Madiun (Antara Jatim) – Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Korban Keganasan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1958 di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Minggu (1/10) diharapkan bisa menyegarkan memori tentang keganasan PKI.

“Upacara Hari Kesaktian Pancasila ini sudah rutin kita selenggarakan di sini. Tujuannya untuk menyegarkan kembali memori kita juga termasuk peserta upacara, bahwa PKI pada waktu itu benar-benar luar biasa kekejamannya,” kata Bupati Madiun Muhtarom seusai menjadi inspektur upacara Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Kresek.

Itulah makanya, Bupati Muhtarom berharap masyarakat khususnya generasi muda harus memahami dan bisa mengantisipasi agar paham komunis tidak muncul kembali.

“Kekejaman PKI bukan hanya terjadi pada peristiwa 1948, tapi juga kembali terjadi pemberontakan pada 1965. Kita harus bisa mengantisipasi jangan sampai PKI muncul kembali. Maka kegiatan upacara seperti ini selalu kita lakukan setiap peringatan hari kesaktian Pancasila,” ujarnya.

Seusai mengikuti upacara, seluruh pejabat dan peserta upacara naik ke areal tempat patung dan relief yang menggambarkan tentang sejarah pemberontakan dan penumpasan hingga tumbangnya PKI.

Pemandu dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun, Gayeng Gunarto menjelaskan kepada para pejabat dan peserta upacara di dekat relief tersebut.

“Peristiwa itu memang terjadi di Madiun, namun sebenarnya bukan orang Madiun yang melakukan pemberontakan. Malah para tokoh di Madiun ini yang menjadi korban,” tutur Gayeng menjelaskan.

Di Desa Kresek, lanjut Gayeng para gerombolan PKI terkepung dan terdesak sehingga menyandera para tokoh untuk dijadikan tameng hidup.

“Karena pada waktu itu PKI yang melakukan pemberontakan di Madiun merasa terdesak, akhirnya tokoh-tokoh kita yang terdiri dari prajurit TNI, Polri, tokoh masyarakat, ulama, disandera sebagai tameng hidup saat lari ke wilayah Kresek ini,” ujar Gayeng.

Menurut catatan sejarah, di lokasi tersebut pada 1948 PKI membunuh puluhan warga yang terdiri tentara, polisi, ulama, wartawan dan tokoh masyarakat.


Pewarta: Siswowidodo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017