Pamekasan (Antaranews Jatim) - Komunitas Ngaji Tani Nusantara kini mengembangkan tanaman labu madu atau labuma sebagai komuditas pertanian alternatif selain tembakau yang biasa ditanam masyarakat petani di Pulau Madura, Jawa Timur, saat kemarau.
"Selain berarti labu madu (Labuma) ini juga kita artikan Labu Bertani untuk Maju," ujar pendiri Komunitas Ngaji Tani Nusantara, Abdus Salim di Pamekasan, Kamis.
Dalam keterangan persnya yang disampaikan kepada Antara, Abd Salim menjelaskan, Buma juga merupakan nama kampung di Dusun Gunung, Desa Kaduara Timur, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, tempat labu madu itu dikembangkan.
Bermula dari tanaman labu madu yang ditanam di pekarangan rumah Sama` (47) yang telah membuktikan kepiawaiannya dalam merawat tanaman yang banyak digemari warga negara Eropa tersebut.
Selain kandungan nutrisi dan manfaatnya yang banyak untuk kesehatan, buah labu madu yang tergolong jenis tanaman sayur ini, rasanya juga sangat enak karena manis seperti gula dan tekstur daging buahnya lembut seperti mentega.
Apalagi, harga labu madu juga masih lebih tinggi dibanding jenis labu-labu lokal lainnya yang ditanam warga sekitar.
Hanya dengan bermodalkan 4 butir benih labu madu impor yang didapatkannya dari Komuntas Ngaji Tani Nusantara, Sama` kini bisa menghasilkan jenis labu menjadi ratusan benih.
Melalui Komunitas Ngaji Tani yang diikutinya bersama rekan-rekan jamaah lainnya itu, Sama` mulai mengajak tetangga sekitar dan warga kampung untuk belajar dan mempraktikkan budi daya labu madu.
"Saat ini sudah ada sekitar 30 orang petani di kampung kami yang mulai bergabung merespons ajakan Komunitas Ngaji Tani Nusantara dalam pengembangkan labu madu," ujar Sama`.
Gagasan yang diusung komunitas ini untuk proses pengembangannya telah didesain dengan model "start up" pertanian yang tidak lagi bermodelkan hulu-hilir (pipes model), akan tetapi dengan platform model yang mengedepankan pola integrasi dan kolaborasi serta berlandaskan pada potensi kearifan lokal dan juga semangat gotong-royong warga di kampung.
"Alasan kami cukup kuat kenapa kami ini perlu menggagas model start up pertanian dimulai dari kampung-kampung. Karena dunia pertanian kini tak bisa dipungkiri cepat atau lambat akan segera bertransformasi menjadi ekosistem terintegrasi yang berbasis digital," ujar pendiri Komunitas Ngaji Nusantara Abdus Salim.
Menurutnya, keberadaan kampung "Labuma" yang diinisiasi di Desa Kaduara Timur itu tidak serta merta muncul secara instan. Tahapannya, menurut dia, sudah dimulai dua tahun lalu dimulai dari perkumpulan jamaah arisan sholawatan di kampung tersebut yang kemudian berkolaborasi dengan Komunitas Ngaji Tani Nusantara.
Tujuan awalnya, agar jamaah di kampung itu tidak hanya bisa shalawatan, akan tetapi juga mumpuni dalam bidang pertanian.
Beberapa kali pertemuan seringkali diisi dengan kegiatan Ngaji Tani (penyuluhan) dan pembagian benih gratis. Sehingga dengan demikian jamaah bisa mengoptimalkan fungsi lahan pekarangannya dengan ditanam sayuran dan buah-buahan untuk menunjang ketahanan pangan keluarga.
"Akhirnya, secara perlahan muncul sosok seperti Pak Sama` yang dalam Komunitas Ngaji Tani disitilahkan sebagai petani berdaya ledak tinggi. Dari sinilah semangat menggagas Kampung `Labuma` semakin kongkrit dan bahkan telah mendapat dukungan kuat dari tokoh-tokoh masyarakat," katanya, menjelaskan.
Abdus Salim berharap, pengembangan kelompok tani sebagaimana di Desa Kaduara Timur, Kecamatan Pragaan, Sumenep itu, bisa dikembangkan di berbagai kabupaten lain di Pulau Madura, sehingga masyarakat tidak hanya bertumpu pada tanaman tembakau semata, akan tetapi juga ada tanaman alternatif selain tembakau yang menghasilkan bagi petani. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Selain berarti labu madu (Labuma) ini juga kita artikan Labu Bertani untuk Maju," ujar pendiri Komunitas Ngaji Tani Nusantara, Abdus Salim di Pamekasan, Kamis.
Dalam keterangan persnya yang disampaikan kepada Antara, Abd Salim menjelaskan, Buma juga merupakan nama kampung di Dusun Gunung, Desa Kaduara Timur, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, tempat labu madu itu dikembangkan.
Bermula dari tanaman labu madu yang ditanam di pekarangan rumah Sama` (47) yang telah membuktikan kepiawaiannya dalam merawat tanaman yang banyak digemari warga negara Eropa tersebut.
Selain kandungan nutrisi dan manfaatnya yang banyak untuk kesehatan, buah labu madu yang tergolong jenis tanaman sayur ini, rasanya juga sangat enak karena manis seperti gula dan tekstur daging buahnya lembut seperti mentega.
Apalagi, harga labu madu juga masih lebih tinggi dibanding jenis labu-labu lokal lainnya yang ditanam warga sekitar.
Hanya dengan bermodalkan 4 butir benih labu madu impor yang didapatkannya dari Komuntas Ngaji Tani Nusantara, Sama` kini bisa menghasilkan jenis labu menjadi ratusan benih.
Melalui Komunitas Ngaji Tani yang diikutinya bersama rekan-rekan jamaah lainnya itu, Sama` mulai mengajak tetangga sekitar dan warga kampung untuk belajar dan mempraktikkan budi daya labu madu.
"Saat ini sudah ada sekitar 30 orang petani di kampung kami yang mulai bergabung merespons ajakan Komunitas Ngaji Tani Nusantara dalam pengembangkan labu madu," ujar Sama`.
Gagasan yang diusung komunitas ini untuk proses pengembangannya telah didesain dengan model "start up" pertanian yang tidak lagi bermodelkan hulu-hilir (pipes model), akan tetapi dengan platform model yang mengedepankan pola integrasi dan kolaborasi serta berlandaskan pada potensi kearifan lokal dan juga semangat gotong-royong warga di kampung.
"Alasan kami cukup kuat kenapa kami ini perlu menggagas model start up pertanian dimulai dari kampung-kampung. Karena dunia pertanian kini tak bisa dipungkiri cepat atau lambat akan segera bertransformasi menjadi ekosistem terintegrasi yang berbasis digital," ujar pendiri Komunitas Ngaji Nusantara Abdus Salim.
Menurutnya, keberadaan kampung "Labuma" yang diinisiasi di Desa Kaduara Timur itu tidak serta merta muncul secara instan. Tahapannya, menurut dia, sudah dimulai dua tahun lalu dimulai dari perkumpulan jamaah arisan sholawatan di kampung tersebut yang kemudian berkolaborasi dengan Komunitas Ngaji Tani Nusantara.
Tujuan awalnya, agar jamaah di kampung itu tidak hanya bisa shalawatan, akan tetapi juga mumpuni dalam bidang pertanian.
Beberapa kali pertemuan seringkali diisi dengan kegiatan Ngaji Tani (penyuluhan) dan pembagian benih gratis. Sehingga dengan demikian jamaah bisa mengoptimalkan fungsi lahan pekarangannya dengan ditanam sayuran dan buah-buahan untuk menunjang ketahanan pangan keluarga.
"Akhirnya, secara perlahan muncul sosok seperti Pak Sama` yang dalam Komunitas Ngaji Tani disitilahkan sebagai petani berdaya ledak tinggi. Dari sinilah semangat menggagas Kampung `Labuma` semakin kongkrit dan bahkan telah mendapat dukungan kuat dari tokoh-tokoh masyarakat," katanya, menjelaskan.
Abdus Salim berharap, pengembangan kelompok tani sebagaimana di Desa Kaduara Timur, Kecamatan Pragaan, Sumenep itu, bisa dikembangkan di berbagai kabupaten lain di Pulau Madura, sehingga masyarakat tidak hanya bertumpu pada tanaman tembakau semata, akan tetapi juga ada tanaman alternatif selain tembakau yang menghasilkan bagi petani. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018