Kediri (Antara Jatim) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, mendorong sekolah terus memunculkan desainer baru, dengan tetap memanfaatkan tenun ikat sebagai bahannya, yang merupakan kain produk khas  perajin Kediri.
     
"Kami masuk ke SMK jurusan busana agar muncul desainer baru. Jadi, bahannya semua dari perajin di Kelurahan Bandar Kidul, sedangkan desain modelnya ide dan kreativitas anak-anak SMK," kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri Yetty Sisworini di Kediri, Kamis.
     
Ia mengatakan, pemerintah kota memang berkomitmen terus melestarikan kain tenun ikat, yang merupakan kain khas dari Kediri, dengan melibatkan anak-anak muda, terutama pelajar. Mereka diharapkan bisa meneruskan membuat kerajinan ini, serta membuat desain beragam baju dengan memanfaatkan kain tersebut.
     
Dengan itu, kata dia, kain tenun ikat bukan hanya bisa dimanfaatkan di acara yang resmi, melainkan beragam kegiatan. Kain itu juga bisa dipakai oleh beragam kalangan dan usia, dengan desain yang terkini.
     
"Kain tenun ikat ini nantinya tidak hanya untuk seragam dinas, tapi bisa dipakai untuk apa saja misalnya untuk pesta dengan model yang kasual," katanya.
     
Yetti mengatakan, selama ini kerjasama sekolah dengan memanfaatkan kain tenun ikat produk perajin dari Kelurahan Bandar Kidul, Kota Kediri ini sudah berjalan tiga tahun. Namun, selama ini masih satu sekolah yang sudah bisa kolaborasi, memunculkan desain baru baju dengan memanfaatkan tenun ikat, yaitu SMK 3 Kediri.
     
Ia berharap, ke depan akan semakin banyak sekolah yang mau kolaborasi untuk belajar tenun ikat. Bukan hanya mendesain baju dengan tenun ikat, melainkan mau belajar membuat kain tersebut.
     
Sementara itu, Siti Rukayah, perajin tenun ikat di Kediri mengaku juga sangat senang jika ada para pemuda yang mau belajar membuat tenun ikat. Ia juga mempersilakan jika ada yang ingin berkunjung ke tempatnya untuk belajar.
     
"Saya terbuka jika ingin ada yang berkunjung, baik belajar ataupun sekedar melihat-lihat proses pembuatannya. Saya juga tidak memungut biaya," katanya. 
     
Ia mengaku, usaha ini sudah digelutinya cukup lama dengan suami. Awalnya, suami yang menekuni usaha ini, bahkan sudah sejak kecil sekitar 1950 sudah belajar tenun ikat, tapi ia akhirnya tertarik dan usahanya berkembang hingga sekarang. 
     
"Untuk saat ini, saya punya empat lokasi. Satu lokasi ada 30 orang. Saya merekrut teman-teman, tetangga dan berkat dukungan semua, sekarang Alhamdulillah dikenal di seluruh Indonesia," kata Siti. 
     
Tenun ikat adalah salah satu produk khas perajin dari Kediri. Cara pembuatannya ada yang masih tradisional, namun saat ini sudah ada yang dibantu dengan semi mesin, sehingga lebih mempercepat proses produksi kain. Saat ini, masih ada 10 industri yang masih bertahan sejak zaman dulu dengan ratusan tenaga kerja. (*)




Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017