Surabaya (Antara Jatim) - Suasana koridor ruang "Co Working Space" atau ruang kreativitas kerja seluas 3.000 meter persegi di lantai 3 gedung eks Siola, Kota Surabaya, terlihat ramai oleh aktivitas anak-anak muda.   

Puluhan anak muda dari berbagai kalangan berkumpul untuk berdiskusi dan belajar bersama tentang dunia desain yang berkarakter.  Mereka sedang mengikuti diskusi "JumpStart Young Character Design" yang digelar Pekerja Kreatif Visual Indonesia (Kreavi).

Kreavi  merupakan kelompok atau wadah yang berfungsi untuk membantu desain produk dari pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Surabaya. Sedangkan  "Co-Working Space" yang diresmikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Agustus 2017 adalah ruang kreativitas untuk anak-anak muda di Surabaya, khususnya mereka yang memiliki ketertarikan dalam mengembangkan startup (perusahaan rintisan). 

Ruang "co-working space" tersebut dibuka selama 24 jam disertai mentor untuk mendidik dan menjawab pertanyaan dari mereka yang ingin belajar industri kreatif

Di era digital sekarang ini, banyak sekali startup bermunculan dalam berbagai bidang layanan. Salah satu kota di Indonesia yang fokus dalam pengembangan startup lokal adalah Surabaya.

"Acara semacam ini harus sering diadakan khususnya untuk pemula-pemula yang terjun di dunia industri kreatif agar ilmunya bisa bertambah," ujar salah seorang peserta, Melinda dari Fakultas Desain Komunikasi Visual (DKV)  Institut Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Melinda mengatakan bahwa jumlah peminat industri kreatif khususnya di Surabaya masih tergolong sedikit. Ia berharap dengan adanya acara Kreavi ini, industri kreatif  lokal, khususnya Surabaya, bisa lebih dikenal dan mampu sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Pelaku industri kreatif lokal bisa "go internasional". 

Ia mengaku senang dan termotivasi untuk menekuni dunia industri kreatif. Meskipun industri kreatif di Surabaya masih terbilang baru, namun setidaknya pemerintah sudah memberikan wadah bagi anak-anak muda untuk mengembangkan bakat minatnya. 

Ruangan "Co-working Space" selain sebagai tempat berkreasi dan bekerja, juga ada tempat untuk memasarkan produk. Ruangannya juga tidak terlalu formal. Dengan demikian, suasanya seperti bekerja, tapi santai. Ban bekas dimodifikasi dan digunakan untuk kursi. Mejanya pun dari kayu olahan limbah.

Kebutuhan ruang pamer produk kreatif untuk menunjang semangat berwirausaha dan berekonomi kreatif menjadi suatu keharusan. Sebab, harga sewa ruang pamer sekaligus kantor buat pelaku startup di industri kreatif, saat ini masih dianggap terlalu mahal.

Apalagi banyak pengusaha muda sekarang sebenarnya tidak memerlukan banyak ruangan kantor yang terlalu luas. Sifat pekerjaanya yang dinamis juga menuntut seorang pengusaha startup kerap harus bertemu klien, relasi atau komunitasnya di luar. Kondisi ini membuat banyak yang memilih untuk menyewa lapak di lokasi yang representatif seperti "Co-Working Space".

Keberadaan "Co-Working Space" memang sudah menjadi salah satu pendorong pertumbuhan startup dalam negeri. Terlebih, jumlah bisnis ini menunjukan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Indonesia sendiri tercatat sebagai negara dengan jumlah startup tertinggi di kawasan Asia Tenggara, yakni sekitar 2.000 pelaku. Angka ini diprediksi bakal tumbuh sekitar 5- 6,5 kali lipat menjadi sekitar 13.000 pada tahun 2020.

Setiap bulan bermunculan founder-founder baru yang membuat aplikasi seperti games, perdagangan atau e-commerce, aplikasi transportasi, dan lain sebagainya.  Hal ini dipicu pula dari penggunaan internet dan media digital yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia.

Kondisi itu pula yang mulai disadari sejumlah pemerintah daerah yang tak ingin kehilangan momentum meraih pertumbuhan ekonomi dari industri kreatif. Sejumlah program dan fasilitas pun berusaha diberikan untuk mengakomodir kebutuhan para pengusaha startup. Salah satu yang sudah dilakukan Pemkot Surabaya dengan membuat "Co-working Space" di gedung eks Siola. 

HRD & Associate Bread n Beyond Oki Ghoyir Timora menilai acara yang digelar oleh  Kreavi sangat bermanfaat bagi pelaku industri kreatif lain, khsusunya bagi pemula. Sebab, dengan diadakannya acara semacam ini, bakat dan ketrampilan anak-anak muda semakin berkembang sehingga baik untuk dirinya sendiri dan orang lain. 

"Kalau bisa, sering-sering bikin acara seperti ini, jadi teman-teman kreatif ada wadah untuk ngumpul dan 'sharing' ilmu bersama-sama," katanya.

Pengembangan Stratrup

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada saat peresmian mengatakan "Co-Working Space" merupakan tempat berkumpulnya anak-anak muda Surabaya untuk mengeksplorasi kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi dan membangun stratup.

Alasan Risma mendukung kegiatan positif bagi anak muda ini cukup banyak,  salah satunya ketika dirinya berkunjung ke Inggris beberapa waktu lalu. Di  Inggris terdapat pengembangan innovatif atau pengenalan teknologi secara dini  bagi anak kecil. 

Mereka diajari dan dikenalkan seputar dunia teknologi, tujuannya agar anak dapat berinovasi dimanapun dan kapanpun. Itulah yang diterapkan di Surabaya agar anak-anak muda di Surabaya tidak ketinggalan dalam berteknologi. 

Keberadaan "Co-Working Space" sangat penting karena menampung anak-anak muda yang ahli di bidang desain kreatif. "Mereka ini terdiri dari anak-anak desain kreatif yang terbentuk di Surabaya. Namanya kelompok Tata Rupa," ujar Risma. 

Kelompok Tata Rupa ini membantu para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk mendesain kemasan serta membranding produk agar mampu bersaing di pasaran. 

Risma menuturkan bahwa sebenarnya sudah banyak produk yang sudah dihasilkan oleh Kreavi, bahkan mereka pernah melakukan transaksi Rp1 miliar dengan investor Jepang. 

Meski demikian, wali kota perempuan pertama di  Surabaya ini juga meminta kepada pelaku desain muda agar tidak hanya menampilkan ekspose saja melainkan rielnya juga perlu didapat oleh Kreavi dan industri kreatif lainnya. 

Ia mencontohkan jika selama ini Kreavi hanya fokus pada desain film, tetapi lama kelamaan nanti harus mencoba mendesain gedung dan sebagainya. Bila perlu mengembangkan desain-desain lain seperti desain meubel atau fashion. Sebab Risma tidak ingin anak-anak muda hanya mendesain produk yang bentuknya software.

Sementara itu, CEO Tata Rupa Koridor Co-working Space, Andi Martin mengemukakan, inspirasi mendirikan Tata Rupa karena saat ia berada di Jerman dan Prancis. Andi mengatakan "Co-working Space" sangat menjamur di sana. 

Martin mengatakan tujuan dibentuknya Co-working Space di Surabaya untuk memacu pertumbuhan industri kreatif yang mulai bergeliat saat ini. Untuk itu, ia berharap masyarakat khususnya anak-anak muda dapat berkolaborasi untuk menuangkan ide kreatifnya di "Co-Working Space". 

Ruang Tata Rupa Koridor "Co-Working Space" Surabaya, yang berada di Gedung Siola lantai 3 memiliki 7 unit koridor. Namun saat ini baru tiga unit yang telah diresmikan wali kota Risma yakni ruang Paduraksa, ruang Baur, dan ruang Sesrawungan. 

Rencananya, koridor lain yang dihuni kelompok-kelompok kreatif seperti Co-Work Space, Tata Rupa, Pahlawan Ekonomi, Pejuang Muda serta teman-teman Kreavi bakal diresmikan pada November 2017, tepatnya di Hari Pahlawan. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017