Kediri (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jatim menginstrusikan jajarannya agar melakukan penanganan bencana kekeringan di wilayah Jatim dengan cepat sehingga masyarakat yang membutuhkan air bersih bisa segera mendapatkan pelayanan.

"Kondisi alam yang tidak bisa diatasi dengan sumur bor, jadi perlu pasokan air bersih. Itu kami minta dikirim dan diatasi semua," kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf di Kediri, Rabu (20/9) malam.

Ia mengatakan dari laporan yang masuk ke Pemerintah Provinsi Jatim, jumlah daerah yang dilanda kekeringan setiap tahun berkurang. Jika dahulu hingga 600 desa yang dilaporkan mengalami kekeringan, lambat laun berkurang menjadi sekitar 400 desa dan dari laporan yang terakhir tinggal sekitar 200 desa yang memerlukan bantuan.

Bencana itu rutin terjadi di sejumlah daerah setiap tahun dan merata di seluruh wilayah.

Namun, pemerintah provinsi juga sudah meminta agar satuan terkait segera bertindak memberikan bantuan. Selain pengiriman air, juga upaya mencari sumber air bersih di tempat lainnya.

"Kami sangat bersyukur setiap tahun turun, tapi ini semua kan kemarau panjang dan ada beberapa daerah yang kami juga mencoba mengatasinya, misalnya di Bojonegoro. Sebenarnya hampir di semua kabupaten ada, tapi tidak semua, hanya desa tertentu," ujar pria yang akrab disapa Gus Ipul itu.

Gus Ipul mengakui dengan jumlah daerah yang mengalami kekeringan dan memerlukan bantuan hingga sekitar 200 daerah itu, sudah termasuk darurat.

Untuk itu, pemerintah provinsi mencoba melakukan beragam memberikan solusi guna mengatasi kekeringan.

"Makanya kami buat sumur bor, bendung-bendung, kan kami mempunyai geomembran. Selain itu juga ada program pipanisaasi dan itu tergantung kondisi geografis," katanya.

Di Kabupaten Kediri, terdapat sejumlah daerah yang rawan kekurangan air bersih karena debit air yang turun.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri menyebut debit air sungai yang turun itu terjadi di Desa Kalipang, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri. Penurunan itu karena pengaruh kemarau panjang.

"Penurunan debit itu wajar karena kemarau. Namun, yang jelas di Kabupaten Kediri tidak ada bencana kekeringan," kata Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kabupaten Kediri Randy Agatha.

Ia mengatakan beberapa debit yang turun misalnya di sumber air kucur, jabon, genting, dan bencok. Sumber air itu dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bukan untuk sarana irigasi pertanian.

Lokasi Desa Kalipang, Kabupaten Kediri, tersebut didominasi areal perbukitan sehingga saat kemarau warga lebih banyak mengandalkan sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Sumber tersebut merupakan sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Hal itu berbeda dengan air untuk keperluan irigasi. Air dialirkan menggunakan selang-selang menuju rumah warga dari sumber mata air tersebut.

Walaupun debit air itu turun, warga masih bisa mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Air dialirkan secara bergiliran, sehingga semua warga bisa terpenuhi kebutuhannya, baik untuk dapur, mandi, dan mencuci. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017