Surabaya (Antara Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan konsep pengelolaan tata kota di hadapan puluhan arsitek se-Indonesia dan mancanegara (Malaysia, Thailand dan Singapura) di acara pembukaan Konvensi Arsitektur Indonesia di Surabaya, Kamis.
"Bisa dilihat, saya menyulap kawasan eks lokalisasi Dolly, melakukan penertiban PKL, membangun lapangan futsal, pelebaran jalan, pembangunan waduk untuk mengurangi intensitas genangan air, taman untuk mempertemukan orang muda dan orang tua. Itu semua menggunakan ilmu arsitek," kata Risma di sela sambutannya.
Risma mengatakan momentum diselenggarakannya acara ini bagi Kota Surabaya sebagai wadah untuk belajar bagaimana menata kota yang lebih baik lagi ke depan. Utamanya, lanjut dia, mewujudkan kota yang nyaman sebagai tempat tinggal bagi setiap manusia.
"Nyaman dalam arti sesungguhnya, kota ini menjadi tempat tinggal yang aman, layak dan ramah sehingga manusia lebih manusiawi. Itu bisa diciptakan melalui keilmuan arsitek," ujarnya.
Risma juga mengaku selama mendesain bangunan di Surabaya, dirinya tetap mempertahankan budaya bangunan yang masih melekat pada masyarakat. Meskipun, lanjut dia, kondisi dan fasilitas bangunan terus berubah dari waktu ke waktu.
"Kondisi sekarang memasuki zaman now, namun saya yakin perilaku manusia tidak menjadi jelek, sekalipun kawasan tersebut padat penduduknya," katanya.
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Nasional Ahmad Djuhara mengatakan Kota Surabaya dipercaya menjadi tuan rumah Konvensi Arsitektur Indonesia yang digelar pada 22-25 Februari 2018 karena tata kelola kota yang ada di Surabaya sangat komprehensif dan paling dimengerti oleh banyak orang.
Menurut dia, Surabaya layak dijadikan contoh bagi kota-kota yang ada di seluruh Indonesia dan dunia dalam urusan tata kelola kota. Hal ini dikarenakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang mengenyam sarjana arsitek mampu menata Kota Surabaya dengan baik.
"Beliau, tidak hanya berhasil membangun kota yang cantik rupanya atau sosok bangunannya tetapi orientasinya lebih kepada manusianya," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Bisa dilihat, saya menyulap kawasan eks lokalisasi Dolly, melakukan penertiban PKL, membangun lapangan futsal, pelebaran jalan, pembangunan waduk untuk mengurangi intensitas genangan air, taman untuk mempertemukan orang muda dan orang tua. Itu semua menggunakan ilmu arsitek," kata Risma di sela sambutannya.
Risma mengatakan momentum diselenggarakannya acara ini bagi Kota Surabaya sebagai wadah untuk belajar bagaimana menata kota yang lebih baik lagi ke depan. Utamanya, lanjut dia, mewujudkan kota yang nyaman sebagai tempat tinggal bagi setiap manusia.
"Nyaman dalam arti sesungguhnya, kota ini menjadi tempat tinggal yang aman, layak dan ramah sehingga manusia lebih manusiawi. Itu bisa diciptakan melalui keilmuan arsitek," ujarnya.
Risma juga mengaku selama mendesain bangunan di Surabaya, dirinya tetap mempertahankan budaya bangunan yang masih melekat pada masyarakat. Meskipun, lanjut dia, kondisi dan fasilitas bangunan terus berubah dari waktu ke waktu.
"Kondisi sekarang memasuki zaman now, namun saya yakin perilaku manusia tidak menjadi jelek, sekalipun kawasan tersebut padat penduduknya," katanya.
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Nasional Ahmad Djuhara mengatakan Kota Surabaya dipercaya menjadi tuan rumah Konvensi Arsitektur Indonesia yang digelar pada 22-25 Februari 2018 karena tata kelola kota yang ada di Surabaya sangat komprehensif dan paling dimengerti oleh banyak orang.
Menurut dia, Surabaya layak dijadikan contoh bagi kota-kota yang ada di seluruh Indonesia dan dunia dalam urusan tata kelola kota. Hal ini dikarenakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang mengenyam sarjana arsitek mampu menata Kota Surabaya dengan baik.
"Beliau, tidak hanya berhasil membangun kota yang cantik rupanya atau sosok bangunannya tetapi orientasinya lebih kepada manusianya," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018