Malang (Antara Jatim) - Bupati Malang Rendra Kresna menyatakan keberadaan hutan di wilayah kerjanya saat ini dalam kondisi kritis  karena mengalami kerusakan parah akibat penebangan pohon secara liar dan pola bercocok tanam warga sekitar.

"Kondisi hutan di Kabupaten Malang sangat memprihatinkan, bahkan saat ini sudah masuk dalam kategori darurat," kata Rendra Kresna di Malang, Jawa Timur, Kamis.

Ia mengatakan puluhan ribu hektare hutan di Kabupaten Malang dalam kondisi rusak parah karena penebangan liar dan pola bercocok tanam masyarakat yang memilih tanaman yang tidak mampu `mengikat` air, seperti pisang, singkong dan lainnya, akibatnya ketika hujan deras air mengalir sangat deras, bahkan bercampur dengan air laut yang juga pasang.

Menurut Rendra, banjir yang melanda Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan dalam dua hari terakhir akibat rusaknya hutan dan pola tanam masyarakat. Apalagi, Sitiarjo yang topografinya berada di cerukan atau mangkuk di antara wilayah pegunungan dan bukit yang ada di sekitarnya, seperti Dampit, Wajak dan Tirtoyudo.

Desa Sitiarjo selama ini menjadi langganan banjir dan tanah longsor, bahkan sekitar tahun 2002 terjadi banjir bandang yang merendam ratusan rumah penduduk, perkantoran, gedung sekolah, dan kerugian materi tidak sedikit.

Lebih lanjut, Rendra mengatakan kondisi alam an kerusakan hutan yang sangat parah itu harus disampaikan apa adanya. Tanpa ada yang ditutup-tutupi, apalagi data kerusakan hutan di Kabupaten Malang, misalnya diminimalkan.

Rendra meminta pejabat terkait untuk membuka dan mengatakan apa adanya. Dengan demikian, bisa diketahui secara luas, termasuk masyarakat penggarap lahan di sekitar hutan. "Kita semua bisa duduk bersama mencari solusi dalam menangani masalah tersebut," ujarnya.

Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mengembalikan fungsi hutan, kata Rendra adalah penghijauan. Langkah tersebut menjadi agenda wajib bagi seluruh pemangku kepentingan dalam meminimalisasi bencana banjir dan longsor yang sering terjadi di wilayah itu.

Selain itu, menumbuhkan dan memupuk kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan bagi rantai kehidupan juga wajib terus dilakukan, terutama dalam kebiasaan dan pola bercocok tanam yang kurang memperhatikan dampak buruknya.

Pola tanam masyarakat harus diubah, seperti kebiasaan menanam tanaman yang tidak mampu mengikat air hujan, seperti sayuran, pisang dan singkong, harus dikembalikan dengan menanam tanaman keras di berbagai bukit dan hutan, seperti kopi dan kakao.

Selain itu, kata Ketua DPW Partai NasDem Jatim itu, peran Perhutani harus ditingkatkan, termasuk tindakan tidak menebang pohon selama kurun waktu tertentu hingga pohon pengganti sudah memenuhi syarat.

"Selama kurun waktu tertentu, minimal 30 tahun ke depan, Perhutani hanya fokus menanam pohon dan tidak menebang pohon," tuturnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017