Ponorogo (Antara Jatim) - Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa menyerahkan santunan kepada 26 perwakilan keluarga korban hilang/meninggal dalam tragedi tanah longsor Desa Banaran (Sabtu, 1/4) di balai kantor Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Senin.
    
Penyerahan santunan dilakukan secara simbolis dan disaksikan Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni dan jajaran forum pimpinan daerah setempat, setelah terlebih dulu dilakukan kegiatan doa bersama warga, keluarga korban serta seluruh relawan dan tim BPBD yang terlibat dalam penanggulangan pascabencana longsor Desa Banaran.
    
Kepada ahli waris dan keluarga korban, Mensos Khofifah berpesan agar mereka tabah menghadapi cobaan sembari menyerahkan bantuan seperangkat alat sholat, santunan uang total Rp35 juta dan jaminan hidup dengan nilai Rp900 ribu per bulan selama kurun enam bulan berjalan.
    
"Saya berangkat dari Permensos (peraturan menteri sosial) terkait penanganan selama proses tanggap darurat maupun pascatanggap darurat. Kalau jadup (jaminan hidup) pencairannya bisa dilakukan setelah masa tanggap darurat dinyatakan berakhir dan hasil verifikasi mendapat persetujuan dari kepala daerah, dalam hal ini bupati," kata Mensos Khofifah dikonfirmasi usai penyerahan santunan.
    
Ia juga memastikan bantuan isian program bantuan hunian tetap atau "huntap" sebesar Rp3 juta per-KK korban longsor.
    
"Isi 'huntap' ini baru bisa dicairkan setelah masa tanggap darurat dinyatakan selesai," katanya.
    
Suasana penyerahan santunan itu berlangsung haru. Mensos beberapa kali menyeka matanya yang berkaca-kaca setiap kali menyerahkan santunan dan seperangkat alat sholat kepada masing-masing ahli waris ataupun perwakilan keluarga korban.
    
Salah satu ahli waris korban hilang bernama Maya (ayah atas nama Mukhlas, kaur keamanan Desa Banaran) tiba-tiba mengalami histeria usai menerika santunan dari Mensos sehingga jatuh pingsan dan harus mendapat pertolongan petugas.
    
Doa bersama dilanjutkan setelah gadis belia bernama Maya itu dievakuasi menuju mobil kesehatan.
    
"Kemensos juga telah berkoordinasi dengan tim LDP (lembaga dukungan psikososial) untuk membantu penanganan psikologis warga terdampak untuk bisa melewati masa-masa trauma. Tim ini masih akan bertahan di (Desa) Banaran dan membantu penanganan psikososial korban maupun warga yang masih mengungsi," ujarnya.
    
Dikonfirmasi terisah, Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni menegaskan bahwa seluruh anak yatim dan piatu korban tanah longsor di Banaran akan mendapat beasiswa pendidikan seumur hidup.
    
Terkait pengasuhan anak yatim-piatu yang kini sebatang kara karena ayah dan ibu hilang tertimbun longsor pada Sabtu (1/4), Ipong mengatakan tim dinsos akan melakukan pendataan serta berkoordinasi dengan keluarganya apabila masih ada kerabat yang bersedia mengasuh.
    
"Jika tidak ada nanti Pemkab yang akan mengurusinya. Soal teknisnya apakah nanti dititipkan ke yayasan anak yatim atau dicarikan orang tua asuh akan dipertimbangkan kemudian. Yang pasti mereka berhak atas bantuan pendidikan seumur hidup, jatah huntap (hunian tetap), serta seluruh hak santunan yang terkumpul dalam bentuk barang maupun tunai melalui rekening bantuan yang dibuka Pemkab Ponorogo," ujarnya.
    
Dijelaskan, jumlah korban tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung pada Sabtu (1/4) tercatat sebanyak 28 orang, sementara hunian yang rusak/hilang sebanyak 38 KK, dengan jumlah total korban sebanyak 355 jiwa.
    
Dari jumlah itu, dua ahli waris korban hilang tertimbun longsor telah lebih dulu menerima simbolis bantuan dari Mensos saat Khofifah mengunjungi pengungsi dan lokasi longsor pada Minggu (2/4).
    
Pencarian korban hilang sempat dilakukan selama sepekan mulai Minggu pertama April (2/4) hingga Minggu kedua April (9/4), dengan jumlah korban ditemukan empat orang, yakni Katemi (70), Iwan Danang Suwandi (27), Sunadi (47) dan Sumaryono (25).
    
Pencarian korban hilang sesaat setelah korban keempat ditemukan akibat terjadi longsor susulan yang menyebabkan satu alat berat tertimbun, dua rumah roboh, jalan desa terputus dan beberapa kendaraan polisi sserta relawan terseret lumpur.
    
Sedangkan masa tanggap darurat yang seharusnya berakhir pada Sabtu (15/4) namun kemudian diperpanjang hingga Sabtu pekan ketiga April (22/4), karena pertimbangan pengungsi, kebutuhan hunian sementara, normalisasi sungai Tangkil yang tertutup lumpur serta pengawasan zona bahaya dan potensi longsor susulan.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017