Pacitan (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mencatat ada lebih dari 180 titik rawan longsor yang tersebar di 12 kecamatan yang ada di daerah tersebut.
    
"Itu data yang kami temukan sampai saat ini, dan jumlah itu menyebar di 12 kecamatan yang ada di Pacitan," kata Bupati Pacitan Indartato di Pacitan, Senin.
    
Menurut dia, sebagian titik rawan longsor tersebut adalah temuan susulan pascabencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi sporadis pada Senin (27/11) hingga Selasa (28/11).
    
Tingkat kerawanan longsor saat ini diyakini kian parah, karena kondisi tanah yang labil serta struktur batuan yang rapuh.
    
"Harus hati-hati, karena ternyata tanah kita (Pacitan) masuk kategori tanah labil," ujarnya.
    
Untuk memastikan, Indartato memastikan Pemkab Pacitan sudah mengundang tim geologi untuk mengevaluasi struktur batuan dan topografi tanah di daerah itu, terutama di titik-titik yang dinilai rawan longsor.
    
Tak hanya tim geologi, pemerintah daerah setempat juga menerjunkan para psikolog untuk membantu memulihkan kondisi psikologis para korban.
    
"Kami lakukan evakuasi seperti di Mangunharjo untuk menghindari korban jiwa. Meski mereka tetap menjadi korban secara psikis," kata Bupati.
    
Usai mendatangi pengungsi di Desa Mangunharjo, bupati dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Papringan, Desa/Kecamatan Tulakan.
    
Di lokasi-lokasi itu, Bupati Indartat0 dan rombongan bertemu langsung dengan puluhan pengungsi yang berlindung di tempat penampungan sementara yang dinilai aman, karena pemukiman mereka yang tak memungkinkan dihuni lagi karena muncul retakan tanah dan longsor.
    
Selain itu, pada lokasi yang sama, satu unit menara SUTT terancam roboh.
    
Sehari sebelumnya, Minggu (10/12) sore, 303 jiwa pengungsi dari 105 KK di Desa Mangunharjo, Kecamatan Arjosari terpaksa diungsikan.
    
Mereka merupakan warga RT 1, 2, dan 3 Dusun Tegal.
    
Dandim Aristoteles mengkonfirmasi lokasi penampungan sementara dikonsentrasikan di tiga titik, yakni di Ponpes Roudoh Al-Hikam, gedung SMK Arjosari dan di Balai Desa Mangunsari.
    
Banyaknya warga yang diungsikan, termasuk ibu-ibu dan anak-anak membuat proses evakuasi memakan banyak waktu
    
Pengungsi terakhir adalah seorang laki-laki bernama Bejan. Ia yang sebelumnya bersikeras tidak bersedia dievakuasi, akhirnya diangkut paksa oleh regu penolong. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017