Tulungagung (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis, menggelar simulasi desa tangguh bencana di kawasan permukiman pesisir Pantai Sidem untuk menguji kesiapsiagaan warga menghadapi risiko bencana alam tsunami di daerah itu.

Simulasi yang diikuti 1.000 warga dan lintas kelembagaan di wilayah Tulungagung itu disaksikan Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI B Wisnu Widjaja dan Kepala Pelaksana BPBD Jatim Sudarmawan.

"Simulasi ini digelar sekaligus sebagai verifikasi dalam kepesertaan Tulungagung dalam lomba desa tangguh bencana tingkat Jatim," kata Bupati Tulungagung Syahri Mulyo dikonfirmasi di sela kegiatan simulasi di Desa Besole, Kecamatan Besuki.

Lomba desa tangguh bencana merupakan kompetisi rutin yang digelar setiap tahun guna mendorong kesiapan warga dan pemangku kepentingan di daerah yang berada di kawasan rawan bencana, seperti hanya di Dusun Sidem, pesisir Pantai Sidem yang pernah terdampak bencana tsunami 2004 dan 2005.

Tahun ini lomba desa tangguh bencana tingkat Jatim diikuti 19 kabupaten/kota.

Di Sidem, peragaan mitigasi bencana yang dimulai pukul 08.00 WIB itu diawali dengan paparan program desa tangguh bencana oleh Kepala Pelaksana BPBD Jatim Sudarmawan.

Setelah dan dilanjutkan peragaan penanggulangan bencana oleh tim relawan yang terdiri dari warga, perangkat desa, petugas kesehatan, serta tim reaksi cepat dari BPBD Tulungagung.

Bupati Tulungagung Syahri Mulyi dalam penjelasannya menyatakan, kegiatan yang digelar ini merupakan penilaian terhadap desa tangguh bencana melihat Dusun Sidem Desa Besole ini masuk nominasi lima besar di Jatim.

Sebelumnya, Desa Kradinan Kecamatan Pagerwojo yang mendapatkan juara utama pada kegiatan desa tangguh bencana tahun lalu.

"Tentunya kegiatan ini sangatlah penting, melihat daerah pantai sidem ini adalah daerah zona merah. Dimana ketika terjadi bencana tsunami daerah ini yang dipastikan akan terdampak akibat bencana tersebut," kata Syahri.

Syahri mengatakan, sejak beberapa tahun lalu pemkab bekerjasama dengan pemerintah pusat merelokasi kampung nelayan sidem yang berada di bibir pantai untuk dipindah lebih tinggi letaknya.

Kini, kata Syahri, sudah ada beberapa rumah yang mana sebelumnya telah dilakukan tukar-guling dengan pihak perhutani.

"Setelah terjadi tsunami pada 1994 lalu, kami sudah merelokasi warga pantai Nglarap yang terkena tsunami ke pantai Klatak sejumlah 34 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 84 warga. Dan yang terakhir kami juga merelokasi warga Desa Besole yang tinggal di bibir pantai sidem sejumlah 82 KK dengan jumlah warga 240 orang ke kampung nelayan baru," ujarnya.

Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB B Wisnu Widjaja mengatakan, dalam konteks mitigasi bencana relokasi memang selalu tidak berjalan mudah.

Tak hanya di Indonesia, kata dia, di negara tetangga seperti Jepang juga susah untuk dilakukannya relokasi, karena alasan dari sejumlah warga jika dirinya sebagai nelayan harus bertempat tinggal di bibir pantai.

"Karena itulah kami memberikan pelatihan cara-cara pengamanan ketika terjadi bencana tsunami ini dan menggelar lomba desa tangguh bencana untuk memotivasi," katanya. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017