Malang, (Antara Jatim) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengemukakan program revitalisasi Pabrik Gula (PG) milik BUMN sampai saat ini masih terus berjalan guna meningkatkan target produksi yang ditetapkan sebesar 5 juta ton pada 2019.

"Ada beberapa PG yang saat ini masuk program revitalisasi seperti di PG milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII. Ada tiga PG yang direvitalisasi, yakni  di Asembagus dari 3.000 ton cane day (TCD) menjadi 6.000 TCD, Jatiroto 7.000-10.000 TCD, dan Magetan 3.000-4.000 TCD," kata Rini Soemarno di sela penyerahan bantuan paket Ramadhan dalam kegiatan "BUMN hadir untuk Negeri " di Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa malam.

Selain melakukan program revitalisasi PG, lanjutnya, juga diupayakan ada peningkatan kapasitas giling, seperti PG Krebet Baru ang kapasitas gilingnya saat ini mencapai 12 ribu TCD menjadi 15 ribu TCD. Apalagi, bahan bakunya sangat bagus dan petani pun mampu memasok tebu ke PG melebihi kapasitas yang dibutuhkan.

Karena itulah, kata Rini, ketika direksi PT PG Rajawali meminta persetujuan kepada dirinya untuk meningkatkan kapasitas giling dari 12.000 TCD menjadi 16.000 TCD, langsung menyetujuinya, apalagi kinerja PG Krebet Baru juga bagus.

Menyinggung pendanaan program revitalisasi PG-PG tersebut, Rini mengatakan campuran, ada Penyertaan Modal Negara (PMN) dan pinjama komersial. "Kalau RNI langsung komersial karena kinerjanya sudah cukup baik, kalau PTPN XI PMN dan komersial. Proporsinya, PMN 35 persen dan 65 persen komersial agar kapasitasnya menjadi lebih besar," ujarnya.

Total kapasitas giling eksisting PG di bawah PTPN XI, sebanyak 41.000 TCD. Dengan direvitalisasi tiga PG baru, akan ditingkatkan menjadi 45.000 TCD. Investasi untuk merevitalisasi PG-PG di PTPN XI tersebut mencapai Rp3,1 triliun, sedangkan yang sudah berjalan mencpai Rp1,6 triliun.

Ia mengatakan untuk mencapai produksi gula sebesar 5 juta ton di 2019, pemerintah juga mendorong pendirian dua PG baru di Jatim dan Jateng. PG baru di Jatim rencananya berada di Asembagus, Situbodo, sedangkan di Jateng di Comal dengan kapasitas giling masing-masing 10.000 TCD.

Namun, pada tahap awal operasi diperkirakan hanya 6.000 TCD. Investasi untuk pendirian PG dengan kapasitas giling 6.000 TCD mencapai Rp2 triliun. Pendirian PG di dua tempat tersebut dengan pertimbangan potensi tebunya masih banyak sehingga dapat memasok tebu di pabrik tersebut.

Dua PG itu nantinya akan ditangani PTPN holding dengan menggandeng mitra swasta, baik dalam negeri maupun asing. Mitra asing yang menyatakan berminat untuk investasi dari India, Taiwan, dan Thailand.

Lebih lanjut, Rini mengatakan dengan adanya revitalisasi PG-PG BUMN, pada 2018 produksi gula nasional bertambah menjadi 1,8-2 juta ton khusus dari PG-PG BUMN. Dengan pendirian PG baru BUMN, maka produksi gula akan meningkat lagi menjadi 2,5 juta ton,  sedangkan targetnya  mencapai 3 juta ton di 2019 khusus untuk PG-PG BUMN.

Untuk mencapai kapasitas produksi 5 juta ton di 2019, kata dia, dibutuhkan pendirian 6 PG baru dengan kebutuhan investasi Rp12 triliun dengan asumsi kapasitas gilingnya mencapai 6.000 TCD. Namun, karena keterbatasan lahan, lokasinya diarahkan di luar Pulau Jawa dengan melibatkan swasta.  

Kebutuhan gula nasional saat ini sekitar 6 juta ton per tahun, yakni 3 juta ton untuk konsumsi dan 3 juta ton lainnya untuk kebutuhan industri makanan dan minuman. Sementara itu, lanjutnya, produksi gula eksisting nasional masih mencapai 2,5 juta-2,8 juta ton/tahun, sehingga masih sangat jauh dari angka kebutuhan.

Semenatra itu Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indidonesia Arum Sabil mengatakan program revitalisasi PG oleh pemerintah sudah berjalan bagus. Namun, program tersebut idealnya harus terintegrasi. (*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017