Surabaya (Antara Jatim) - Maarif Institute bersama dengan duta YouTube Creators for Change Cameo Project mengajak pelajar di Kota Surabaya untuk menyebarkan konten positif guna menangkal berita bohong atau hoax di media sosial melalui sebuah lokakarya di Surabaya, Jumat.

Direktur Program Maarif Institute Khelmy K Pribadi mengatakan acara bertajuk "1ndonesia" atau satu Indonesia itu digelar di 10 kota yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Ambon, Denpasar, Pontianak, Medan, Manado dan Surabaya bertujuan menyampaikan kepada pelajar bahwa konsep Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Sudah selesai.

"Ketika ada yang mengampanyekan negara Islam, negara Khilafah, bagi kami itu sudah tidak relevan lagi karena proses negara ini sudah selesai," kata Khelmi.

Khelmi menjelaskan, dalam lokakarya itu akan diadakan lomba video yang targetnya ada dua. Pertama untuk pelajar SMA dan sederajat, dan mahasiswa yang bertujuan untuk mendorong sikap kritis anak muda terhadap de-informasi seperti hoax dan konten-konten ekstrimis dengan cara membuat alternatif naratif.

"Jika ada video radikal, kami mendorong siswa SMA untuk membuat konten yang positif, yang berbicara tentang kebhinnekaan, tentang toleransi, fakta Indonesia yang saat ini positif. Dengan harapan dapat membangun jaringan anak muda untuk berkolaborasi dengan lokal kreator yang ada untuk membuat konten kreatif yang bisa mengimbangi konten negatif yang ada," tuturnya.

Acara yang berlangsung selama dua hari itu, pihaknya mengundang jejaring sekolah di Surabaya, SMK/SMA negeri dan madrasah dengan kriteria harus aktif di organisasi pelajar atau jurnalistik dan mempunyai skill untuk menggali data serta kritisme.

"Hari kedua tak hanya keterlibatan di organisasi sekolah, tapi juga harus memiliki ketertarikan pada multimedia seperti video atau foto karena akan dipertemukan dengan kretaor Youtube dan Cameo Project untuk membuat video bareng," kata dia.

Perwakilan dari Wahid Institut Khoirul Anam mengaku antusias ketika diundang menjadi pemateri dalam lokakarya tersebut. Dia melihat potensi anak muda untuk belajar agama yang baik dan jadi agen perdamaian sangat positif.

Namun dari penelitian yang pihaknya lakukan, banyak anak yang menyandarkan ilmu beragamanya dari media, dan menurut dia itu mengkhawatirkan. "Karena data di laman tersebut belum tentu valid datanya," kata dia.  

Selain itu, dia melihat saat ini mulai ada kecenderungan anak muda untuk tidak terbuka melihat perbedaan. Perbedaan dilihat hal yang harus disingkirkan. "Padahal negeri ini besar karena perbedaan tersebut. kami menemukam tiga variabel. pertama semangat beragama meningkat. Bisa dilihat dengan banyaknya kelompok pengajian yang tersebar," ujarnya.

Dia mengemukakan, hal yang tidak bagus karena dua variabel berikutnya. Pertama daya baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara untuk urusan membaca. Kedua Indonesia termasuk orang yang paling cerewet di dunia maya.

"Oleh sebab itu, kami bekerja sama dengan Maarif Institut dan Google untuk mulai mengutamakan narasi positif," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Public Policy and Goverment Relation Google Indonesia Ryan Rahardjo menjelaskan, Google memilih Cameo Project sebagai duta program untuk mengajarkan kepada anak muda di Indonesia pentingnya keberagaman dan toleransi.

"Tidak hanya menggandeng kreator lokal, tapi ingin nantinya anak Indonesia yang jadi kreator ketika jadi mereka bisa membuat konten positif yang bisa menginspirasi orang banyak," kata dia.

Dalam lokakarya itu, ada beberapa pembicara hadir antara lain Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Direktur Riset Maarif Institute Ahmad Imam Mujadid Rais, Ambassadoir Program Youtube Creator for Change untuk Indonesia Cameo Project dan Youtuber Creator Gamelawan, dari Wahid Institut Khoirul Anam, dan Public Policy and Goverment Relation Google Indonesia Ryan Rahardjo.(*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017