Tulungagung (Antara Jatim) - Enam lembaga pendidikan tingkat SMA/SMK di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur yakni SMKN 1 Boyolangu,  SMKN 3 Boyolangu, SMKN Bandung, SMAN Boyolangu, SMAN Kedungwaru dan SMAN Rejotangan. mulai melakukan uji coba program "fullday school" (FDS)  selama lima hari mulai Senin-Jumat.
    
Menurut Kepala SMKN 1 Boyolangu Rofiq Suyudi yang melakukan uji coba, Senin (24/7)  mengatakan, pelaksanaan lima hari kerja dalam sepekan di sekolahnya masih tahap uji coba dan belum murni FDS.
    
"Kami ini masih uji coba, belum finalisasi. Pelaksanaannya nanti akan terus dianalisis. Katakanlah pertengahan semester dievaluasi ternyata berjalan tidak efektif, banyak keluhan, siswa kelelahan, banyak sakit dan atau jadi banyak yang bolos bla bla bla (dan seterusnya), maka bisa saja ujicoba dihentikan dan kembali ke enam hari kerja," katanya.
    
Rofiq meyakinkan bahwa SMKN 1 Boyolangu saat ini telah mempersiapkan skenario lima hari kerja maupun enam hari kerja dalam sepekan.
    
Khusus di kelompok sekolah menengah kejuruan, Rofiq mengatakan bahwa keputusan uji coba FDS atau program pembelajaran lima hari kerja diambil setelah melakukan evaluasi kesiapan sarana-prasarana dan SDM guru maupun siswa, serta hasil rapat koordinasi forum musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS) kelompok SMKN se-Jawa Timur.
    
Hasilnya, menurut Rofiq, SMKN 1 Boyolangu bersama SMKN 3 Boyolangu dan SMKN Bandung dinilai memiliki sarana-prasarana memadai. Selain itu, guru, murid dan wali murid telah memiliki pemahaman yang sejalan soal pelaksanaan uji coba kegiatan belajar mengajar lima hari kerja dalam sepekan.
    
"Bagi sekolah yang mampu melaksanakan monggo, yang tidak mampu tidak melaksanakan tidak apa-apa. Semua berdasar analisis, ya analisis guru, peralatan, tempat dan ruang pembelajaran, serta seluruh sarana dan prasarananya. Kebetulan lembaga kami dinilai mampu sehingga ini coba diterapkan," ujarnya.
    
Ia memastikan uji coba lima hari kerja itu sama sekali tidak bertabrakan dengan sikap Gubernur Jatim Soekarwo yang melayangkan surat resmi ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI agar program FDS ditunda atau tidak dipaksakan berlaku di sekolah, mengingat kesenjangan kesiapan masing-masing lembaga.
    
Dikatakannya, sosialisasi sudah dilakukan jauh hari, baik ke murid, wali murid juga tenaga pendidik yang ada di sekolah tersebut.
    
"Sebenarnya memang tidak banyak perbedaan antara enam hari kerja dengan lima hari kerja karena pada dasarnya hanya membagi jam pelajaran hari Sabtu ke lima hari dari Senin-Jumat. Penambahan jam pelajaran paling banyak terjadi pada Jumat dimana biasanya setelah shalat Jumat sudah tidak ada pelajaran, sekarang dilanjut pelajaran hingga pukul 15.50 WIB," kata Laili, guru PPKN sekaligus Wakil Kepala SMKN 1 Boyolangung bidang Sarana dan Prasarana menambahkan.
    
Di SMKN 1 Boyolangu ini, sebelumnya jam pelajaran berlangsung mulai pukul 07.00 WIB hingga 14.30 WIB. Kini sejak dilakukan uji coba FDS jam pelajaran diperpanjang hingga pukul 15.50 WIB, pada Senin-Jumat.
    
"Dengan sistem lima hari kerja ini, maka fokus pembelajaran hanya pada Senin-Jumat, sedangkan Sabtu khusus digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Semua kegiatan ekstra difokuskan pada Sabtu itu, sedangkan sebelumnya tersebar pada hari aktif setelah jam pelajaran reguler sekolah," kata Humas SMKN 1 Boyolangu Agus.(*)
Video oleh: Destyan H Sujarwoko

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017