Kediri (Antara Jatim) - Ratusan pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) VI, Kota Kediri, Jawa Timur, menuntut agar pihak sekolah menurunkan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP)  karena dinilai memberatkan mereka.
      
"SPP di sekolah kami mahal sampai Rp200 ribu per bulan. Kami ingin agar SPP diturunkan, dan kami akan tetap unjuk rasa," kata Dandi, salah seorang pelajar di sekolah itu, Senin.
     
Ia juga mengatakan, fasilitas di sekolahnya dinilai tidak memadahi, misalnya kipas untuk fasilitas di kelas juga sudah waktunya ganti serta korden yang juga sudah jelek. Padahal, para siswa sudah diminta sumbangan untuk perbaikan fasilitas, tapi belum ada realisasi yang jelas.
     
Para murid tersebut menuliskan beberapa keberatan mereka di sebuah kertas yang ditandatangani langsung atas para murid. Mereka menyerahkan kertas tersebut pada pihak sekolah dan meminta agar diberikan penjelasan lebih lanjut.
     
Selain itu, mereka juga membawa serta beberapa poster yang isinya tuntutan mereka. Poster itu dipasang di depan pintu masuk ruang guru. Aksi itu mendapatkan kawalan yang ketat dari polisi serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Kediri.
     
Saat aksi, mereka mendesak masuk ke dalam ruangan, tapi oleh petugas mereka ditahan. Sempat terjadi protes dari para pelajar tersebut, sebab tidak diizikan masuk ke dalam ruangan bertemu dengan kepala sekolah. Berkali-kali mereka mmemaksa masuk, tapi tetap diizinkan oleh petugas.
     
Akibat aksi tersebut, kegiatan belajar mengajar sempat terhenti. Pihak sekolah meminta mereka masuk ke dalam ruangan untuk kembali belajar, tapi para murid tersebut tidak peduli. Mereka tetap ingin mendengarkan langsung penjelasan kepala sekolah. 
     
Perwakilan murid bertemu langsung dengan kepala sekolah, Abdul Basith. Beberapa yang dikeluhkan misalnya tingginya SPP, tuntutan perbaikan fasilitas, diberikan pada kepala sekolah. Ia juga bertemu langsung dengan para murid dan memberikan penjelasan.
     
"Jika fasilitas belum memadahi, dirasakan masih kurang, kami petakan dulu dan itu menjadi progam sekolah selama empat tahun, supaya fasilitas terpenuhi. Jika sekarang seluruhnya itu biayanya tinggi. Oleh sebab itu, kami identifikasi dan sudah bertekad membangun sekolah ini, sehingga fasilitas lengkap," kata Abdul.
     
Aksi itu sudah yang kesekian kali dilakukan. Walaupun tidak puas dengan penjelasan kepala sekolah, anak-anak itu akhirnya pulang. Mereka enggan masuk sekolah. (*)
Video Oleh Asmaul Chusna

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017