Tulungagung (Antara Jatim) - Sekelompok remaja yang memiliki ketertarikan menjadi perupa di Tulungagung, Jawa Timur, mengembangkan produk seni lukis dengan media bambu atau bambu lukis untuk dipasarkan ke sejumlah kawasan wisata internasional di Bali, Yogyakarta maupun Jakarta.
"Karya bambu lukis ini menjadi bagian inovasi kami dengan tujuan pemberdayaan pemuda desa sekaligus memenuhi kebutuhan pasar kerajinan, terutama di Bali," kata salah satu perupa senior di Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Budianto, di Tulungagung, Selasa.
Ia menjelaskan, teknik melukis dengan media bambu pada dasarnya sama dengan melukis di atas kanvas.
Bendanya, kata dia, yakni media dasar untuk melukis yang menggunakan potongan bambu pilihan lalu membuat sketsa gambar yang unik dan khas sehingga terbentuk karakter yang diinginkan sebelum dilakukan pewarnaan.
"Awalnya itu ingin menampilkan kreasi yang berbeda. Baru terfikirkanlah media bambu, mengingat bahannya juga sangat mudah didapat," katanya.
Budianto mengatakan, ukuran media bambu yang digunakan tidak ada ketentuannya.
Hanya saja, kata dia, bambu yang digunakan harus sudah tua dan kering supaya bentuk dan teksturnya semakin lama tidak akan berubah ataupun kusut.
Sementara untuk mengawetkan bambu, Budianto menyemprotkan antihama di seluruh lapisan luar maupun dalam.
"Kalau cat, hanya menggunakan cat kayu kemudian diakhiri menggunakan 'clear transparent phylox'," katanya.
Untuk kreasi lukisan, Budianto mengaku mengikuti imajinasi yang muncul dibenaknya.
Sebab menurut dia, seni itu tidak ada patokan ataupun batasan, sehingga, tak pernah dia merasa ragu ketika mempola gambar diatas bambu.
Kendati dalam prakteknya, Budianto dan perupa lain di sanggar seninya mengaku tetap melayani kemauan konsumen.
Budianto mengatakan, rata–rata karya lukis mereka bergambar pemandangan, hewan, abstrak dan lainnya.
"Untuk harga kami tak mematok terlalu mahal, yakni satu buah hasil karyanya sekitar Rp30 ribu hingga ke atas tergantung kerumitan lukisan yang diminta," katanya.
Untuk pemasaran, Budianto mengaku selain memenuhi pesanan pasar cinderamata kerajinan lukis/benda antik juga memasarkannya melalui jaringan media sosial seperti facebook, instagram, twitter dan whatsapp.
"Karya kami baru saja mencoba memasarkan di luar Jawa, yakni Bali. Hasilnya, kerajinannya mampu bersaing di pasar kerajinan dan souvenir di Uluwatu, Bali," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Karya bambu lukis ini menjadi bagian inovasi kami dengan tujuan pemberdayaan pemuda desa sekaligus memenuhi kebutuhan pasar kerajinan, terutama di Bali," kata salah satu perupa senior di Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Budianto, di Tulungagung, Selasa.
Ia menjelaskan, teknik melukis dengan media bambu pada dasarnya sama dengan melukis di atas kanvas.
Bendanya, kata dia, yakni media dasar untuk melukis yang menggunakan potongan bambu pilihan lalu membuat sketsa gambar yang unik dan khas sehingga terbentuk karakter yang diinginkan sebelum dilakukan pewarnaan.
"Awalnya itu ingin menampilkan kreasi yang berbeda. Baru terfikirkanlah media bambu, mengingat bahannya juga sangat mudah didapat," katanya.
Budianto mengatakan, ukuran media bambu yang digunakan tidak ada ketentuannya.
Hanya saja, kata dia, bambu yang digunakan harus sudah tua dan kering supaya bentuk dan teksturnya semakin lama tidak akan berubah ataupun kusut.
Sementara untuk mengawetkan bambu, Budianto menyemprotkan antihama di seluruh lapisan luar maupun dalam.
"Kalau cat, hanya menggunakan cat kayu kemudian diakhiri menggunakan 'clear transparent phylox'," katanya.
Untuk kreasi lukisan, Budianto mengaku mengikuti imajinasi yang muncul dibenaknya.
Sebab menurut dia, seni itu tidak ada patokan ataupun batasan, sehingga, tak pernah dia merasa ragu ketika mempola gambar diatas bambu.
Kendati dalam prakteknya, Budianto dan perupa lain di sanggar seninya mengaku tetap melayani kemauan konsumen.
Budianto mengatakan, rata–rata karya lukis mereka bergambar pemandangan, hewan, abstrak dan lainnya.
"Untuk harga kami tak mematok terlalu mahal, yakni satu buah hasil karyanya sekitar Rp30 ribu hingga ke atas tergantung kerumitan lukisan yang diminta," katanya.
Untuk pemasaran, Budianto mengaku selain memenuhi pesanan pasar cinderamata kerajinan lukis/benda antik juga memasarkannya melalui jaringan media sosial seperti facebook, instagram, twitter dan whatsapp.
"Karya kami baru saja mencoba memasarkan di luar Jawa, yakni Bali. Hasilnya, kerajinannya mampu bersaing di pasar kerajinan dan souvenir di Uluwatu, Bali," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017