Surabaya (Antara Jatim) – Asosiasi Guru Agama Islam Indonesia (AGPAII) Jawa Timur berharap adanya penambahan sumber daya manusia karena dirasa kurang seiring adanya moratorium serta banyaknya guru yang pensiun.

"Setiap tahun ada pensiun, namun tidak pernah ada pengangkatan guru baru sehingga sangat-sangat tidak ideal jumlah guru mengajarnya," ujar Ketua AGPAII Jatim Ahmad Ghozali kepada wartawan usai berdiskusi dengan Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf di Kantor Gubernur Jatim di Surabaya, Rabu malam.

Menurut dia, masalah yang mendesak saat ini adalah pengangkatan guru agama yang sampai saat ini menjadi guru tidak tetap, terlebih tidak sedikit yang masa kerjanya sudah 25 tahun, namun belum diangkat sebagai guru tetap.

Ia mencatat, dari jumlah 25 ribu guru agama Islam, saat ini tidak lebih dari 15 ribu guru, bahkan ke depan setiap tahun terancam semakin menurun seiring tidak adanya pengangkatan akibat moratorium, di sisi lain 1.000 guru pensiun setiap tahunnya.

Pada kesempatan sama, Direktur Pendidikan Agama Islam Direkrorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Imam Syafi'e mengakui adanya krisis guru agama.

"Kami juga telah melayangkan surat ke MenPAN-RB dan Mendagri agar rekrutmen guru agama bisa dilakukan," ucapnya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengaku siap mencarikan solusi masalah guru agama, antara lain mengatasi kriris sumber daya manusia dan pemenuhan hak-hak bagi guru tersertifikasi.

"Kami siap mencarikan solusi sistematis bagi permasalahan guru. Saat ini sedang  krisis guru, khususnya agama Islam yang terjadi di sekolah umum maupun negeri," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Ia mengatakan, salah satu penyebab menurunnya jumlah guru agama, khususnya di Jatim dikarenakan moratorium atau penundaan rekrutmen guru agama dari Pemerintah Pusat dalam lima tahun terakhir.

"Kondisi itu menimbulkan sejumlah permasalahan di sekolah-sekolah, diantaranya, ada sekolah yang merekrut guru tidak tetap atau GTT yang belum tentu punya sertifikat. Artinya, guru tersebut belum tentu punya kompetensi mengajar agama," katanya.

Sebagai langkah awal mencari solusi, ia meminta AGPAII melampirkan data-data jumlah guru lebih konkret, di antaranya guru yang sudah tersertifikasi dan belum sehingga digunakan sebagai landasan membuat kebijakan.

"Intinya, guru agama ini penting dalam rangka pendidikan karakter generasi penerus bangsa. Selain guru harus berkualitas dan kompeten, kesejahteraannya juga harus terpenuhi karena berdampak terhadap siswa sebagai calon pemimpin bangsa," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017