Surabaya (Antara Jatim) - Kabupaten Blora tampaknya kini sedang berusaha mencatatkan namanya dalam daftar pemain yang pantas diperhitungkan di dunia industri kerajinan kayu jati karena potensinya yang besar.

Blora merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang berdekatan dengan Kabupaten Jepara, yakni kabupaten yang dikenal dengan sejarah pejuang emansipasi wanita RA Kartini, serta hasil ukirannya yang indah.

Kabupaten Blora memiliki luas wilayah sekitar 1.821 kilometer persegi. Kabupaten ini memiliki potensi kerajinan kayu jati yang sangat besar baik dari sisi model, kualitas maupun pasokan bahan baku.

Kabupaten di selatan Kabupaten Rembang dan Pati ini dikenal sebagai penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Indonesia, bahkan dunia.

Kayu jati dari Blora yang merupakan daerah berkapur seperti halnya daerah di deretan Kendeng, dikenal keras, bertekstur baik, lingkar tahun yang tidak lebar, tahan lama atau awet, dan jumlahnya cukup melimpah.

Separuh wilayah Kabupaten Blora  yang berada di kawasan Kendeng merupakan kawasan hutan, khususnya hutan jati. Dari 1.821 kilometer persegi luas wilayah Kabupaten Blora sekitar 49,66 persen merupakan hutan negara dan hutan rakyat.       
Jika melintas dari Cepu ke arah barat menuju  pusat Kota Blora maupun dari Grobogan ke arah Rembang melintas Blora, terhampar tegakan-tegakan hutan jati (Tectona grandis).

Bagian utara Kabupaten Blora merupakan kawasan perbukitan kapur, dan bagian selatan merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng yang juga daerah berkapur.

Oleh karena itu, cukup beralasan jika Blora juga dikenal dengan produk kerajinan kayu jatinya, selain Jepara yang namanya sudah dikenal masyarakat luas.  

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kayu jati dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Blora pada 2014 berupa kayu bundar atau gelondongan kecil sebanyak 3.192,60 meter kubik, kayu bundar sedang 459,93 meter kubik dan bundar besar 3.659,13 meter kubik.

Sedangkan dari wilayah KPH Cepu dihasilkan kayu jati bundar berukuran kecil sebanyak  8.462,22 meter kubik, berukuran sedang 3.778,86 meter kubik dan bulat besar 15.515,01 meter kubik.                   

Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora. Nama Cepu selama ini jauh lebih dikenal masyarakat luas karena daerah ini merupakan daerah penghasil tambang minyak dan gas (migas). Perusahaan migas Pertamina dan Exxon Mobile juga beroperasi di daerah ini.
    

Khas Blora

Kabupaten  Blora yang lahir pada 11 Desember 1749 Masehi, selain memiliki produk kerajinan kayu jati seperti meja, kursi, almari dan sejenisnya, juga memproduksi kerajinan kayu jati yang khas.

Sepanjang jalan antara Kecamatan Jiken hingga Jepon atau sebaliknya, di dua sisi jalan terpampang produk-produk kerajinan kayu jati baik yang dikerjakan dengan mesin bubut atau diukir.

Produk khas yang ditawarkan perajin kayu jati di daerah ini di antaranya berupa gembol atau seni ukir berbahan akar kayu jati. Gembol atau akar kayu jati ada yang sekadar dipotong dengan model meja, kursi maupun mebel lain, dan ada pula yang diukir sehingga memiliki nilai seni tinggi.

Seorang perajin gembol jati dari Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora,  Firdaus (47) misalnya, yang memiliki model ukiran yang  khas. Produk ukirnya menyisakan tekstur akar jati. Gurat lingkaran tahun terlihat sangat jelas. Produk itulah yang membedakan produknya dengan produk dari daerah lain seperti Bali, Jepara maupun Bojonegoro.

Gembol atau akar pohon jati yang berumur ratusan tahun dia sulap menjadi produk ukiran bercerita, ekspresif dan bahkan abstrak. Ukiran itu bisa berupa manusia, hewan ataupun tanaman.

Meski banyak perajin kayu jati di Blora masih mempertahankan produk-produk mebel seperti meja, kursi, almari dan sejenisnya, Firdaus yang mengaku pernah hidup di jalanan bertahun-tahun itu memilih model berbeda dari lainnya dan khas.

"Yang kami jual ini merupakan ukiran yang dipadukan dengan bentuk asli motif akar jati sebagai bahan baku," ujar Firdaus ketika menerima Wakil Bupati Blora, Arief Rohman, beserta rombongan dari SKK Migas, Exxon Mobile dan peserta Lokakarya Media belum lama ini.

Jadi, produk kerajinan yang dihasilkan merupakan produk seni sehingga harga yang ditawarkan juga tidak memiliki standar baku. Harga kerajinan gembol yang diproduksi Firdaus mulai dari 100 ribu hingga satu miliar rupiah.

Meski harganya sangat variatif, tapi produk kerajinan gembol dari Blora ini sangat diminati pasar dalam negeri maupun luar negeri. Para penggemar atau kolektor kerajinan gembol pernah memesannya. Sedangkan dari luar negeri, Firdaus pernah mengirim ke Jerman, Inggris dan Amerika Serikat.

Para perajin kayu jati di daerah ini tidak pernah merasa kesulitan bahan baku. Kayu jati maupun gembol mudah didapatkan di sekitar mereka.

Wakil Bupati Blora Arief Rohman ketika mengunjungi sentra produksi keajinan kayu jati di Patin, Kecamatan Jepon, menyatakan sangat mendukung upaya para perajin yang terus mengembangkan produk dan pasar dengan harapan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  
    
Apalagi, Kabupaten Blora saat ini juga sedang menggalakkan program pengentasan kemiskinan. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Blora yang mencapai 844.490 jiwa, sekitar 124 ribu jiwa di antaranya masih berada pada garis merah penduduk miskin.

Pemkab Blora kini berupaya mensinergikan berbagai potensi yang dimiliki demi meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Kabupaten Blora memiliki potensi besar bahan tambang, khususnya migas, serta potensi lainnya seperti pariwisata, kerajinan kayu jati dan peternakan.  

Blora adalah sentra peternakan sapi terbesar di Jawa Tengah. Data Dinas Peternakan Jawa Tengah menyebutkan, populasi sapi di Kabupaten Blora mencapai 211.000 ekor, disusul berikutnya Kabupaten Grobogan sebanyak 178.000 ekor, Kabupaten Wonogiri sebanyak 157.000 ekor, Rembang sebanyak 128.000 ekor dan Pati sebanyak 89.000 ekor. (*)

Pewarta: Slamet Hadi Purnomo

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017