Malang, (Antara Jatim) - Bulan April seolah menjadi bulan khusus untuk kaum perempuan di Tanah Air. Pernak pernik dan berbagai kegiatan yang semuanya berbau perempuan digelar dimana-mana, mulai kegiatan sosial hingga lomba memasak dan fashion show yang bertema kebaya atau yang identik dengan perempuan.

Kaum perempuan yang "dimanjakan" dengan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan perempuan ini terus berbenah dan terus berupaya meningkatkan kapasitasnya, tak terkecuali para perempuan yang bermukim di perdesaan atau daerah terpencil.

Mereka punya cara sendiri untuk bisa meningkatkan kapasitasnya sebagai perempuan dengan menyesuaikan kondisi dan kemampuannya. Meningkatkan kapasitas diri tidak harus dengan menempuh pendidikan tinggi, tetapi keterampilan sederhana yang bisa menghasilkan uang guna membantu suami untuk memenuhi kebutuhan dan perekonomian keluarga.

Bahkan, kaum perempuan ini yang mampu berjuang untuk mempertahankan hidup tanpa meninggalkan kodrat sebagai seorang perempuan. Salah seorang "Kartini" yang sukses sebagai seorang pengusaha adalah Alfiah, warga perumahan Poharin, Kota Malang. Usaha boneka wisuda yang dia rintis sejak duduk di bangku kuliah pada tahun 2000 itu diawali dengan usaha berjualan bunga .

Setelah lulus kuliah, Alfiah tidak hanya berpangku tangan, tetapi membuka usaha berjualan boneka wisuda. Mengawali bisnis boneka wisuda dengan modal awal berjualan hanya selusin dengan harga yang sangat terjangkau, yakni mulai Rp40.000 sampai Rp300.000 per boneka.

Akhirnya, usaha yang dirintis sejak di bangku kuliah itu berkembang pesat dan membuka pasar di daerah Jabodetabek, Jawa Barat dan Jawa Timur. "Memang tidak besar usaha kami dan hasilnya pun juga tidak besar. Kami tetap bersyukur atas rezeki ini," ucapnya.

Ia berharap ke depan banyak bermunculan pengusaha muda dari kalangan perempuan yang ikut berjuang membantu suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. "Namun, jangan karena kariernya cemerlang dan sudah menjadi orang hebat, lupa akan kodratnya sebagai perempuan. Jadi Kartini tidak perlu terkenal kok, yang terpenting bagaimana kita berusaha mendidik dan membesarkan anak-anak menjadi anak-anak yang terbaik dan shaleh (shaleha)," katanya.

Berbeda dengan Alfiah, dosen Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Dr Ismu Rini Dwi Ari yang tidak mau ketinggalan dari kaum laki-laki, termasuk dalam hal pendidikan untuk meraih gelar akademik tertinggi, yakni guru besar. "Dalam hal pendidikan, kita kaum perempuan harus bisa sejajar, bahkan kalau bisa dan kita mampu harus lebih baik dari laki-laki," katanya.

Ismu yang juga pendamping warga Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, dalam mengelola dan memenuhi kebutuhan air bersih warga setempat. Ismu tidak hanya sekedar mendampingi warga perdesaan, tapi juga melakukan penelitian hingga membuahkan sebuah teori baru yang menarik perhatian salah satu kampus terbesar kelima di dunia, yakni Cornell University, Amerika Serikat.

Kampus itu mengundang Ismu untuk memaparkan hasil kajiannya di hadapan mahasiswa universitas tersebut. Ketelatenan Ismu mendampingi warga perdesaan untuk mendapatkan air bersih beserta pengelolaannya itu menuai hasilnya, bahkan teori barunya yang dinamakan teori dengan pendekatan partisipatif itu mengantarkannya terbang ke Amerika Serikat (AS).

Sebenarnya, kata dosen Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Malang itu, penelitian yang ditekuninya sejak menempuh pendidikan S3 di Kyoto University Jepang. "Alhamdulillah, menjelang petingatan hari lahirnya pejuang emansipasi wanita di Tanah Air, RA Kartini ini saya diundang sebagai pembicara dalam kuliah tamu di Cornell University, sehingga seolah saya mendapatkan hadiah terbesar pada Hari Kartini ini," urainya.

Penelitian tersebut membuahkan teori partisipatif tentang pengelolaan air bersih yang berbasis masyarakat (komunitas) di wilayah pedesaan. Penelitian ini bermula ketika profesornya saat studi S3 menyerah dalam mengatasi masalah kebutuhan air bersih, bahkan pemerintah pun belum mampu memenuhi kebutuhan mendasar masyarakat tersebut.

Di Indonesia pun, katanya, fenomena sistem penyediaan air bersih oleh pemerintah, dalam hal ini PDAM, yang masih sangat minim di wilayah pelosok pedesaan. Faktor perhitungan ekonomi masih menjadi pembatas bagi pemerintah dalam menyediakan fasilitas air bersih untuk masyarakat di wilayah pedesaan dan terpencil.

Namun demikian, masyarakat bukannya menyerah, justru dengan sumber daya air yang ada di wilayahnya, mereka secara swadaya mengupayakan pengadaan akses air bersih perpipaan. "Di hadapan peserta kuliah tamu nanti saya akan memaparkan bagaimana hubungan yang erat dan solid antar-warga sebagai modal sosial dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (air)," katanya.
                                                                        
                                                                                         Kodrat Perempuan    
Meski, berhasil dalam dunia pendidikan (akademik), Ismu mengaku dirinya tetap hanya seorang perempuan yang harus tunduk akan kodratnya sebagai perempuan. "Pekerjaan perempuan dan sebagai ibu dan istri tetap saya lakukan, namun kadang-kadang memang kami dalam keluarga harus berbagi tugas dengan suami atau anak-anak," ujarnya.

Sebenarnya, kata Ismu, menjadi Kartini yang hidup di masa sekarang, juga harus menyesuaikan dengan kondisi sekarang, tetap mengikuti perkembangan teknologi yang terus berubah dan berkembang pesat.

"Kita harus paham akan teknologi karena anak-anak kita harus tetap kita dampingi, bahkan kalau menurut saya, seorang Kartini tidak harus terkenal, tapi mengerti dan memahami fungsi dan perannya sebagai perempuan, sebagai ibu, sebagai istri yang tetap setia mendampingi suami dan anak-anaknya dalam kondisi dan situasi apapun," ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPD Perindo Malang Fitria Liza Min Nelly mengemukakan Hari Kartini merupakan momentum bagi perempuan Indonesia untuk bangkit dan melakukan kerja nyata yang produktif maupun terus mengkaji ilmu. Sebab, di era modern seperti sekarang ini, perempuan harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap dinamika yang terjadi di masyarakat.

Apalagi, lanjutnya, perempuan masa kini sudah sangat dimudahkan dengan berbagai fasilitas melalui kemajuan teknologi dan informatika. Melalui teknologi, perempuan semakin mudah belajar dari banyak sumber dari mana saja, kapan saja, tapa ada batasan waktu (terikat waktu).

"Dengan berbagai kemudahan yang bisa diperoleh masyarakat, tak terkecuali kaum perempuan ini, seharusnya kiat (perempuan) juga tidak kalah dengan kaum laki-laki dalam hal apapun, apalagi soal pengetahuan dan isu-isu terkini untuk meningkatkan kapasitas diri agar lebih berkualitas," ujarnya.

Hanya saja, kata Nelly, bagi perempuan sudah cukup memahami kodratnya, memahami fungsi dan perannya sebagai perempuan, sudah cukup untuk menjadi seorang Kartini. "Kalaupun perempuan bisa dikenal dengan karya-karyanya, bisa meraih gelar tertinggi di jenjang akademik, itu adalah bonus. Namun, setinggi dan sehebat apapun perempuan, tetaplah perempuan yang kodratnya sudah digariskan," katanya.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf mengemukakan tantangan bagi perempuan masa kini yang sudah sukses dan maju adalah untuk tetap setia pada keluarganya. Ini penting dilakukan karena meskipun Kartini telah sukses mengembangkan wawasannya tapi tetap menomorsatukan keluarganya.

"Apalagi, sesukses atau sehebat apapun perempuan masih tergantung pada suaminya. Yang perlu kita ingat adalah Kartini sangat setia pada keluarganya. Ini juga patut dicontoh dari seorang RA Kartini," tegasnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017