Nganjuk (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, mengajukan beras cadangan pemerintah ke Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional Kediri, terkait dengan kejadian tanah longsor di Desa Kepel, kabupaten setempat.
     
"Kami sudah mengajukan untuk beras cadangan itu. Saat ini sudah dibagikan ke warga yang terdampak," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkab Nganjuk Agus Irianto di Nganjuk, Rabu.
     
Ia mengatakan, beras itu memang alokasi dari pemerintah dan dibagikan pada warga. Ia berharap, dengan bantuan itu bisa bermanfaat untuk warga terdampak longsor.
     
Pemkab Nganjuk juga memastikan kebutuhan logistik warga, terutama yang terdampak longsor juga mencukupi, sehingga mengajukan beras cadangan itu. 
     
Sementara itu, Kepala Bulog Subdivre Kediri Rachmat Syahjoni Putra mengatakan, Pemkab Nganjuk telah mengajukan beras cadangan pemerintah sebanyak 20 ton dari total alokasi 100 ton. 
     
"Terkait kebutuhan beras cadangan pemerintah, Kabupaten Nganjuk telah mengajukan 20 ton dan itu sudah diambil," kata Joni.
     
Ia mengaku, beras itu memang diberikan secara khusus pada warga yang terkena bencana. Setiap daerah mendapatkan alokasi hingga 100 ton yang disediakan setiap tahun.
     
Ia pun menambahkan, hingga kini belum ada pengajuan tambahan dari Pemkab Nganjuk terkait dengan beras cadangan itu. Namun, jika mereka mengajukan lagi, akan secepatnya diproses oleh Bulog Kediri.
     
"Sementara ini belum mengajukan lagi. Jika ada permintaan lagi, kami siap melayani," katanya.
     
Musibah tanah longsor terjadi di Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Longsor sempat membendung sungai, menyebabkan terjadinya bendungan alam. 
     
Tingkat kedalaman longsor mencapai 40 meter, membuat petugas pun harus berupaya keras mencari para korban. Dalam musibah itu, lima orang menjadi korban. 
     
Dalam upaya pencarian korban, jumlah personel yang diterjunkan juga banyak, terdiri dari TNI, SAR, hingga relawan. Namun, pascalongsor Minggu (9/4) hingga sekarang, seluruh korban belum ditemukan. 
     
Upaya pencarian korban juga memanfaatkan beragam alat, termasuk menerjunkan eskavator, hingga anjing pelacak. Titik korban juga sudah diketahui, namun karena terlalu dalam tingkat kedalam tanah, hingga kini belum berhasil ditemukan. 
     
Bupati Nganjuk menetapkan batas tanggap darurat hingga 14 hari. Namun, untuk pencarian, rencananya akan dievaluasi lagi, pada Rabu (19/4). (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017