Malang, (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur siap melakukan uji coba pengembangan tanaman padi vertikal kultur hidrogonik yang menggunakan media pipa paralon hasil inovasi salah seorang warga, Busiri (44).

"Dalam upaya kami untuk menyebarluaskan dan mengembangkan metode baru ini, kami siap melakukan uji percobaan skala besar di berbagai kecamatan. Melihat keberhasilan metode yang ditemukan Busiri ini, saya yakin bisa dilakukan di tempat lain," kata Kepala nDinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang M Nasri Andul Wahid di Malang, Rabu.

Selain melakukan uji coba, lanjutnya, pihaknya juga mempersiapkan berbagai bantuan, baik teknis maupun non-teknis dalam upaya memasifkan budi daya vertikal-kultur hidrogonik tersebut. DTPHP juga akan mempersiapkan cairan nutrisi untuk tanaman yang sedang didesain oleh DTPHP Kabupaten Malang. Cairan nutrisi organik ini untuk mengendalikan hama yang dimasukkan dalam pipa paralon.

Inovasi yang ditemukan Basiri ini telah banyak dilirik oleh berbagai kalangan, baik petani di luar Jawa maupun para pengusaha yang ingin mencoba menerapkan metode vertikal-kultur hidrogonik di tempat usahanya, apalagi metode ini tidak menimbulkan kekotoran dan mudah dibersihkan. Metode ini juga bisa digunakan utnuk mempercantik ruangan atau halaman.

Lebih lanjut, Nasri mengatakan sistem tanam vertikal-kultur hidrogonik memiliki berbagai keunggulan dibandingkan sistem tanam konvensional. Selain tidak membutuhkan lahan tanah, pemeliharaan serta hasilnya juga cukup bagus.

Tanaman padi dengan menggunakanmedia paralon yang dikembangkan Busiri ini telah diujicobakan dan diterapkan di Dusun Krajan, Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, bahkan Busiri sudah dua tahun menekuni sistem tanam tersebut.

Menurut Nasri, inovasi hidrogonik bisa menjadi solusi saat masyarakat yang ingin bercocok tanam tidak memiliki lahan. Melalui hidrogonik yang memakai medium gelas plastik minuman kemasan dan pipa paralon yang dilubangi, tanaman bisa tumbuh dan menghasilkan seperti cara bercocok tanam konvensional.

Hanya saja, metode vertikal-kultur hidrogonik ini bisa mempercepat masa tanam dan panen. Dengan sistem ini, masa panen dalam setahun bisa sampai empat kali dan tidak perlu ada masa jeda untuk mengembalikan kesuburan dan unsur hara lahan seperti area persawahan.

Ia mengatakan dalam satu tahun sistem tersebut bisa menghasilkan 10 ton per hektare (ha) dalam ukuran luas tanah, tetapi karena tidak ditanam di tanah, ukurannya per titik vertikal-kultur.  "Jika ada empat ratus titik, bisa menghasilkan 80 kilogram sekali panen.

Jika sistem ini bisa dikembangkan lebih luas, katanya, kedaulatan pangan yang terus digenjot pemerintah pusat bisa tercapai dan itu bisa dimulai dari Kabupaten Malang sebagai pionernya. "Metode ini masih baru, kalau dikembangkan secara serius dan lahannya diperluas, kedaulatan pangan di daerah ini akan jauh lebih sempurna," ujarnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017