Probolinggo (Antara Jatim) - Produksi garam di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur hingga pertengahan Juli 2017 masih berkisar 30-35 persen dari target produksi mencapai 8.000 ton setiap tahunnya, namun produksi garam di wilayah setempat selalu "surplus".

"Kalau mengacu pada tahun lalu, produksi garam di Probolinggo mencapai 8.000 ton dan saat ini masih terealisasi sekitar 30-35 persen atau berkisar 2.400 hingga 2.800 ton," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi di Probolinggo, Kamis.

Menurutnya kebutuhan konsumsi garam per kapita atau per orang per tahun sebanyak 3 kilogram dengan jumlah penduduk di Kabupaten Probolinggo sebanyak 1,1 juta jiwa, sehingga kebutuhan garam di Probolinggo berkisar 3.000 hingga 3.300 ton saja.

"Kalau produksi garam tahun ini diprediksi sama dengan tahun lalu yakni 8.000 ton, maka jumlah garam di Probolinggo masih 'surplus' karena kebutuhannya berkisar 3.000 hingga 3.300 per tahun, sehingga sisanya dijual ke luar daerah," tuturnya.

Ia mengatakan musim kemarau basah sangat berpengaruh pada produksi garam, namun prakiraan dari BMKG menyebutkan bahwa kemarau basah tahun 2017 lebih pendek dibandingkan tahun sebelumnya.

"Jika cuaca membaik dan minimal tetap terik seperti saat ini, maka produksi garam di Kabupaten Probolinggo akan aman dan tidak akan terjadi kelangkaan seperti daerah lain," katanya.

Saat kondisi normal, lanjut dia, seharusnya pada pertengahan tahun produksi garam minimal tercapai 50 persen, namun beberapa bulan terakhir masih sering turun hujan karena musim kemarau basah.

Sementara salah seorang petani garam di Probolinggo, Suparyono mengatakan beberapa kelompok tani garam sudah mulai panen karena cuacanya panas dan tidak turun hujan sejak delapan hari yang lalu. 

"Cuaca yang terik cukup bagus untuk produksi garam dan sudah banyak kelompok tani yang panen saat ini," ucap Ketua Kelompok Tani Garam Kalibuntu Sejahtera 1.

Menurutnya lahan seluas 30 meter x 19 meter bisa menghasilkan sekitar 2 ton garam dan jika menggunakan media tanah, maka garam bisa dipanen setiap 10-15 hari sekali, namun jika menggunakan media Geo Membrane, maka petani bisa panen setiap 3-8 hari sekali.

"Kalau produksi garam di Kabupaten Probolinggo masih aman, bahkan daerah lain membeli garam dari Probolinggo, seperti Jember, Lumajang dan Banyuwangi. Selama cuaca tetap panas seperti sekarang, produksi garam di Probolinggo akan stabil tahun ini," katanya.

Ia mengatakan harga garam saat ini tertinggi sepanjang sejarah karena menembus angka Rp3.000 per kilogram, namun kadang turun menjadi Rp2.500 hingga Rp2.800 per kilogram. Harga itu jauh lebih tinggi dari harga tahun-tahun sebelumnya yang maksimal hanya Rp1.000 per kilogram.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017