Surabaya (Antara Jatom) - Mahasiswa Desain Interior Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya Michelli Wirahadi membuat styrofoam yang bisa dijadikan elemen interior dengan bahan dasar dari limbah sampah kulit jeruk yang ramah lingkungan.

Michelli ditemui di kampus setempat, Selasa menjelaskan, alasannya membuat styrofoam dari limbah kulit jeruk adalah karena selama ini styrofoam dianggap sebagai sampah abadi karena tak bisa terurai di alam.

"Kulit jeruk mempunyai senyawa yang bernama limonel yang membantu styrofoam terurai di alam. Styrofoam sulit terurah di alam, dan biasa disebut sampah abadi. Dengan adanya limonel, bisa membantu mengurai," kata mahasiswi kelahiran 14 Februari 1996.

Produk yang dihasilkan oleh Michelli ini berupa tiga buah panel partisi dengan ukuran 0,8 meter x 1,8 meter. Bahan baku yang dihasilkan dari eksperimen ini sifatnya ringan, memiliki sifat transparan, mudah dipotong, fleksibilitas yang baik dan cukup kaku.

"Dengan inovasi ini saya ingin agar masyarakat luas pun dapat membuatnya maka saya menggunakan bahan-bahan pendukung yang ramah lingkungan, mudah didapatkan dan bisa dilakukan siapa saja seperti tepung kanji, garam, gliserin, air dan lain-lain," ujar mahasiswa pemilik IPK 3,58 ini.

Dia mengungkapkan, ide awal pembuatan styrofoam dari jeruk ini saat dirinya membaca artikel-artikel luar negeri di internet tentang menfaat kulit jeruk yang salah satunya mengandung limonel.

"Kesulitan karena penelitian ini sudah banyak di luar negeri tapi di Indonesia belum ada jadi susah mencari literaturnya, komposisi, dan alat-alatnya. Harus mencoba banyak cara sampai akhirnya mendapat cara. Dibutuhkan usaha lebih banyak lagi, terutama untuk literatur," tuturnya.

Dia berharap dengan inovasinya ini, pembuatan interior ke depan bisa lebih ramah lingkungan, dan bisa memanfaatkan sampah-sampah serta tidak membahayakan alam.(*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017