provinsi Jatim yang masih di atas 11 persen.

Ketua FMS Prof Bustanul Arifin mengatakan, lokakarya FMS digelar di Banyuwangi sebagai apresiasi atas perkembangan daerah tersebut.

"Banyuwangi juga sentra produksi beras sampai surplus. Ini selaras dengan tema yang kami angkat tentang pembenahan statistik data produksi beras," ucapnya.(*)

Pewarta: Masuki M Astro

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018