Jember (Antara Jatim) - Menjadi anggota Badan SAR Nasional (Basarnas) atau sukarelawan yang selalu hadir saat terjadi bencana di sejumlah daerah bukan hal yang mudah dilakukan oleh kaum perempuan karena tugasnya sangat berat.

Tidak hanya cukup memiliki jiwa sosial, namun mental kuat dan ketangguhan dalam bertindak sangat dibutuhkan dalam melaksanakan berbagai misi pencarian dan penyelamatan di medan paling sulit sekalipun di lokasi bencana.

Beberapa perempuan yang terpanggil hatinya untuk melaksanakan tugas kemanusiaan tersebut juga harus rela meninggalkan anak dan suami untuk beberapa hari selama melakukan operasi SAR di lapangan.

"Rescue" atau penyelamat perempuan Basarnas Surabaya Berty Iswandini mengaku sadar akan tugasnya sebagai anggota Basarnas cukup berat, namun tugas tersebut dilakoni dengan ikhlas dan sukacita.

"Saya lebih banyak melakukan penyelamatan untuk orang hilang di sungai atau laut, sehingga membutuhkan waktu berhari-hari untuk melakukan kegiatan operasi SAR tersebut," tuturnya saat dihubungi dari Jember.

Saat melakukan pencarian sejumlah nelayan yang hilang di Pasuruan, membutuhkan waktu berhari-hari untuk melakukan operasi SAR, sehingga perempuan kelahiran 11 Januari 1987 itu harus meninggalkan dua anaknya yang masih balita.

"Kebetulan saya single parents, sehingga harus memberikan pengertian kepada dua anak saya yang masih balita tentang pekerjaan yang saya jalani ini, sehingga mereka bisa memahami kalau saya tidak pulang ke rumah selama beberapa hari," tuturnya.

Berty bergabung dengan Basarnas Surabaya sejak tahun 2007 dan risiko kehilangan nyawa demi menyelamatkan nyawa seseorang dalam mengemban misi kemanusiaan sudah disadari betul ketika menentukan pilihan untuk menjadi anggota Basarnas.

"Berbagai latihan fisik dilakukan secara rutin oleh anggota Basarnas, sehingga kondisi tubuh tetap prima saat dibutuhkan sewaktu-waktu dan yang paling penting adalah mengonsumsi vitamin, agar tubuh tetap fit," katanya.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam upaya "rescue", anggota Basarnas biasanya mengutamakan keselamatan dalam melakukan tugasnya dan tidak gegabah dalam melakukan tindakan penyelamatan.

"Perlu dilakukan pemantauan lebih dulu sebelum bertindak melakukan penyelamatan. Kalau cuaca buruk, maka upaya pencarian atau penyelamatan terhadap nelayan atau wisatawan yang hilang di laut ditunda hingga cuaca kembali tenang," ujarnya.

Pengalaman penyelamatan yang berat dialami Berty saat melakukan operasi SAR di Sungai Brantas di Malang karena arusnya cukup deras dan sungai tersebut digunakan sebagai arung jeram, sehingga perlu energi untuk melakukan penyisiran terhadap korban tenggelam.

Siaga 24 Jam untuk Bencana

Hal serupa juga disampaikan Koordinator Pos SAR Jember Dini Nurfitriyah yang juga menyatakan kesiapannya untuk siaga 24 jam ketika ada kejadian bencana yang membutuhkan tenaga Basarnas Jember sewaktu-waktu karena bencana datangnya tidak bisa ditebak.

Menjadi anggota Basarnas, tentu harus siap secara lahir dan batin karena tak hanya jiwa sosial, namun mental kuat sangat dibutuhkan dalam melaksanakan berbagai misi pencarian dan penyelamatan di medan paling sulit sekalipun.

Tidak hanya kaum laki-laki saja, namun para anggota SAR perempuan juga wajib belajar teknik-teknik penyelamatan dasar baik untuk diri sendiri maupun orang lain, serta mereka juga digembleng secara fisik dan mental.

Kabupaten Jember yang memiliki 31 kecamatan berpotensi tinggi terhadap bencana alam seperti bencana banjir bandang, tanah longsor, banjir genangan, kecelakaan laut, dan tsunami, sehingga memerlukan kesiapsiagaan yang cukup tinggi bagi anggota SAR di wilayah setempat.

"Sejauh ini saya belum terlibat dalam rescue operasi SAR karena sebelumnya bidang saya hanya di Humas dan saya baru terjun di lapangan saat bertugas di Kantor Pos SAR Jember," ucap perempuan kelahiran Kabupaten Jember pada 19 Juni 1984 itu.

Saat melakukan kegiatan operasi SAR yang membutuhkan waktu berhari-hari, Dini juga harus meninggalkan keluarga untuk melakukan upaya penyelamatan atau pertolongan terhadap korban kapal tenggelam di laut atau hanyut di sungai.

Tidak hanya itu, memberikan pengertian terhadap keluarga akan tugasnya yang tidak kenal waktu juga dilakukan, sehingga suaminya dituntut bisa memahami akan tugasnya sebagai Koordinator Pos SAR Jember yang harus siaga 24 jam ketika ada bencana.

"Sebagai perempuan tentu harus mandiri dan tidak menggantungkan semuanya kepada suami, namun kita tetap harus menjalani kodrat sebagai wanita saat di rumah dengan melakukan pekerjaan sehari-hari seperti ibu rumah tangga pada umumnya," ucap alumnus Akademi Komunikasi Indonesia (Akindo) Yogyakarta itu. 

Kendati demikian, Dini harus selalu siap dengan profesinya yang penuh tantangan dan risiko, serta menjalankan tugas yang tidak kenal waktu dengan medan yang berat saat melakukan kegiatan operasi SAR baik di pegunungan, laut, maupun udara.

Tugas penyelamatan tidak hanya dilakukan oleh anggota Basarnas, namun beberapa mahasiswi dari perguruan tinggi negeri/swasta juga menjadi sukarelawan yang rela tidak digaji dalam mengemban misi kemanusiaan itu.

Deby Qur'ana Marista mengaku menjadi sukarelawan perempuan yang masih berusia muda cukup menyenangkan dan banyaknya relawan laki-laki dalam kegiatan operasi SAR justru sangat membantu dalam membentuk sikap mental yang positif.

"Namun kadang seorang perempuan yang terjun menjadi relawan di tengah mayoritas laki-laki, terkadang dipandang sebelah mata. Namun saya coba untuk buktikan bahwa perempuan juga bisa diandalkan sebagai relawan yang tangguh dalam kegiatan SAR," ucap mahasiswi Universitas Moch Sroedji yang akrab disapa Lesung itu.

Sejak mengikuti organisasi pencinta alam tahun 2014, Lesung seringkali terlibat dalam kegiatan operasi SAR yang dilakukan di Kabupaten Jember, bahkan sempat membantu pencarian pendaki hilang di Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, meskipun hanya ditugasi untuk bagian dapur umum dan pos pantau.

Ya, mereka adalah kartini-kartini yang bekerja dengan mengemban misi kemanusiaan dalam kegiatan SAR mengaku tidak pernah menyesal masuk menjadi tim penyelamat, bahkan bangga bisa mengabdi kepada negara dan membantu sesama.

Kartini-kartini yang tangguh dalam upaya penyelamatan tersebut tidak akan kenal lelah untuk menemukan korban dalam sebuah operasi penyelamatan, bahkan mereka senantiasa tersenyum saat melakukan tugasnya di tengah bencana tersebut.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017